Andin, Satya dan Bunda Dona sudah sampai di rumah baru mereka.
Sedangkan Dinda akan menyusul karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.
"Sayang, Bunda seneng, bagus rumahnya." Bunda Dona sambil menggandeng Andin yang mengajak Bunda Dona melihat-lihat rumah mereka.
Sementara Satya masih disibukkan dengan barang-barang mereka yang kini masih diturunkan oleh jasa pindahan rumah.
Tidak banyak barang-barang dirumah baru keduanya.
Karena memang Andin dan Satya ingin segera pindah adapun isi rumah mereka akan membelinya kemudian.
Dirumah tersebut Andin akan dibantu oleh 4 orang asisten rumah tangga dan 2 security.
Bunda Dona, Satya dan Andin kini duduk sambil mengistirahatkan diri mereka menikmati makan siang.
"Assalamualaikum." Dinda masuk mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam." jawab ketiganya.
"Din yuk makan siang sekalian." Ajak Andin.
"Gw udah makan Din, sekalian makan bareng klien habis meeting." Dinda duduk disebelah Bunda Dona.
"Mau minum apa?" tawar Andin pada Dinda.
"Hampir lupa, Gw bawa Cake dan minuman, tapi masih dimobil. Gw ambil ya."
"Yuk gw temani."
Andin mengikuti Dinda ke luar mengambil buah tangan Dinda di mobilnya.
Saat keluar rumah tampak security rumah Andin sedang beradu argumen dengan seorang pria muda yang kini dengan marah kepada security.
Dinda yang melihat itu tentu langsung menghampiri, sementara Andin yang memegang cake dan minuman dari Dinda memperhatikan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa ini Pak!" tanya Dinda dengan nada kesal.
"Maaf Mbak Dinda ini Mas nya bilang Mobil Mbak Dinda menghalangi." Security menjelaskan.
"Oh jadi Mbak yang punya mobil, tolong ya Mbak kalo parkir jangan sembarangan. Mbak bawa mobil, bukan bawa gerobak. Jadi jangan seenaknya!" Pria muda itu nyolot pada Dinda.
"Maaf ya Mas, nanti kita pindahin." Andin mencegah agar tidak semakin melebar.
Namun bukan Dinda namanya kalo tidak panas hati saat ditantang.
"Lo liat gak kakak gw baru pindah. Nah jadi gw parkir aja disitu. Lagi pula mana gw tahu Lo mau keluar. Cowok kok lemes banget mulutnya!" Dinda sambil tolak pinggang dihadapan Pria itu.
"Pokoknya cepet Lo pindahin, kalo ga Gw minta buat derek mobil Lo!" Pria menyebalkan meninggalkan Dinda dan Andin.
"Eughhh! Nyebelin banget tuh orang!" Dinda dengan tangan yang akan siap mencengkram Pria menyebalkan itu.
"Udah Din," Andin menahan Dinda yang sedang emosi level dewa.
"Mbak mari kuncinya biar Saya yang pindahin mobilnya." Security menawarkan diri membantu Dinda.
"Gpp Pak, biar Saya saja." Dinda dengan kesal keluar mengurus mobilnya.
Andin kembali masuk rumah membawa Cake dan Minuman dari Dinda.
"Loh Dinda mana Din?" tanya Bunda Dona.
"Lagi mindahin mobil Bun." jawab Andin.
Satya hanya melihat dan segera mencicipi kopi yang Dinda bawa.
Sedangkan Dinda menuju mobilnya yang akan ia pindahkan.
Dinda menatap tajam pria menyebalkan dan membuang wajahnya saat laki-laki itu menatap Dinda.
"Dasar laki-laki nyebelin. Kenapa mesti Kak Satya punya tetangga kayak dia. Amit-amit gw! Dinda sudah masuk mobil dan memindahkannya.
Malam hari Satya dan Andin kini berdua dirumah baru mereka.
Bunda Dona dan Dinda pulang kerumah. Andin meminta keduanya menginap.
Namun Dinda dan Bunda Dona memutuskan minggu depan akan menginap saat Satya dan Andin mengadakan tasyakuran rumah mereka.
"Sayang, bagimana kamu senang dengan rumah kita?"
Satya dan Andin duduk di taman rumah mereka.
Suasana begitu romantis dengan lampu-lampu yang membuat semakin syahdu.
"Aku senang sayang, karena ada kamu." Andin dengan gombal.
"Udah pinter gombal ya istriku." Satya memeluk Andin dengan gemas.
"Istri siapa dulu dong." Andin dengan bangganya.
"Sayang, semoga rumah baru ini menjadi rumah yang baiti jannati." Satya mendoakan.
"Aamiin." Andin mengaminkan doa Satya.
"Sayang kamu mau punya anak berapa?" Andin kini bertanya soal anak pada Satya.
"Kalo aku bilang mau punya banyak anak bagaimana?" Satya balik bertanya.
"Ih, Sayang emang aku kucing!" Andin dengan malu-malu.
"Aku ingin punya banyak anak, agar keluarga kita semakin ramai. Laki-laki atau perempuan apapun yang Allah berikan aku sangat senang menerimanya." Satya menjelaskan kepada Andin.
"Tapi apa aku mampu sayang, maksudnya apa aku bisa hamil berkali-kali?" Andin dengan wajah cemas.
"Aku yakin kamu pasti bisa Sayang!" Satya tersenyum dengan mantap.
"Masa sih?" Andin meragukan dirinya sendiri.
"Kalo gitu kita coba saja, bagaimana?" Satya dengan senyum terselubung.
"Maksudnya?" Andin belum mudeng maksud Satya.
Tanpa banyak kata-kata Satya menggendong Andin ke ranjang dikamar mereka yang masih belum rapih efek baru pindah.
Kondisi acak-acakan tak menghalangi keduanya berolahraga bersama dengan penuh suka cita.
Rumah yang masih berantakan, seakan menjadi saksi malam panas keduanya yang menjadi moment pertama kali dirumah baru.
Bukan Satya namanya jika energinya tak habis dan tak kenal lelah.
Berapa kali putaran dilakukan dan berbagai gaya dan cara malam ini dilakukan keduanya.
Andin yang lelah namun tubuhnya seakan tidak sejalan dengan hasrat yang terus mnggebu.
Hingga tak terasa hari berganti menjelang subuh tiba.
"Sayang, jangan tidur dulu sebentar lagi subuh. Aku bantu kamu mandi ya." Satya melihat Andin yang terkulai lemas.
"Siapa coba yang bikin aku lemes gini, badanku pegel semua." Andin dengan bibir manyun kepasa Satya.
Satya hanya bisa tersenyum kemudian mereka mandi bersiap-siap menunaikan shalat subuh.
Selesai shalat subuh berjamaah Satya dan Andin membaca al quran.
Satya dan Andin berjanji akan selalu mengisi rumah mereka dengan lantunan ayat-ayat suci Al Quran.
"Shadaqallahul-'adzim'." Satya dan Andin sebelum saat selesai membaca Al Quran.
"Sesungguhnya, rumah yang dibacakan di dalamnya Alquran, maka rumah tersebut akan terlihat oleh para penduduk langit sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi" (HR Ahmad).
Membaca Alquran tak hanya menerangi hati seorang Muslim, tetapi juga diri dan keluarganya. Keadaan rumah yang selalu menjadi tempat tadarus Alquran akan berbeda dengan yang sepi dari bacaan ayat-ayat suci. Yang pertama itu akan hidup, sedangkan yang lain seumpama kuburan.
Seperti diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallohu ‘anhu, Nabi SAW bersabda, "Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya, ialah seperti perumpamaan orang hidup dan mati" (HR Bukhari).
Bahkan, Rasulullah SAW memberikan penegasan. Beliau menasihati, "Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian pekuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surah al-Baqarah" (HR Muslim).
Nuzulul Quran kali ini hendaknya kita jadikan sebagai momentum untuk membaca Alquran. Terangilah rumah dengan mengaji Kitabullah. Insya Allah, rumah kita akan tampak bersinar cerah di mata para malaikat dan penduduk Langit, sebagaimana bintang-gemintang indah yang kita lihat pada malam hari!
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments