Andin dan Satya sudah dalam perjalanan pulang menuju Apartemen.
Andin seperti biasa memilih menonton drakor dari HP nya karena suasana hening tanpa kata dari Satya yang memang banyak diam menjadi hal biasa buat Andin.
"Din, kamu laper ga? Mau makan malem ga?" Satya mengajak Andin makan malam namun tak kunjung ada jawaban.
Satya tak melihat bahwa kuping Andin memakai headset. Sehingga Andin tidak mendengar kata-kata Satya.
Satya menoleh pada Andin, kini Satya tahu penyebabnya.
Satya langsung mencondongkan badannya melepas headset yang terpasang ditelinga Andin.
Andin kaget dengan apa yang dilakukan Satya.
Reflek Andin memegang pergelangan tangan Satya membuat Satya terkejut hingga badan Satya condong pada Andin.
Posisi yang membuat keduanya saling pandangan karena kedua wajah mereka kini berada dalam jarak begitu dekat.
Satya terbiasa melihat wajah Andin, terutama saat mereka sedang tidur diranjang, namun dengan mata Andin terpejam.
Begitupun sebaliknya Andin sering melihat Satya dalam mata terpejamnya saat keduanya berada diranjang yang sama.
Kini mata keduanya terbuka. Netra keduanya saling pandang. Tak ada penghalang. Deru nafas keduanya pun mampu terdengar. Hembusan nafas Andin maupun Satya saling menyapu wajah masing-masing.
Satya segera kembali pada posisi dibelakang kemudi.
Sementara Andin menyimpan HP nya dalam tas.
"Kak kita kok berenti disini?"
Andin segera menatap keluar tampak belum sampai tujuan namun mereka kini berhenti.
"Kamu laper ga Din? Kita makan seafood yuk." Ajak Satya .
Bak gayung bersambut perut Andin dengan sangat tidak sopan berbunyi, hingga tak perlu lagi Satya menunggu jawaban dari mulut Andin.
Keduanya duduk di warung tenda seafood pinggir jalan.
Setelah memesan menu keduanya menunggu sambil sibuk dengan HP masing- masing.
Tampak pengunjung mulai berdatangan di warung tenda tersebut.
Waktunya memang pas untuk jam makan malam.
"Aku pikir Kak Satya ga mau makan dipinggir jalan." Andin membuka obrolan.
"Siapa bilang, aku tuh seneng makan dipinggir jalan. Namun sejak sama Vera dia ga..." Satya menghentikan jawabannya.
Andin merasa tak enak hati pertanyaannya justru membuat Satya mengingat Vera.
"Maaf Ka, aku ga bermaksud." Andin meminta maaf atas perkataannya membuat Satya mengingat Vera.
"Gapapa Kok Din. Lagi pula sudah masa lalu juga. Sekarang aku bisa makan bareng kamu." Satya menjawab seolah tanpa pikir dan nyelos begitu saja dari bibirnya.
Andin hanya nyengir kuda mendengar jawaban Satya.
Untung saja menu pesanan keduanya datang sehingga mereka langsung menyantap makanan dan beralih dengan ketopik lain.
"Enak Ka seafoodnya. Kakak biasa makan disini? Andin bertanya sambil menikmati kepiting yang sedang ia coba buka dengan alat namun tampaknya belum berhasil.
Satya melihat Andin kesulitan dalam membuka cangkang kepiting, seketika langsung menyuapi Andin dengan daging kepiting yang berhasil dibukanya.
"Aa..." Satya menyorongkan suapan ke Andin.
Andin melahap daging kepiting yang disuapi Satya.
"Enak kan?" Satya dengan senyum di bibirnya.
Deg!
Dada Andin seketika merasakan Gelayar berdesir.
"Ngak mungkin." batin Andin segera menolak.
"Din, Kok bengong?" Satya melihat Andin melamun dan menggelengkan kepalanya.
"Ayo Kak cepet makannya. Biar cepet pulang. Soalnya besok aku mau ke Jogja berangkat pagi." Andin mengalihkan pertanyaan Satya dengan mengatakan kepergian Andin ke Jogja urusan pekerjaan.
Andin memang akan ke Jogja selama 4 hari karena klien mereka mengadakan rangkaian acara pernikahan di Jogja.
Sudah menjadi kewajiban Andin sebagai WO melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Mendengar kata-kata Andin Satya langsung cepat merespon.
"Jogja?" Satya menatap Andin yang sedang menyantap kerang hijau saus padang.
"Iya Kak ke Jogja ada klien rangkaian acara pernikahannya dilaksanakan di Jogja selama 4 hari." Andin tampak santai saja saat memberitahukan.
"4 hari? berarti sampai minggu?" Satya menegaskan.
"Kemungkinan malah senin sepertinya Ka. Soalnya kan yang bawa mobil istirahat dulu malamnya. Senin pagi baru kita balik kesini." Andin menjelaskan.
Raut wajah Satya berubah namun tak diperhatikan Andin.
Sepanjang perjalanan Andin dan Satya kembali dalam mode favorit mereka diam seribu bahasa.
Dengan kesibukannya masing-masing tak sadar sudah sampai di basement apartemen.
Satya lekas mandi sedangkan Andin sedang menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa dikoper untuk besok.
Satya melihat Andin yang sedang berkemas.
Entah mengapa Satya merasa kehilangan dengan kepergian Andin esok.
"Come on Sat. Ngapain dipikirin." Satya berkata dalam hatinya.
"Akhirnya, Beres." Andin selesai dengan packing-packing.
Andin bergegas masuk kamar mandi memilih berendam sejenak dalam bathup.
Merecharge energi karena Andin tahu besok akan padat merayap pekerjaannya.
"Andin biasa banget kalo dikamar mandi lama. Ngapain aja sih." gumam Satya.
Satya yang kepo maksimal masih waras tak sampai memaksa masuk, hanya bisa menunggu sambil menonton Netflix berbaring diranjang.
Andin keluar lengkap dengan kaos dan celana pendek.
Rambutnya yang basah dikeringkan dengan bantuan hairdryer.
Satya menikmati pemandangan tersebut.
Satya terbiasa melihat pemandangan indah di depan matanya.
Andin naik ke atas ranjang dengan posisi siap-siap tidur memunggungi Satya yang masih menonton.
Satya sulit sekali memejamkan mata.
"Din, udah tidur ya?" Satya akhirnya memutuskan memanggil Andin.
Andin pun sebenarnya belum tidur, hanya saja Andin memilih diam.
"Din, " Panggil Satya lagi.
Kali ini Andin berbalik.
Andin memiringkan tubuhnya.
Kini keduanya saling berhadapan sambil berbaring diranjang yang sama.
"Kenapa ka?" Andin bertanya.
"Kamu sering dapet klien ke luar kota?" Satya kali ini menanyakan seputar pekerjaan Andin.
"Ya kebetulan selepas pandemi kemaren bahkan nikahan yang numpuk ditahun ini. Dan klien bangak yang datang dari luar kota. Mau ga mau ya mesti dikerjakan. Kan memang sudah kewajiban Andin." Andin menjelaskan.
"Din, kamu biasa keluar kota sendiri?" Satya dengan pertanyaan yang tidak logis.
"Kan perginya ga sendiri, tim WO ikut semua."
Andin kembali mau ambil ancang-ancang tidur.
Tapi kembali Satya mengajak bicara.
"Din, udah mau tidur ya?" Satya memanggil Andin.
"Kak Satya kenapa?" Andin langsung menanyakan karena ga biasanya.
Satya gelagapan balik ditanya Andin.
Satya juga bingung mengapa hatinya ga rela ditinggal Andin besok selama 4 hari.
"Gapapa Din, ya sudah kamu istirahat saja." Satya menyuruh Andin tidur karena dirinya bingung hendak jawaban apa yang akan ia berikan.
Gara-gara ulah Satya Andin jadi ga bisa memejamkan mata.
Andin beranjak dari kasur berdiri mau membuat minuman hangat agar kantuknya datang.
"Kamu mau kemana Din?"
Satya spontan menanyakan saat Andin bangun dan menuju keluar kamar.
"Mau bikin minuman hangat. Kakak mau?" Andin menawarkan.
"Boleh." Satya tersenyum senang Andin masih membuka mata.
Andin menuju dapur.
Andin membuat cokelat panas.
Menunggu coklat matang, sambil mengaduk-aduk Andin terlintas dalam pikiran Andin berat untuk pergi.
"Din, inikan tugas rutin. Biasanya juga ga masalah. Kali ini kenapa rasanya berat ya keluar kota sendiri dan selama 4 hari pula."
"Mana mungkin karena Satya?"
Andin buru-buru menepis pikiran yang melintas dikepalanya.
Satya menunggu Andin yang tak kunjung ke kamar.
Satya berniat menyusul Andin ke dapur segera keluar kamar.
Ternyata Andin sudah sampai didepan kamar hendak masuk.
Brukkk!
Mug berisi cokelat panas tumpah tanpa terhindarkan.
Menyiram tangan Andin dan Membasahi kaos yang Satya kenakan.
"Aduh, panas!" Andin melihat tangannya tersiram.
Satya panik melihat tangan Andin tersiram cokelat panas, Segera menggendong Andin membawanya ke kamar mandi untuk membilas tangan Andin.
Satya mengambil kotak P3K membalurkannya pada tangan Andin dengan salep untuk mengurangi rasa sakit san bengkak.
Tanpa ada kata, hanya ucapan terima kasih Andin.
Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Eni Ghiya
bagus
2022-05-18
2
Oyah Oyah
Next thor
2022-05-17
3