Andin melaksanakan kewajibannya sebagai Hamba mengerjakan ibadah shalat subuh.
Begitupun Satya yang sudah berangkat ke Masjid sebelum waktu shalat subuh datang.
Andin segera ke dapur memasak sarapan untuk mereka berdua.
Menu simple dan cepat yang dibuat Andin pagi ini adalah Nasi Goreng Seafood. Andin membuat kopi untuk Satya sementara teh untuk dirinya sendiri.
Keduanya menyantap sarapan dengan nikmat.
"Gimana Kak?" Andin meminta tanggapan Satya tentang nasi goreng buatannya.
"Enak." Satya berkata seiring tandasnya nasi goreng dipiring miliknya.
"Alhamdulillah kalo kalo sesuai selera kakak." Andin memindahkan piring bekas mereka makan ke dapur.
"Din kamu ke kantor naik apa?" Satya menanyakan Andin yang kini sedang bersiap memakai heelsnya.
"Aku pesen ojol aja kak." Andin mengetik di HP.
"Ga usah Din, bareng aku aja." Satya menawarkan.
" Ga usah ka, lagi pula kantor kakak dekat dari sini, malah jadi muter kalo anter aku. Aku sudah biasa pake ojol ka setiap hari." Andin tidak mau merepotkan.
"Udah anggap aja itu barter karena kamu udah bikin nasi goreng yang enak. Mulai besok aku akan antar kamu berangkat tapi imbalannya kamu bikinin sarapan yang enak, kalo ga enak kamu naek ojol. Deal?" Satya mengulurkan tangannya mengajak Andin salaman.
"Ok. Deal! Lumayan irit ongkos. Coba dari dulu punya kakak kayak Kak Satya, bisa makmur Aku." Andin tertawa.
Satya kembali tertawa.
Tanpa Satya sadari setiap hari ada saja hal yang membuat Satya tertawa karena perkataan Andin.
Satya teringat dengan Dinda adiknya yang sebelas dua belas dengan Andin.
"Pantas keduanya bersahabat." Batin Satya yang menyadari mengapa adiknya begitu dekat dan menyayangi Andin.
Keduanya sampai di Gedung WO tempat Andin bekerja.
"Makasi Kak." Andin hendak turun membuka pintu mobil Satya.
"Din, nanti balik kantor jam berapa?" Satya bertanya.
"Ga tentu sie kak tergantung klien hari ini cepat atau lama. Kenapa kak?"
"Kalo kamu mau kita bisa balik bareng." Tawaran Satya.
Akhirnya Satya balik menuju kantornya dan Andin siap mulai kembali bekerja berkutat bersama klien-kliennya yang merupakan calon-calon pengantin.
"Cie penganten baru, udah masuk nih. Gimana-gimana?" Gina teman kerja Andin yang ikut kaget saat tahu Andin menikah dengan klien mereka yang ditinggal kabur calon mempelai wanita.
"Gimana apa sie Gin?" Andin mengalihkan pembicaraan.
"Ya gitu-gitu, udah belom? Kepo nih gw." Gina semakin mendekat.
"Ga ada lah gitu-gitu. Lo tahu sendiri asal muasal gw bisa nikah." Andin mengangkat alisnya.
"Iya juga sie. Tapi kan bisa aja kali Din, Kalian jangan-jangan pisah kamar ya, kayak di novel-novel gitu, ntar terus khilaf eh jadi deh gitu-gitunya." Gina sambil membayangkan layaknya novel yang sering dibacanya.
"Ini nih korban novel, kebanyakan ngayal Lo Din. Gw sih ngalir aja Gin. Terserah Allah aja deh mau dibawa kemana pernikahan gw." Andin memang membentengi dirinya bagaimanapun juga Andin paham Satya mencintai Vera bukan dirinya. Dirinya hanya sebagai pengganti.
Ditempat lain Satya yang dihampiri rekan sekantornya juga mendapat pertanyaan yang sama dengan Andin.
Sementara di kantor Satya diledek rekan sekantornya.
"Emang gw Lo!" Satya memukul lengan rekan sekantornya.
"Patah hati bikin Lo ga normal deh Sat. Seminggu seranjang sama cewek 24 jam ketemu tiap hari tapi lw ga ngapa-ngapain? wah Lo sebaiknya cek ke dokter Sat, gw takut Lo berubah belok gara-gara patah hati sama si Vera." Ledek rekan Satya.
"Sialan Lo." Satya melepar kertas kearah rekannya.
"Lagian Lo Sat, Punya bini cantik seminggu dianggurin. Kalo gw jadi Lo, walaupun ga cinta dan mendadak nikah, bakal ga tahan. Jebol juga imin gw seranjang sama perempuan cantik."
Tak mau kena lemparan Satya kedua kalinya, rekan Satya memilih meninggalkan ruangan Satya.
Satya tersenyum membayangkan seminggu kebersamaannya dengan Andin.
Satya tidak memungkiri Andin memang cantik.
Usianya bahkan lebih muda dari Vera.
Tapi cinta? Satya bisa memastikannya bahwa hatinya masih terluka akan pengkhianatan Vera.
Satya melihat foto-foto pernikahannya di HP.
Satya melihat slide demi slide gambar keduanya.
"Ga ada yang senyum, dua-duanya cemberut." Satya tersenyum melihat foro pernikahan mereka tanpa senyuman cenderung cemberut beberapa bahkan tanpa ekspresi.
"Andin memang cantik." Satya kembali tersenyum.
Satya memperhatikan wajah Andin di ponselnya dalam balutan kebaya akad nikah bersamanya.
Foto lain saat Andin memakai gaun diresepsi pernikahan sambil mengalungkan tangannya di lengan Satya.
Satya ingat betul hal itu dilakukan berkat suruhan sang fotografer.
Satya tertawa mengenang satu per satu foto yang kini berasa tersimpan di HP Satya.
Cintakah?
Tentu belum.
Satya hanya merasa nyaman saja.
Mulai terbiasa saat bangun tidur melihat ada seseorang yang dilihatnya.
Saat malam ketika akan menutup mata melihat seseorang yang menemani disebelahnya.
Sarapan sebelum ngantor dengan masakan rumahan bukan order lewat aplikasi.
Belanja bersama membeli isi kulkas.
Menonton Netflix bersama dan saling berpendapat tentang cerita film.
Seni menunggu kamar mandi secara bergantian.
Bercermin bergantian saat mematut penampilan.
Dan yang terakhir Satya mengantar jemput perempuan lain selain Vera pacarnya, yang kini berstatus Istri Satya.
Senyum diwajah Satya tampak enggan meninggalkan sang pemilik.
Satya menutup galeri HP nya kembali melanjutkan pekerjaannya.
Tak terasa pukul 5 sore.
Andin menyandarkan tubuhnya setelah hari ini meeting estafet dengan 3 calon pengantin.
Ponsel Andin berdering.
"Assalamualaikum." Andin memberi salam.
"Waalaikumsalam. Kamu masih dikantor atau sudah mau pulang?" Satya menanyakan Andin apakah sudah selesai dengan pekerjaannya.
"Sudah Kak, ini mau pulang tapi lagi nyender bentar," Andin memang sedang meregangangkan punggungnya yang terasa pegal.
"Ok kalau begitu aku otw sekarang. tunggu ya." Satya menutup telp nya bergegas menjemput Andin.
Andin meletakkan ponselnya di meja.
Tanpa sadar Andin tertidur di kursinya dengan lelap.
Andin perlahan membuka matanya.
Andin terkejut didepan mejanya Satya duduk menghadap Andin sambil melihat ke ponsel miliknya.
"Kak Satya. Kapan sampe Kak?" Andin meluruskan posisi duduknya, Andin terkejut Satya sudah berada diruangannya dan duduk tepat didepan Andin.
"Aku telp HP kamu ga diangkat. Aku tanya aja sama pegawai disini kamu ada atau sudah pulang. Mereka suruh aku ke ruangan kamu. Waktu masuk kamu lagi tidur ya sudah aku tunggu kamu bangun." Satya tertawa saat menceritakannya.
"Kakak kenapa ga bangunin aku. Nungguin lama ya kak?"
"Ya lumayanlah buat dengerin ngorok sama liat iler kamu." Ledek Satya pada Andin.
"Ga ada ya aku ngorok apalagi ngiler." Andin ga terima dengan perkataan Satya.
Satya hanya bisa tertawa melihat reaksi Andin.
Memang Satya berbohong mengenai perkataannya pada Andin.
Andin tidak ngorok apalagi ileran.
Satya yang masuk atas izin rekan Andin.
Satya melihat Andin begitu lelap tertidur.
"Kamu capek banget kali ya, sampe ketiduran begini." batin Satya mendekati Andin menyandarkan dirinya di meja kerja Andin melihat secara dekat Andin yang tertidur pulas.
Namun saat Andin bergerak, Satya segera duduk dikursi depan meja Andin.
Andin kembali dalam tidur dan belum ada tanda-tanda bangun.
Satya menatap Andin saat itu dengan penilaian bahwa memang Andin perempuan cantik.
Andin yang kini mengenakan kemeja dan rok selutut membuka blazernya membuat Satya bisa melihat bentuk badan Andin yang sangat bagus proporsional tak kalah dari Vera justru Andin memiliki kulit yang putih.
Sebagai laki-laki dewasa Satya tentu tertarik melihat tampilan Andin layaknya wanita cantik dan mempesona.
Satya membenarkan memang benar yang dikatakan rekan kantornya, semua pria akan bergairah melihat perempuan apalagi perempuan itu cantik, namun jika ditanya cinta nanti dulu.
Lamunan Satya kembali tersadar saat Andin bangun dan menanyakan alasan keberadaan Satya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Nurfani Abd Rahman
tumbuh cinta
2022-05-24
2
Nurfani Abd Rahman
lanjuy
2022-05-24
2