Zareena mengentakkan kakinya kesal. Seharusnya ia bisa menduga ini. Valdo tidak akan membiarkan sahabatnya itu kesusahan. Sia-sia saja berbuat hal yang selama ini tidak pernah ia dilakukan. Sekarang Tristan berhasil menginap di rumah dan tidur di kamar tamu di lantai bawah.
"Biar saja dia lolos kali ini. Jika dia mulai mencari masalah padaku, maka aku tidak akan tinggal diam," gumam Zareena sembari menarik selimut sampai batas lehernya. "Sebaiknya aku tidur daripada memikirkan Tristan."
Tengah malam Zareena merasa haus. Mau tidak mau ia bangun, lalu turun ke lantai bawah. Begitu hening karena memang penghuni rumah sudah terlelap. Suasana juga temaran karena hanya satu lampu kecil menuju dapur yang dihidupkan.
Kulkas dibuka. Zareena menunduk dengan mengambil botol paling belakang. Air dingin akan menghilangkan segala dahaga untuknya. Ia bangun dengan meminum langsung air dari botol. Namun, air itu keluar begitu saja dari mulutnya saat melihat sosok pria yang berdiri di samping lemari pendingin. Parahnya air itu malah muncrat ke tubuh pria yang hanya mengenakan kaus dalam.
"Kau tidak punya kerjaan?" kata Zareena kesal sembari menyeka bibirnya dengan tangan. "Untung saja aku tidak punya penyakit jantung. Kau itu seperti hantu!"
"Puas?" tanya Tristan.
"Apa?" Zareena tidak mengerti.
Tristan mendorong Zareena sampai tubuh wanita itu terbentur ke meja dapur. Tristan menatapnya tajam kemudian pandangannya turun ke bawah. Zareena hanya mengenakan bralette dan celana traning panjang.
Dua gundukan penuh dan Tristan pikir ukurannya melebihi genggaman tangannya. Zareena melipat bibir saat Tristan malah terus memandangi miliknya.
"Jaga matamu!" ucap Zareena.
Tristan terkesiap. Sesaat kemudian ia tersenyum miring. "Keempat ban mobilku kempes. Aku perlu seseorang untuk bertanggung jawab."
"Oh, seharusnya kau mencari orang itu dan bukannya mengukungku seperti ini."
Zareena meletakkan botol minum di meja, lalu mendorong pelan Tristan. Ia menukar posisi mereka dan kini pria itu yang malah tersandar di meja dapur.
Tangan kanan dan kiri berada di sisi tubuh Tristan agar pria itu tidak bisa lari ke mana pun. Zareena tepat berada di depannya, bahkan hidung mancung Tristan dapat menyentuh kening wanita itu.
"Siapa yang ingin kau mintai tanggung jawab?" tanya Zareena.
"K-kau!" sahut Tristan tergagap.
Satu jari telunjuk berada di pipi. Mata Tristan melirik jari yang turun ke dagu, jakun hingga tubuh bidangnya. Tubuhnya tiba-tiba merinding begitu saja. Jemari itu malah semakin turun hingga mencapai titik pusatnya bersamaan pandangan Zareena ke bawah sana.
Tristan merasakannya. Ia telah bangun hanya dengan sentuhan jari, dan itu dilihat oleh adik dari sahabatnya sendiri.
Zareena tiba-tiba mendongak menatapnya. Wanita itu tersenyum dengan jari yang masih menggelitik di bawah sana.
"Kau mau melakukan apa pada pelakunya?" tanya Zareena.
Astaga! Tristan masih tidak habis pikir. Apa wanita di hadapannya ini adalah Zareena yang ia komentari soal penampilannya? Apa dia Zareena si pemarah yang telah menggigitnya? Kenapa sekarang wanita di hadapannya ini berubah menjadi bergairah?
"A-aku ingin dia bertanggung jawab," ucap Tristan tergagap.
Mata Tristan membelalak ketika merasakan sapuan belaian tangan di bawah sana. Pas di titik sensitif yang tengah menegang sempurna.
Zareena tertawa, lalu menarik diri dengan mundur dua langkah. "Tampaknya kau harus ke kamar mandi."
Setelah mengatakan itu, Zareena melenggang pergi meninggalkan Tristan yang tertegun di tempatnya. Tidak percaya ia takluk di bawah seorang wanita.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ezi Nata
lucu banget sih seorang Casanova takluk sama bocah 😅😅
2023-11-29
0
Elizabeth Zulfa
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-11-24
0
Mawar Lestari
cari masalah si Serena tunggu entar bucin baru tau rasa
2023-11-18
0