Alhamdulillah acara tasyakiran kediaman Satya dan Andin berjalan lancar dan khidmat.
Satya dan Andin juga tak lupa berbagi kebahagiaan mereka dengan menyantuni anak-anak panti.
Ustad Subkhi Al Bughury didapuk memberikan tausiyah di acara tersebut.
Tak lupa Satya dan Andin memohon doa kepada adik-adik panti, ustad dan tamu yang hadir agar segera diberikan momongan.
Acara selesai kini tinggallah beberapa teman kantor Satya dan teman-teman Andin yang masih tersisa.
Keduanya pun masih sibuk menemani teman-teman mereka.
Bunda Dona sedang yang tampak sibuk memberikan intruksi kepada Asisten rumah tangga untuk membagikan Hampers kepada tetangga Satya dan Andin.
Tampak Dinda yang sedang menikmati Es Cendol tak luput dari Bunda Dona untuk dimintakan tolong.
"Din, Bunda minta tolong, Bawakan kerumah tetangga sebelah. Salam dari Kak Satya dan Mbak Andin. Pantesin kamulah ngomongnya." Bunda Dona memberikan 1 paket Hampers ke tangan Dinda.
Dinda yang semula menolak karena tahu rumah yang dimaksud Bunda Dona adalah rumah musuh Dinda.
Ingat dong soal parkir mobil.
Tentu Bunda Dona tak menerima penolakan putrinya, dan kini Dinda mau tak mau mengantarkan Hampers ke rumah tetangga sebelah.
Dinda menekan bel sampai 3 kali.
Dinda mendengus kesal.
"Rumah pada kemana sih orangnya, pos securitynya kosong, ART nya ga ada yang nyaut, Nah Si bawel juga ga ada. Kan gw bilang, mending ga usah dikasih."gumam Dinda
Saat Dinda hendak pergi, terdengar bunyi pintu terbuka.
"Assalamualaikum. Maaf Tante Saya dari rumah sebelah. Mau memberikan ini. Kakak saya baru pindah rumah." Dinda menyerahkan Hampers tersebut kepada seorang wanita seusia Bunda Dona dengan postur tubuh tinggi langsing.
"Oh terima kasih Nak. Namamu Siapa?" tanya wanita itu dengan tersenyum ramah.
"Kakak Saya bernama Satya dan istrinya Andin. Mereka tetangga disebelah Tante. Mari tante permisi."
Dinda yang pamit setelah selesai menjalankan perintah Bunda.
"Tunggu Nak, sebentar." Wanita itu menahan Dinda.
Dinda terdiam menghampiri wanita yang berjalan kearahnya.
"Iya tante ada apa?" tanya Dinda.
"Nama kamu siapa?" Wanita itu bertanya.
Dinda menyalimi tangan wanita itu sambil memperkenalkan diri.
"Aku Dinda tante. Adik dari Kak Satya dan Mbak Andin." jawab Dinda.
"Kamu tinggil disini juga?" kembali wanita itu bertanya.
"Tidak tante, hanya Kak Satya dan Mbak Andin yang tinggal disini. Mari tante Dinda pamit."
Kali ini tanpa pencegahan Dinda kembali ke rumah Satya.
Satya dan Andin mengantar teman-teman mereka yang akan pulang.
Satya melihat Dinda dari luar bertanya pada adik semata wayangnya.
"Darimana Din?" Satya bertanya.
"Antar Hampers ke tetangga Kakak."
"Duh pinternya adikku." Satya mengacak rambut Dinda.
Dinda kesal setiap kakaknya melakukan hal itu. Memang dirinya masih kecil begitulah yang ada dipikiran Dinda.
"Yuk Din, kita makan, tinggalin tuh si Bapack-Bapack!" Dinda menggandeng Andin masuk meninggalkan Satya.
Karena sibuk menemani tamu-tamu, mereka kini baru sempat makan.
Tampak Bunda, Andin, Satya dan Dinda menikmati makanan mereka dengan canda gurau.
"Din gimana kamu mau ya Bunda kenalin sama anaknya temen Bunda." Bunda Dona membuka pembicaraan.
"Apaaan Bun, dulu Kak Satya, sekarang aku. Bunda ngebet banget kalo soal nikahin anak." Dinda ngomong asal bunyi karena ia kesal berkali-kali Bunda Dona menvatakan hal tersebut dan kini diutarakan didepan kakak dan kakak iparnya
"Memang salah kalau Bunda pingin kamu nikah?" Bunda Dona ga kalah dengan Dinda.
Dinda tidak merespon ucapan Bunda Dona.
"Memang Dinda mau dijodohkan dengan siapa Bun?" kali ini Satya tidak bercanda terlihat wajahnya serius
"Bunda tuh punya teman waktu kuliah dulu. Nah dia punya anak laki-laki. Rencananya Bunda mau kenalin sama Dinda. Siapa tahu cocok seperti kamu dan Andin." Bunda Dona menjelaskan.
"Bunda,, ga semua orang nasibnya mulus-mulus aja seperti kak Satya dan Andin. Alhamdulillah mereka cocok. Belum tentu juga itu berlaku di aku Bun."Dinda membela diri.
"Ya kan belum ketemu Sayang, ketemu dulu, kenal dulu gitu loh Din. Ya kalo cocok alhamdulillah." Bunda Dona memberikan penjelasan.
"Kalau enggak?" Dinda balik bertanya.
"Ya gpp juga." Bunda mengulur agar Dinda tidak semakin emosi.
"Gampanglah Bun. Lagian aku belum kepikiran nikah." Dinda memang belum terpikir menikah.
Satya dan Andin memilih tidak berpendapat apapun.
Satya hanya diam saat ini.
Tapi hati dan otaknya berpikir akan mencari tahu pada Bundanya laki-laki seperti apa yang akan dikenalkan pada Dinda.
Bagaimanpun juga sepeninggal almarhum Ayah, Satya adalah kakak sekaligus wali Dinda.
Tentunya Satya tidak mau dan tidak akan rela kalau Dinda sampai berjodoh dengan orang tidak baik.
Satya tidak mau Dinda mengalami nasib seperti dirinya dulu dengan mantannya.
Satya betul-betul akan selektif dengan jodoh Dinda.
Meski Satya akan memberikan kebebasan pada Dinda untuk memilih.
Karena Satya juga paham jika tidak semua perjodohan akan berakhir baik.
Beruntung ia dan Andin salah satu dari yang ditakdirkan baik oleh Allah.
Perbincangan berlanjut saat Andin dan Dinda ngobrol ditaman belakang.
Sementara Bunda Dona sedang berbicara dengan Satya didalam.
"Din serius lo mau dijodohin Bunda?" Andin bertanya sebagai sahabat Dinda.
"Serius gw Din, Bunda setiap hari ngomongin anak temennya." Dinda dengan wajah bete.
"Coba dulu sih, siapa tahu cocok." Andin menyarankan.
"Ye, Males ah!" Dinda dengan santai.
"Jangan bilang Lo masih ga bisa move on sama Soni?" tuduh Andin yang mengetahui jejak percintaan Dinda.
"Deuhhh males banget. Ga lah. Soni udah kelaut. Udah ga mikirin dia gw."Dinda jawab dengan wajah penuh dendam.
"Bener?" Andin memastikan.
"Lo jangan kayak Bunda deh! " Dinda ikut sebel dengan Andin.
"Deuh ilah sorry Din. Gw tuh sahabat Lo, gw care sama lo." Andin merangkul Dinda.
"Sahabat plus kakak ipar ya?"Dinda tertawa.
"Kayak judul FTV ya kita." Andin juga tersenyum.
"Gw cuma males aja Din, mesti mulai hubungan, kenalan, terus bla bla bla, ujung-ujungnya .." Dinda yang sudah sering bongkar pasang dunia perpacaran kali ini ada dititik jenuh.
" Ya lo jangan kalah sebelum perang dong Din. Siapa tahu ini jalan pembuka Lo. Bunda kan bilang kalo ga cocok ya gpp. Hak Lo buat nolak." Andin memberikan masukan.
Dinda mencerna perkataan Andin. Dirinya masih ragu.
Sebenarnya kandasnya hubungan Dinda dan Soni dipicu faktor keluarga Soni yang terlalu ikut campur hubungan mereka. Soni yang terlalu anak Mami membuat Dinda gerah.
Dinda memilih mengakhiri hubungannya dengan Soni dan Soni juga kini sudah dijodohkan dengan gadis pilihan ibunya.
"Ya gw pikirin deh Din." jawab Dinda santai.
"Pokoknya Lo harus tetep cerita-cerita sama gw kayak dulu. Kita juga udah lama ga jalan bareng." Andin kangen dengan waktu kebersamaan dengan Dinda.
"Masalahnya suami situ ga boleh ketinggalan bininya. Ribet. Gw juga kangen Din ma Lo." Dinda tahu Satya kakaknya sering jadi penghalang keduanya ketika akan hang out.
Andin membenarkan perkataan Dinda dalam hati. Satya yang kini lebih bucin membuat Andin kadang sulit bergerak.
"Ya nanti gw kasih pengertian deh ke kakak lo, kan demi adeknya juga." Andin mengangkat alisnya.
"Wah sekarang lo udah jadi pawang ya Din." Dinda asal jeplak.
"Pawang apaan?"Andin bertanya.
"Pawang Om-Om!" jawab Dinda tertawa.
Andin tertawa mendengar kata-kata Dinda.
Keduanya tak sadar Satya yang kini mendekati mereka tampak heran apa yang hendak membuat istri dan adiknya begitu bahagia.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Mimi Abduh
lanjut
2022-05-23
3
Tantri Mυɳҽҽყ☪️
agak bingung..dua dua nya panggilannya din..dinda sama andin
2022-05-22
2
Maritza Hanan
lanjutb
2022-05-16
2