Bryan kaget mendengar teriakan yang begitu keras itu begitu juga dengan Albern yang membuatnya sangat kaget adalah karena dia tau pasti siapa pemilik suara yang kini tengah berteriak dengan begitu keras itu.
Mendengar teriakan Rachel itu membuat Albern menjadi sangat khawatir karena pria di depannya ini benar-benar sangat gila ia takut jika pria di depannya ini menyakiti Rachel juga. Namun berbeda dengan Albern, Bryan justru menyeringai mendengar teriakan itu setelah sebelumnya sempat kaget mendengar suara itu namun kini ia dan pikiran psyconya justru tersenyum senang.
Bryan tidak menghentikan aksinya ia malah tetap menusuk pria di depannya itu tak peduli dengan Rachel yang sedang menyaksikan semua itu. malah ia berpikir bahwa ini suatu hal yang bagus agar wanitanya itu percaya bahwa semua perkataannya bukanlah omong kosong.
Setelah berhasil dengan tusukan pertamanya Bryan memalingkan wajahnya ke arah Rachel yang kini tengah membeku melihat apa yang baru saja terjadi Bryan mengangkat pisaunya yang berlumuran darah itu dan menunjukkannya pada Rachel, seakan memberi isyarat bahwa iya tidak main-main dengan perkataannya dan inilah yang akan terjadi jika mempermainkan dan membuatnya kesal.
Bryan kembali fokus kepada korban
nya dan kembali mengayunkan pisaunya berniat untuk menusuk kembali Albern Bryan ingin menunjukkan pada Rachel apa yang terjadi jika tidak mendengarkannya.
"Lihat lah sayang ini yang akan terjadi jika berani menggangguku dan melawanku" ucap Bryan tertawa dingin.
"Kemari lah! aku akan memperlihatkan bukti bahwa aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, ini cukup menyenangkan untuk dilihat" sambungnya masih dengan suara dinginnya.
Melihat Bryan yang kembali mengayunkan pisaunya ingin menusuk Albern lagi dengan secepat kilat Rachel berlari mendekati mereka dan menggenggam tangan Bryan untuk menghentikan Bryan agar tidak melanjutkan aksinya.
Takut? tentu saja ia sangat-sangat takut namun ia juga tidak bisa hanya berdiam diri melihat Bryan menganiaya Albern.
Entah apa yang merasuki dan memberinya keberanian tanpa pikir panjang Rachel pun mendekati mereka dan menghentikan aksi Bryan.
Darah mengucur mengalir ke tangan Bryan, bukan milik Albern maupun Bryan melainkan darah Rachel. Ya bukan tangan Bryan yang Rachel genggam melainkan pisau milik Bryan lah yang kini sedang di genggamannya.
Rachel meringis kesakitan melihat itu Albern mencoba untuk membantu Rachel tapi apa daya ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya karena luka tusukannya sangat menyakitkan.
Bryan sangat kaget melihat Rachel yang kini menggenggam pisaunya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa perempuan ini sangat bodoh.
"Rachel lepaskan" perintah Bryan
"Hiks tidak hiks hiks tidak akan" ucap Rachel yang dengan tiba-tiba menangis, kini rasa takut dan sakitnya menyatu.
Rachel sangat ingin melepaskan genggaman tangannya dari pisau itu tangannya terasa sangat sakit dan perih. Ia juga sangat takut bagaimana jika ia mati kehabisan darah karena terus menggenggam pisau itu tapi ia juga tidak bisa melepaskannya begitu saja jika tidak mungkin saja Bryan akan tetap melakukan aksinya karena Rachel tau Bryan bukan orang yang akan mendengarkannya walaupun statusnya adalah kekasihnya.
"Ra-rachel lep-lepas kan itu" ucap Albern sambil menahan sakit di perutnya
Kesadaran Albern sedikit-sedikit mulai berkurang saat keadaannya di ambang kematian Albern masih tetap memikirkan keadaan Rachel dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Rachel dia tetap ingin memastikan bahwa Rachel baik-baik saja Rachel harus tetap aman tapi ia tidak dapat menahannya lebih lama lagi dan akhirnya kesadarannya pun hilang.
"Albern!!?" teriak Rachel histeris saat melihat Albern yang pingsan Rachel melepaskan genggaman tangannya dari pisau dan mendekati Albern.
"Apa yang kau lakukan?! Cepat hubungi Ambulance" ucap Rachel dengan nada tinggi membentak Bryan
"Jangan pedulikan dia!" bentaknya Ayo masuk dan obati tanganmu!" ajak Bryan tiba-tiba bersikap lembut.
"Apa kau gila? Kau tidak lihat keadaannya, kalau dia mati kau akan menjadi seorang pembunuh. Kau tau itu?! Cepat hubungi saja ambulance" ucap Rachel.
Entah apa yang terjadi tiba-tiba ia tidak merasakan sakit ditangannya mungkin karna ia panik dan khawatir jadi rasa sakit ditangannya tidak terlalu mengganggunya lagi.
Bryan dengan malas mengeluarkan ponselnya dan saat ia baru hendak menghubungi Ambulance ponselnya dengan cepat direbut oleh Rachel.
Bryan menghela nafas malas kini hasratnya untuk membunuh sudah hilang setelah melihat Rachel selesai dengan ponselnya Bryan mengambil ponselnya dari tangan Rachel dan Bryan pun beranjak pergi dari sana karena sebelum ambulance datang ia harus cepat-cepat pergi jika tidak maka dia akan tamat.
Rachel kini menangis di hadapan Albern yang kini berada di pangkuannya ia menatap Bryan saat Bryan menghela nafasnya dan pergi begitu saja meninggalkannya.
Rachel merasa sangat marah dengan Bryan karena melakukan hal keji memang itu adalah hal biasa untuk seorang psychopath tapi tetap saja Bryan tidak boleh melakukan hal itu seharusnya ia menahan amarahnya.
Saat Rachel melihat bagian belakang Bryan yang perlahan mulai menjauh, entah kenapa tiba-tiba Rachel merasa simpatik merasa sangat sedih melihatnya seperti itu Bryan terlihat sangat kesepian.
Saat ambulance datang Rachel ikut masuk ke dalam mobil ambulance menemani Albern untuk di bawa ke rumah sakit sedangkan Bryan kini tengah melajukan mobilnya menuju arah rumahnya Bryan merasa sangat kesal baru kali ini rencananya jadi berantakan seperti ini bahkan ia juga ketahuan oleh Rachel terlebih lagi pria itu tidak mati.
Kini kepala Bryan dipenuhi dengan tanda tanya. apakah ini akhir untuknya? Apakah pria gila itu akan melaporkannya? Atau mungkinkah Rachel yang akan melaporkannya?
Kini Albern sedang berada dalam proses pengobatan begitu juga dengan Rachel ia juga mendapatkan pengobatan untuk luka tusuk yang ada di telapak tangannya.
Rachel berada di rumah sakit menemani Albern hingga pagi hari melihat Albern yang kini belum juga bangun dari tidurnya karena sebelumnya Albern di beri obat tidur Rachel memutuskan untuk pulang terlebih dulu untuk membersihkan dirinya.
Rachel kini sedang berada di rumahnya ia membersihkan dirinya setelah tiga puluh menit berlalu Rachel pun selesai dengan ritual mandinya dan saat ia selesai dan membuka pintu kamar mandinya setelah berjalan dua langkah dari pintu kamar mandi tiba-tiba Rachel dapat merasakan bahwa ada sepasang tangan yang kini sedang melingkar di perutnya yang tengah memeluk erat dirinya.
'Greebb' pelukan erat itu entah kenapa terasa sangat hangat
"Maaf" ucap pria yang kini sedang memeluk erat dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ruk Mini
jiwa mellow y meronta ye bank
2024-07-28
0