"Assalamualaikum" Satya dan Andin masuk kerumah Bunda Dona memberi salam.
Bunda Dona tampak senang sekali kedatangan Anak dan Menantunya.
Bunda Dona memeluk Andin.
Andin dan Satya mencium tangan Bunda Dona secara bergantian.
"Sayang gimana kabar kamu?" Bunda Dona mengajak Andin ke dalam dan disana bertemu dengan Dinda.
"Din, kangen. Ih Kak Satya nyulik sahabat aku lama banget!" Dinda memeluk Andin Sahabatnya yang belakangan sulit ia temui sejak nikah dengan kakaknya.
"Sama Din, gw juga kangen sama Lo." Andin masih berpelukan dengan Dinda.
"Kalian menginap sini kan?" Bunda bertanya pada keduanya.
"Iya ma, kita nginap." Andin menjawab.
"Kita makan dulu yuk." Bunda Dona mengajak anak-anaknya makan malam bersama.
"Din, kemaren kamu ada job di jogja ya?" Dinda bertanya.
"Iya, kemarin 4 hari di Jogja." Andin menjawab.
"Pantes, ada yang kesepian Din!" Ledek Dinda pada Satya.
"Oh jadi kamu kemarin ke Jogja ya, besok-besok suamimu diajak Sayang biar ga kehilangan." Bunda Dona meledek Satya.
Andin masih ga paham maksud keduanya.
"Kak Satya kemarin nyusul kok ke Jogja. Ternyata klien aku sahabat Kak Satya." Andin menjelaskan.
"Cie,,, Modus aja Kak" Dinda meledek Satya.
"Wah kalian sekalian honeymoon ceritanya. Bunda bakal cepet punya cucu nih." Bunda tersenyum pada Andin dan Satya.
Andin tersedak mendengar ucapan Bunda, Satya sigap memberikan air dan menepuk pelan punggung Andin.
"Bun, liat deh, Duh jadi pengen punya suami Bun, Biar ada yang perhatiin." Dinda melihat kakaknya sweet sekali dengan Andin.
"Sirik aja!" Satya menjawab ucapan Dinda.
Selesai makan malam mereka berkumpul di ruang tengah mengobrol ngalor ngidul melepas rindu.
Terutama Dinda ke Andin sahabatnya yang memang ia rindukan.
"Din gimana rasanya, mantep ga?" Dinda semakin gesrek dengan kode menaikkan alisnya.
Andin menggiring Dinda ke taman belakang.
Dinda mengikuti Andin ke taman belakang.
"Ye pelit amat lo kakak ipar. Cerita dong gimana udah itu kan?" pertanyaan Dinda semakin frontal setelah kini hanya ada mereka berdua.
Andin bingung harus menjawab apa.
Dinda melihat gelagat aneh diwajah Andin.
Andin gelagapan mendapat pertanyaan dari Dinda sahabatnya.
"Din jangan bilang Lo sama Kak Satya belum?"Dinda menggantung peetanyaannya.
Andin menggeleng.
Tanpa kata-kata Dinda paham maksud Andin.
Dinda memeluk Andin dengan perasaan sedih.
"Din maafin gw ya, kalo Lo ga kita paksa buat nikah sama Kak Satya mungkin Lo ga harus ngalamin ini semua." Dinda bersedih dengan keadaan Andin dan merasa bersalah karena saat itu Dinda meminta Andin menikah dengan kakaknya.
Andin melepaskan pelukannya dari Dinda.
Andin memegang tangan Dinda menatap wajah Dinda.
"Din, ga ada yang perlu dimaafkan. Ini semua sudah takdir. Gw berusaha menerimanya. Gw juga udah sepakat dengan Kak Satya, kita bedua akan tetap meneruskan pernikahan ini. Kami berdua akan sama-sama belajar untuk bisa saling mencintai. Gw paham Din, Kak Satya pasti belum bisa menerima gw sebagai istrinya sepenuhnya. Tapi gw akan coba belajar dan terus berusaha. Doain kita berdua ya." Andin menjelaskan bagaimana hubungan ia dan Satya.
Dinda kembali memeluk sahabatnya. Terharu akan sikap dan pribadi sahabatnya Andin yang memang baik dan tulus.
"Makasi ya Din. Gw yakin Kak Satya perlahan akan mencintai Lo. Gw liat Kak Satya mulai perhatian sama Lo." Dinda menggenggam menatap manik mata Andin.
"Masa?" Andin meledek Dinda.
"Ye Lo kalo gw kasih tahu. Din kemaren pas Lo ke Jogja Kak Satya mau nginep disini, tapi gw sama Bunda kan ke Manado. Lo tahu alesan Kak Satya mau nginep?" Dinda menjelaskan.
Andin menggeleng menjawab pertanyaan Dinda.
"Kesepian. Kak Satya bilang dia sepi, bete sendirian di Apartemen. Lo tahu kan dari dulu juga dia sendiri di Apartemen." Dinda meyakinkan.
"Ya dulu kan Ada Vera." Andin dengan wajah bete.
"Eits,, jangan bilang Lo cemburu ya?" Dinda menyolek hidung sahabatnya.
"Apaan sih Din. Ga lucu ah!" Andin menjauh dari Dinda.
Dinda mengikuti Andin
Menepuk bahu Andin. " Din, gw seneng banget Lo sama Kak Satya sepertinya udah mulai tumbuh benih-benih cinta nih." Dinda tersenyum.
"Tuh kan, ngeledek lagi." Andin kesel digoda sahabatnya.
"Ya Gpp dong. Sama suami sendiri." Goda Dinda.
Andin kabur dan Dinda mengejar.
Keduanya malah kejar-kejaran disekitar kolam renang.
Capek dan ngos-ngosan. Kedua tertawa bersama.
"Jangan diangguran ya kakak ipar suaminya. Cepet dipancing buat ehem ehem, biar gw cepet punya keponakan."
"Dasar ga kakak ga adek sama-sama mesum." Andin mengejar Dinda yang lari.
Sementara Satya kini dipanggil Bunda Dona untuk berbicara.
"Sat, bagaimana hubungan kamu sama Andin?"
"Maksud Bunda?"
"Bunda tahu kamu belum memenuhi kewajiban kamu kan?" Bunda Dona to the point.
"Bunda apaan sih bertanya begitu." Satya kikuk.
"Sat, Bunda paham sekali kamu dan Andin mungkin awalnya menikah karena paksaan. Tapi pernikahan kalian bukan main-main. Tugas kamu sebagai suami Andin tetap harus kamu jalankan. Jangan bilang kamu juga belum memberikan nafkah ke istri kamu?"
Satya merasa bersalah, benar yang bunda katakan.
Satya belum pernah memberikan nafkah lahir apalagi batin.
Satya menunduk dan Bunda Dona tahu jawabannya.
"Satya lihat Bunda."
Satya menatap wajah Bundanya.
"Sat, Andin itu istri kamu. Kamu kepala keluarga buat Andin dan anak-anak kalian. Apa yang kamu miliki disana ada hak Andin. Wajib hukumnya seorang suami memberikan nafkah lahir maupun batin. Dzolim Satya kalau kamu tidak memenuhi hal tersebut. Jangan bilang kamu masih mencintai Vera, makanya kamu belum mau melakukannya!" Tatapan tajam Bunda Dona saat menyebut Vera.
"Tidak Bun. Satya sudah melupakan Vera. Satya juga sudah membuang dan membakar barang-barang ,foto dan semua yang berkaitan dengan Vera." Satya menjelaskan.
"Bagus kalau begitu. Kamu harus belajar mencintai Andin. Jangan sampai kamu menyesal nanti disaat kamu sekarang menyia-nyiakan Andin, kemudian ada pria lain yang mencintai Andin dan Andin bisa saja jatuh cinta dengan nya karena kamu tidak memperlakukan istri kamu sebagaimana mestinya." Bunda Dona memberikan pandangan.
"Satya dan Andin juga sudah membicarakan hal itu. Kita berdua sepakat akan terus melanjutkan pernikahan ini. Kami sepakat untuk belajar saling mencintai." Satya menjelaskan.
"Buktikan dengan tindakan Satya. Perempuan ga hanya butuh kata-kata dan janji tapi butuh bukti." Bunda menegaskan.
Satya memikirkan kata-kata Bundanya.
Satya menyadari memang dirinya egois.
"Seharusnya aku peka bukannya hanya menunggu Andin bereaksi." Satya menyadarinya.
Satya melihat Andin dan Dinda sedang kejar-kejaran di kolam berenang.
Tampak raut wajah, tawa, senyum dan keceriaan Andin tercurahkan.
"Din, aku janji akan membahagiakanmu. Aku akan membuatmu bahagia."
Satya dengan senyuman mengembang dibibirnya menatap Andin bersama Dinda.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Afternoon Honey
💖💖💖
2023-05-06
2
Rosita
satya andin 😍😍
2023-02-22
2
Mimi Abduh
🤩🤩
2022-05-22
2