"Aku titip mobilku. Nanti sore aku akan mengambilnya," kata Tristan.
"Kau ingin pulang sekarang?" tanya Valdo.
"Ya, aku ingin kembali ke rumah. Ada banyak pekerjaan yang menunggu."
"Sayang sekali aku tidak bisa mengantarmu. Aku akan suruh Zareena saja. Kebetulan tempat kursus memasak adikku searah dengan rumahmu. Aku akan suruh dia mengantarmu lebih dulu," kata Valdo.
Dahi Tristan berkerut. Sepertinya ia akan cepat tua karena sering mengerutkan kening. Tidak ada yang aneh jika seorang wanita belajar memasak, tetapi jika Zareena yang memasak itu seperti tidak mungkin. Zareena pantas menjadi wanita penggoda saja menurut Tristan.
"Adikmu akan menikah?" tanya Tristan.
"Tidak, kenapa?"
"Kenapa dia belajar memasak?"
"Untuk calon suaminya kelak," jawab Valdo.
"Si pemberang itu punya calon suami?"
Valdo berdecak, "Adikku itu harus menikah suatu saat nanti, kan? Apa salah dia menyiapkan diri dari sekarang?"
Tristan menyengir. "Itu malah bagus."
"Tunggu di sini. Aku akan memanggilnya," kata Valdo.
Kesempatan Tristan untuk membalas gadis itu. Zareena telah membuat gairahnya bangkit tadi malam tanpa memberikan cara penyelesaiannya. Tristan akan melakukan hal yang sama kepada gadis itu.
"Apa dia tidak bisa naik taksi?" kata Zareena pada Valdo. "Kenapa aku harus mengantarnya?"
"Zareena," tegur Mary.
"Oke, Mama. Zareena akan mengantarnya."
Gadis itu segera melangkah keluar rumah menemui Tristan yang bersandar di mobilnya sendiri.
"Kau yang menyetir," kata Zareena.
"Kau disuruh mengantarku, Nona."
Zareena mendengkus kemudian melangkah menuju mobil hitam yang telah disiapkan oleh sopir keluarganya. Tristan tersenyum melihat wajah kesal dari nona pemarah.
"Nona Zaree, aku sudah siap. Silakan mengendarai mobilnya dengan baik," kata Tristan ketika sudah masuk dalam mobil.
"Pasang sabuk pengamanmu," ucap Zaree.
"Sabuk pengaman?" tanya Tristan. "Aku tidak membawanya. Tapi aku bisa membuangnya di luar."
Zareena menoleh padanya. "Hei, apa maksudmu?"
Tristan memajukan tubuhnya, lalu berbisik di telinga Zareena, "Nona, kau harus bertanggung jawab padaku."
Mata Zareena membelalak saat Tristan meniup telinganya. Sontak ia menjauhkan diri dari pria itu. Tristan menarik diri dan tersenyum melihatnya.
"Menjauh dariku!" kata Zareena.
"Kau yang menarikku untuk mendekat."
"Terserah kalau kau tidak ingin memakai sabuknya."
Zareena segera mengendarai mobil keluar dari halaman rumah. Ia sengaja melaju kencang untuk memberi pelajaran pada Tristan. Bukan Tristan namanya jika ia tidak punya akal. Pria itu malah memeluk Zareena.
"Minggir!" teriak Zareena.
"Jika aku mati, maka aku akan membawamu," ucap Tristan.
Kendaraan mulai melambat. Namun, Tristan masih enggan melepas pelukannya pada Zareena. Terlalu nyaman baginya untuk melepas wanita itu.
"Percaya atau tidak, aku bisa menendangmu keluar dari mobilku," kata Zaree.
"Jangan marah, Sayang," sahut Tristan.
Zareena menepikan mobil di tepi jalan. Tristan masih enggan untuk menarik diri dari bahu gadis itu. Bahkan ia memejamkan matanya menikmati aroma parfum yang Zareena pakai.
"Rasakan ini," kata Zareena.
"Lepaskan aku!" kata Tristan.
Zareena memiting kepala Tristan. "Masih ingin bersandar di pundakku?"
"Tidak!" ucap Tristan.
Zareena melepasnya. Wajah Tristan merah padam. Ia mengusap leher yang baru saja menjadi korban gadis pemarah.
"Kau ingin membunuhku?" kata Tristan.
"Aku ingin mencabik-cabikmu. Sebaiknya kau duduk dengan tenang dan pasang sabuk pengamanmu. Kalau kau berani lagi, kepalamu itu akan lepas begitu saja," cerca Zareena.
"Gadis aneh. Tidak akan ada pria yang tertarik pada gadis kasar."
"Kalau tidak ada, maka aku akan menikahimu. Setiap malam aku akan menyiksamu sampai kau sendiri yang menginginkan kematian," kata Zareena.
Tristan bergidik ngeri. "Kejam sekali."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
kena kau Tristan.. sekali pukul.. hem.. 👍
2023-10-28
1
Hartaty
God job zareena
2023-10-15
0
Siti Puji Mul Yani
Bagus zaree jd perempuan jangan mau d remeh kan cowok
2023-10-13
1