Akhirnya aku menyetujui permintaan ketua untuk pergi bersamanya menjenguk Eunji. Tidak lama kemudian, teman-teman tiba di pintu kelas ketika ketua masih berada di depanku. Saat mereka berjalan masuk, ketua kembali ke tempat duduknya yang berada di bagian paling depan. Mi Cha langsung mengejekku, dia mengatakan karena Eunji tidak ada, aku langsung berpaling pada Yeong. Aku menggeleng dan mengabaikannya.
Youra bertanya padaku kenapa ketua menghampiriku. Langsung saja aku menjelaskan pada mereka kalau nanti pulang sekolah ketua mengajakku menjenguk Eunji. Sekarang ini rasanya sangat bingung, karena sebelumnya aku sudah mempunyai janji dengan mereka. Aku bertanya pada mereka apa yang harus kulakukan. Tanpa basa-basi, Youra berkata padaku bahwa lebih baik aku ikut dengan ketua pergi menjenguk Eunji. Bagaimanapun dia adalah teman kami dan kesehatan jauh lebih penting daripada bersenang-senang.
Youra memang yang paling bijak di antara kami, jawabannya seperti mengandung sesuatu yang sudah pasti. Kali ini Byeol dan Mi Cha juga sepemikiran dengan Youra. Katanya, kami masih bisa pergi bersama lain waktu dan sekarang aku harus mendahulukan urusan Eunji. Karena mereka sudah berkata seperti itu, akhirnya aku akan pergi dengan ketua menjenguk Eunji.
Saat bel pulang sekolah sudah berbunyi, ketua mengatakan akan menungguku di depan pintu. Aku segera berkemas dan berpisah dengan teman-teman, kemudian pergi mengikuti ketua. Di perjalanan aku bertanya pada ketua, apa dia tahu di mana rumah Eunji. Ketua hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian disusul suaranya yang seksi berkata bahwa dia pikir aku tahu rumah Eunji karena kami pulang selalu satu arah. Aku sontak berkata tidak, yang aku tahu hanya arahnya, tetapi aku tidak tahu persis di mana rumahnya.
Ketua masih bersikap tenang. Seperti yang di harapkan dari ketua, dia tetap rileks sambil mengambil buku siswa yang ada di tasnya. Dalam buku itu terdapat informasi tentang seluruh siswa kelas kami.
Aku dan ketua terus berjalan sambil beberapa kali bertanya alamat pada orang yang kami jumpai. Hingga akhirnya kami sudah tiba di alamat yang tertulis.
***
Mata kami saling memandang, rasanya seperti tidak percaya dengan apa yang kami lihat. Rumah bertingkat yang terlihat begitu hangat dan mewah, dengan pagar kayu yang sudah menghadang tinggi di hadapan kami. Setelah dipastikan sekali lagi, memang benar ini adalah rumah Eunji.
‘Ternyata si pemalas itu adalah orang kaya, kenapa dia masih bekerja paruh waktu jika seperti itu?’
Ketua dengan perlahan memencet bel yang berada di pagar itu, kemudian ia mengucapkan permisi. Tidak lama setelah itu, seorang pria paruh baya membuka pagar dan mempersilakan kami masuk. Ketua langsung bertanya siapa bapak itu, dan apa benar ini rumah Eunji? Bapak itu memperkenalkan dirinya, bahwa dia adalah tukang kebun sekaligus yang menjaga rumah ini. Bapak Ke, dia bilang Eunji selalu memanggilnya dengan sebutan itu. Dia juga menjawab benar bahwa ini adalah rumah Eunji. Bapak Ke membawa kami memasuki rumah itu, benar-benar rumah yang sangat indah.
Kami langsung diajak menuju kamar Eunji yang berada di lantai dua. Setelah dipersilakan akhirnya kami masuk. Benar saja, kami melihat Eunji yang terbaring pucat. Tidak lama setelah kami masuk, dia membuka matanya yang sedang terpejam. Sepertinya dia memang tahu ada seseorang yang datang. Dia segera bangun dan mencoba duduk di ranjangnya. Dengan sigap, ketua langsung membantunya duduk.
Sambil melihat ketua membantu Eunji, seketika aku terpesona dengan kamar ini. Begitu rapi, sofa terletak di sudut ruangan, buku-buku tertata rapi di setiap rak, dan suasananya yang begitu nyaman. Aku tidak menyangka seseorang yang terlihat malas memiliki kamar serapi ini. Benar-benar tidak cocok untuk dirinya yang terlihat selama ini. Saat sedang mengagumi ruangan ini, suara ketua membuyarkan lamunanku.
Ketua bertanya pada Eunji bagaimana keadaannya sekarang ini. Bukannya menjawab pertanyaan ketua, dia justru dengan entengnya bertanya kenapa aku datang padahal bukan perwakilan kelas. Aku yang awalnya bersimpati dengan kondisinya, tiba-tiba saja merasa sangat kesal dan ingin memukulnya saat ini juga. Ketua menahanku dan menjelaskan pada Eunji bahwa ketua mengajakku karena ketua pikir aku tahu rumahnya.
Rasanya, rasa khawatirku seharian ini berubah seketika menjadi rasa kesal. Jika saja tidak dihalangi oleh ketua, mungkin sekarang aku sudah membuat wajahnya babak belur. Entah kenapa dia memang sangat pintar membuat orang lain merasa kesal.
Terdengar suara pintu yang diketuk, seketika hal itu mengalihkan emosiku. Ternyata itu Pak Ke yang membawakan kami minuman dan beberapa camilan. Beliau langsung keluar setelah mengantarkannya kepada kami.
Ketua kembali berbincang dengan Eunji, aku tetap diam karena masih merasa kesal dengannya. Sambil mendengarkan pembicaraan mereka, aku memakan camilan yang diberikan Pak Ke. Tiba-tiba suara mengesalkan terdengar lagi. Dia bertanya padaku, apa aku datang hanya untuk makan?
Aku sangat kesal, apakah dia tidak bisa membiarkanku sedikit saja merasa tenang. Ketua yang menyaksikan kami bertengkar akhirnya meminta izin untuk pamit. Ketua terlihat sengaja dan rasanya seperti menyelamatkanku dari orang menyebalkan ini. Akhirnya kami pamit pulang dan segera pergi dari rumah Eunji. Saat dalam perjalanan, ketua bertanya kepadaku kenapa aku selalu saja bertengkar dengan Eunji. Aku tiba-tiba merasa kesal lagi dan langsung meminta ketua jangan membicarakannya lagi. Karena entah kenapa, Eunji memang selalu mencari gara-gara padaku.
Ketua yang begitu acuh tetap saja tidak menunjukan reaksi apapun. Mendadak dia bertanya di mana rumahku, dia bilang akan mengantarku karena hari sudah mulai gelap. Awalnya aku menolak untuk diantar, rasanya aku tidak ingin merepotkan ketua. Namun, karena ketua bilang ini tanggung jawabnya untuk keamanan teman sekelasnya, akhirnya aku setuju untuk diantar sampai rumah.
Kami berjalan tanpa ada satu pun percakapan, rasanya sama saja seperti aku pulang sendirian. Benar-benar tidak ada bedanya.
Tidak terasa kami sudah berjalan lumayan jauh. Rumahku sudah terlihat dari tempatku berjalan saat ini. Aku meminta ketua untuk diantar sampai sini saja, tetapi ketua menolak karena rasa bertanggungjawab yang dia miliki. Dia berjalan melewatiku sambil berkata dia akan mengantarku sampai depan pintu. Aku segera menyusul ketua yang sudah berjalan lebih dulu di depanku. Saat kami hampir sampai di depan pintu, tiba-tiba pintu rumah terbuka dan mama keluar sambil melihatku diantar oleh ketua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Novi Wu
Neng Aullllllll...
2020-02-20
2