Suara adzan subuh dari HP Andin terdengar.
Fix semalaman Andin tidak tidur.
Saat malam Andin pulang, Sesuai prediksi Andin Satya sudah tidur.
Andin menatap ke samping kirinya.
Andin menatap Satya yang masih tertidur lelap.
Andin memandangi wajah pria yang berstatus suaminya.
Jujur Andin akui Satya memang sangat tampan.
Tak ada sedikitpun cela diwajah Satya.
Andin hendak menyentuh wajah tenang itu, namun Andin mengurungkan niatnya.
Andin segera bangkit dari kasur namun dikagetkan dengan tangan Satya menghentikan gerak Andin.
"Semalam dari mana?" Satya bertanya.
"Oh semalam aku beli kopi dulu dibawah. Aku mau shalat subuh dulu ka." Andin menjawab santai dan bergegas wudhu untuk menunaikan shalat subuh.
"Kita jamaah." Satya bangkit terlebih dahulu bersiap-siap.
Andin dan Satya begitu khusyuk shalat berjamaah.
Hati Andin begitu terenyuh mendengar bacaan shalat Satya.
Airmata Andin menetas tanpa mampu Andin bendung.
"Assalamualaikum." Satya menoleh ke kanan kemudian ke kiri.
Andinpun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Satya.
Satya membalikkan badannya, kini keduanya berhadapan.
Andin seakan tak mampu memandang wajah tenang Satya saat ini.
Satya melihat Andin canggung.
Tanpa diduga Satya menyodorkan tangan kanannya kepada Andin.
Andin cuma diam tak paham dengan maksud Satya.
Satya tersenyum
"Apa kamu ga pernah liat bagaimana seorang istri setiap selesai shalat pada suaminya?" Satya memberi kode pada Andin.
Andin mengambil telapak tangan Satya lalu iya mencium punggung tangan Satya.
Aliran darah Satya terasa mengalir begitu cepat.
Gemuruh didadanya begitu kencang bergenderang.
Begitu sebaliknya dengan Andin.
Tangan kekar Satya yang lembut dan terasa hangat sampai ke hati Andin.
Saat Andin mencium tangannya, Satya dengan reflek tergerak mengusap kepala Andin.
Keduanya kini mengangkat kepalanya.
Andin melihat tatapan mata lembut Satya berhias senyum dibibirnya.
Keduanya berdoa bersama penuh khidmat.
Hingga Airmata Andin deras membasahi pipinya.
Satya menutup doanya dan diaminkan Andin.
Melihat pipi Andin yang basah airmata, Satya mengusap lembut menghapus jejak airmata itu.
"Din, ada yang aku mau bicarakan sama kamu." Satya dan Andin yang masih duduk diatas sajadah mereka.
"Silahkan Kak. Aku akan mendengarkan." Andin menatap wajah serius Satya saat ini.
"Aku mau mulai hari ini, kita bisa menjalani pernikahan kita selayaknya suami istri sesungguhnya. Aku memang belum sepenuhnya mencintai kamu, begitupun sebaliknya kamu yang belum mencintai aku Namun aku tidak mau mempermainkan pernikahan kita. Karena bagaimanapun pernikahan kita SAH, bukan main-main. Maafkan kalau diawal aku dan Keluarga menarikmu dalam masalah ini dan membuatmu terikat pernikahan bersamaku. Tapi aku sadar, mungkin Allah memberikan kamu sebagai jodohku adalah yang terbaik bagiku. Namun keputusan ku kembalikan lagi kepadamu. Kamu bisa menolak jika memang keberatan." Satya dengan tatapan yang terus menatap Andin saat berbicara.
"Aku tidak pernah menganggap pernikahan ini main-main. Aku ingin menikah hanya 1 kali dalam seumur hidup. Aku hanya tidak ingin, melukai hatiku, dan terluka mengharapkan sesuatu yang kelak akan membuatku kecewa. Aku hanya tidak membiarkan diriku terbuai oleh harapan palsu." Andin berbicara jujur apa yang ia rasakan dan khawatirkan.
Satya menggenggam tangan Andin.
"Jadi, maukah kamu mulai saat ini menjadi istriku dan kita sama-sama belajar saling mencintai?" Satya dengan senyuman dibibirnya.
Dengan mata yang kembali basah Andin mengangguk menyetujui perkataan Satya.
"Bolehkah aku memelukmu?"
Andin tak menjawab hanya menunduk tersipu.
Satya tersenyum melihat respon Andin.
Perlahan Satya membawa tubub Andin dalam dekapan dadanya.
Hangat terasa oleh keduanya.
"Din?" panggil Satya masih memeluk Satya.
"iya kak." Andin menjawab mulai nyaman dalam oelikan Satya.
"I Love You." Satya menyatakan cinta pada Andin.
Andin masih malu-malu menjawab pengakuan cinta Satya.
Satya mengerti mungkin Andin belum siap.
Satya memahami.
"Yuk siap-siap kita pulang ke Jakarta." Satya mengacak rambut Andin saat Andin membuka mukena dan melipatnya.
Satya dan Andin menikmati sarapan sebelum meninggalkan hotel kembali ke Jakarta.
Selama perjalanan Satya kini mulai berbicara tidak hanya diam seperti biasanya.
Andin juga menjawab dan saling ngobrol satu sama lain.
Andin yang semalam tidak tidur sama sekali, beberapa kali ia menguap.
Satya tahu Andin tidak tidur.
Satya juga tahu saat Andin pulang.
Satya tahu bahwa Andin semalam sering menatap dirinya.
Satya hanya membiarkan Andin bisa nyaman semalam.
Satya juga paham semalam Andin menghindari dirinya sengaja telat kembali ke kamar.
Satya memikirkan apa yang harus dia lakukan.
Satya akhirnya mengambil keputusan seperti yang tadi ia bicarakan pada Andin.
Satya juga tidak akan memaksakan kepada Andin meminta haknya.
Satya akan meminta jika Andin rela dan siap melakukannya.
"Mau burger ga?" Satya mengajak Andin mampir ke rest Area menawarkan burger pada Andin.
Namun pilihan Andin berubah karena melihat Yoshinoya.
Akhirnya Andin membeli Yoshinoya memilih makan dimobil.
Andin begitu menikmati makanannya.
Sementara Satya menyetir.
Andin ga enak hati menawarkan Satya makanan.
"Kaka mau ga?" Andin menarinya.
"Aku ga bisa lagi nyetir Din."
"Boleh aku suapin ga?" Andin malu-malu.
"Dengan senang hati Sayang."
Kata-kata Sayang dari Satya membuat hati Andin meleleh.
Andin menyuapi Satya keduanya makan sambil menikmati perjalanan.
Andin mengelap saus yang menempel diujung bibir Satya dengan jari tangannya.
Satya menatap Andin, mencoba memahami hatinya yang berdesir saat tangan Andin menyentuh bibirnya.
Andin buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan.
Satya tahu istrinya kini tengah malu.
Satya kembali fokus menyetir.
Jogja - Jakarta terasa menyenangkan.
Bagi Andin dan Satya tentu akan menjadi hal yang selalu diingat keduanya.
"Din makasi ya. Sudah mau menjadi istriku, tidak tahu apa jadinya saat itu jika tak ada kamu. Maafkan juga sikap ku waktu itu yang kasar pada kamu." Satya menatap sejenak dan pandangannya kembali kedepan fokus menyetir.
"Allah yang sudah menakdirkan kita. Semoga kita bisa menjalani takdir Allah dengan sebaik-baiknya Kak." Andin menjawab.
"Aamin." Jawab Satya.
Satya tersedak karena setelah makan belum minum.
Andinpun sigap membarikan Satya minum.
"Makasi ya Din, duh seneng deh punya istri. Ada yang merhatiin." Satya mulai gombal.
"Apa sih kak." Andin tanpa sadar meminum dari sedotan yang sama dengan Satya.
Satya melihat Andin yang sepertinya belum menyadari sedotan mereka berdua adalah satu sedotan yang sama.
Membuat jiwa pria dewasa Satya berpikiran traveling kemana-mana.
"Kak, kakak ngetawain apa?" Andin keheranan melihat Satya yang kini tertawa.
"Enggak apa-apa. Seneng aja kita beneran sudah jadi suami istri beneran." Satya tersenyum mengganrung kalimatnya.
Andin dengan raut bingung " Maksudnya?"
"Kita pakai sedotan yang sama. Ya anggap aja kita barusan sudah berci.." Satya terhenti karena Andin menyela kata-katanya.
"Stop. Kaka dilarang ngeres otaknya ya!" Andin tengsin sendiri mendengar kata-kata Satya.
"Emang salah kalo ngeres sama istrinya sendiri?" Satya mulai berani menggoda Andin.
Andin memilih merengut karena menahan malu dihatinya.
"Oh iya, semalam aku mau tanya padahal soal tips apa yang kamu bakal kasih buat istrinya temenku." Satya sengaja menggoda Andin.
Andin memilih pura-pura tidur.
"Loh kok tidur sih."
Satya tersenyum melihat Andin yang pura-pura tidur.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
hanifah rusi fadilah
aku juga meleleh 🥰🥰
2024-01-17
0
novrida andriani
so sweeeett
2023-07-25
1
Afternoon Honey
ah meleleh hati ini 💖
2023-05-06
2