Satya mengantar Andin ke kosan Andin.
Keduanya kini berada di kamar kos Andin.
Mengemasi barang-barang Andin untuk tinggal dirumah Satya bersama Bunda Dona dan Dinda.
Sebenarnya Satya langsung ingin kembali ke Apartemen namun dilarang Bunda Dona.
Alhasil Satya dan Andin mau tak mau menuruti.
"Andin, bisa kita bicara sebentar." Satya memanggil Andin yang sedang memasukan baju-baju ke koper.
Keduanya kini berbicara duduk lesehan dikamar kos Andin.
"Pernikahan kita memang SAH secara agama maupun negara, namun kita menikah tidak saling mencintai. Aku tidak akan menuntut macam-macam padamu. Kamu tak perlu repot-repot menjalankan kewajibanmu sebagai istri. Kamu juga tidak perlu takut aku akan berbuat macam-macam padamu." Satya dengan wajah datar berbicara menatap Andin.
"Baik. Ka." Andin hanya menjawab singkat.
Pikiran Andin belum sepenuhnya pulih.
Andin masih tidak mempercayai bahwa kini ia telah menikah.
Menjadi seorang istri dari Satya kakak sahabatnya sendiri yakni Dinda.
Meski kedekatan Andin dengan Dinda dan Bunda Dona, dan tentu Andin mengenal Satya, namun ia hanya mengenal Satya sebagai kakak Dinda, dan memang hanya sekedar tahu.
Andin bahwa jarang bertemu Satya karena saat Andin kenal Dinda Satya sudah tinggal di apartemennya sendiri.
Pribadi Satya yang dingin, pendiam dan kurang ramah membuat Andin tidak terlalu mengenal sosok pria yang kini berstatus suaminya.
Satya dan Andin sudah sampai dirumah Bunda Dona.
"Assalamualaikum." Andin dan Satya mengucap salam saat masuk kerumah.
"Waalaikumsalam." Bunda tersenyum melihat kedatanagan anak dan menantunya.
Dinda segera menghampiri sahabatnya membantu Andin membawa barang-barangnya.
"Sayang kamu sudah bawa semua barang-barang kamu dan pamit dari Kosan?" Bunda berkata saat Andin mencium tangannya.
"Iya Bunda. Sudah." Andin tersenyum saat melepas ciuman tangannya dari Bunda.
"Ya sudah sekarang kamu langsung ke atas ya, Kamar Satya di atas kamu istirahat dulu." Bunda menepuk lengan menantunya.
Setelah mencium tangan Bunda Satya memang langsung naik meninggalkan Andin yang masih berbicara dengan Dinda dan Bunda.
Dinda mengantar Andin ke kamar Satya.
Dinda melihat ada keraguan diwajah Andin saat hendak membuka pintu kamar Satya.
Dinda mengetuk pintu kamar Satya.
"Kak, buka pintunya." Dinda mengetuk sambil memanggil Satya.
"Din aku ke bawah dulu ya, kamu masuk saja. Ini kamar kamu juga." Dinda mengusap punggung Andin sambil memegang tangan Andin
Sepeninggal Dinda, Andin membuka pintu kamar Satya.
Ada keraguan dari hati Andin.
Bayangkan saja selama ini Andin hidup sebatang kara.
Andin tidak mengenal Ayahnya sejak kecil.
Andin hanya mengenal ibunya.
Namun saat Andin SMP ibunya meninggal.
Maka Andinlah sendiri berjuang melanjutkan hidup dan sekolahnya.
Sampai akhirnya Andin berjumpa pemilik WO tempatnya bekerja yang menolong Andin memberikan pekerjaan dan tempat tinggal.
Dari sanalah Andin berkenalan dengan Keluarga Dinda termasuk Bunda Dona yang memang salah satu pelanggan di butik milik Bos Andin sang pemilik WO tempat Andin bekerja.
Ceklek.
Andin masuk ke kamar Satya.
Andin mengedarkan pandangannya saat memasuki kamar itu.
Kamar bernuansa didominasi warna putih, krem, dan hitam tampak sekali menunjukkan sisi pria dewasa yang maskulin.
Andin mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.
"Mungkin Kak Satya sedang mandi." gumam Andin karena memang sejak Andin masuk kamar ini kosong.
Andin memilih duduk di sofa yang berada dikamar itu.
Andin tidak mah lancang karena ini kamar Satya.
Selang beberapa lama Satya keluar dari kamar mandi.
Keduanya sama-sama terkejut.
Andin seketika memalingkan wajahnya.
Andin tak memungkiri wajahnya pasti merah saat ini.
Melihat Satya hanya menggunakan handuk setengah badan dan membiarkan dada bidang nan atletisnya terekspos nyata membuat mata Andin sekejap mampu menangkap detail roti sobek tersebut ditambah tetesan air dari rambut basah Satya membasahi tubuh Satya yang bisa dikatakan sempurna layaknya oppa-oppa drakor yang sering Andin kagumi.
Begitu Satya, meski ia bukanlah pria polos karena bagaimanpun ia sudah berpacaran dengan Vera cukup lama.
Selayaknya kedua insan dewasa berpacaran tentu tak asing bagi Satya menunjukkan tubuhnya kepada Vera, meski Satya menjaga betul bahwa mereka tidak akan pernah melakukan hal yang satu itu sebelum menikah.
Jika hanya sebatas pelukan, ciuman, pegangan Satya den Vera biasa melakukannya.
Melihat reaksi Andin Satya hanya tersenyum mencibir.
Satya mengambil pakaiannya dan bergegas masuk kamar mandi dan memakainya.
Andin masih duduk disofa, dan kembali mengedarkan pandangannya setelah Satya masuk ke kamar mandi.
"Apa-apan dia, seenaknya saja cuma pake handuk doang." Andin yang saat ini sudah bisa mengendalikan gemuruh jantungnya setelah melihat pemandangan indah.
"Kamu bisa pakai lemari yang di sebelah kiri. Masukan baju-baju kamu disitu." Satya berbicara setelah keluar kamar mandi tentu kini dirinya sudah menggunakan kaos dan celana santai.
Andin memasukan baju-bajunya ke dalam lemari yang ditunjukkan Satya.
Sementara Satya memilih berkutat dengan Laptopnya dimeja kerja.
Melihat gelagat Andin bingung setelah selesai memasukan baju Satya kembali bersuara.
"Kalau kamu mau mandi, handuknya bersihnya ada di dalam lemari, namun kalau kamu mau handuk baru coba tanyakan pada bibi." Satya menjelaskan tanpa melihat wajah Andin.
"Aku bawa handuk sendiri Ka." Andin hendak menuju kamar mandi.
Memang tubuhnya sudah rindu dengan air. Letih rasanya badan, pikiran dan hati Andin.
"Oh iya Din," ucapan Satya menghentikan langkah Andin hendak masuk kamar mandi.
"Kamu tidak perlu canggung. Kamar ini kamar kamu juga sekarang. Satu lagi, lusa kamu siap-siap kita akan pulang ke Apartemen. Kita akan tinggal di apartemen. Mungkin kamu tidak nyaman berdua bersamaku, namun lebih aneh lagi bila kita tinggal terpisah dan tidak terlihat bersama. Seperti yang pernah aku katakan. Aku tidak akan meminta dan menuntut macam-macam. Jadi tidak perlu repot-repot menjadi istriku. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Begitupun kamu silahkan lakukan mu seperti biasa tanpa perlu sungkan atau ijinku." Satya dengan suara datar dan wajah menatap Andin.
"Iya Ka, Aku paham. Kakak tidak perlu khawatir. Akupun tidak akan menuntut macam-macam terhadap Kakak." Andin segera masuk ke kamar mandi.
Dalam kamar mandi Andin memejamkan matanya saat merendam tubuhnya.
"Pernikahan seperti inikah yang harus aku jalani?" batin Andin dengan lirih.
Disaat dirinya masih terluka akibat pengkhianatan Tio, mantan kekasih Andin yang tentu tak bisa Andin lupakaan saat Andin memergoki keduanya tengah asik melepas gairah tanpa sehelai benang distudio foto Tio.
Kini Andin harus menjalani pernikahan tanpa cinta dengan laki-laki yang tak mencintainya bahkan memberikan garis dan jarak yang begitu lebar.
Andin menetaskan airmatanya seolah lelah akan perjalanan hidupnya yang berliku, berbalut kesedihan dan nestapa.
Dalam titik ini, Andin merasa hancur tak punya semangat.
Meski selama ini cobaan dan ujian datang menyelimutinya meski mampu dilewati, tapi Andin tetaplah manusia biasa, bisa merasakan sakit dan terluka hingga kehilangan semangat hidup.
Sudah berapa lama Andin berada dikamar mandi.
Satya yang sudah dikabari bibi ditunggu Bunda makan malam dibawah mau tak mau mengetuk kamar mandi mengecek keadaan Andin.
"Andin, Andin." Satya mengetuk pintu kamar mandi.
Andin bergegas merapikan pakaiannya. Dengan Kaos putih dan celana pendek serta rambut yang masih tergulung handuk Andin keluar dari kamar mandi.
"Kamu bertapa Din, lama banget?" Ucap Satya yang datar dirasa membingungkan Andin bercanda atau memang kesal.
"Bunda menunggu kita makan malam." Satya kembali melanjutkan kata-katanya setelah Andin tak menjawab apapun dari kata-kata Satya sebelumnya.
"Kak Satya duluan saja, aku mau keringkan rambut dulu."
Andin membuka gulungan handuk dan tergerailah rambut panjang Andin yang basah mengeluarkan aroma harum hingga tercium oleh hidung Satya.
"Harum." batin Satya dalam hatinya.
"Aku ke bawah duluan."
Satya bergegas keluar ia tak mau Andin sadar indera penciuman Satya sempat menikmati aroma wangi rambut Andin.
Andin melanjutkan mengeringkan rambutnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Anonymous
We
2023-03-18
2
Hendra Yenni
Good Thor
2022-05-20
3
Chen Aya
tak kasih bunga thor 🌹🌹🌹
2022-05-20
2