Rachel tidak dapat menjawab hal itu dia terdiam kaku tatapan matanya hanya terpaku pada sebuah pisau yang kini berada ditangan Bryan.
Bryan tersenyum miring melihat Rachel yang terus-terusan menatap pisaunya itu "Apa kau ingin mencobanya sayang?" tanya Bryan sambil mengarahkan pisau itu ke leher Rachel
Merasakan dingin dari pisau itu yang terkena kulit lehernya Rachel menjadi gemetar takut Bryan benar-benar akan membunuhnya. Rachel menggelengkan cepat kepalanya dan sialnya karena gelengan kepala itu malah membuat lehernya berdarah karena secara tak disangka akan tergores pisau tajam itu.
"Ah sayang kenapa kau menggelengkan kepala kau seperti itu?" ucap Bryan khawatir lalu berubah menjadi menyeramkan diakhir "Jika kau ingin mencobanya kau cukup mengatakannya padaku" ucap Bryan menyeringai.
Rachel membeku di tempatnya ia sangat ketakutan Rachel hanya diam menunduk sambil memegangi lehernya yang terluka itu, ya luka itu memang tidak besar dan tidak dalam karena itu hanya sebuah goresan kecil saja tapi tetap saja itu menyakitkan.
Bryan menarik turun tangan Rachel yang ia gunakan untuk menutupi lukanya itu dan Bryan juga membersihkan tangan Rachel yang terdapat sedikit hanya sedikit noda darah itu dengan tisu basah, sekarang psychopath itu terlihat sangat perhatian dan tulus.
"Apa kau masih ingin putus dariku sayang?" tanya Bryan memastikan sekali lagi keinginan wanitanya itu.
"Tidak aku salah, maafkan aku" ucap Rachel menangis ketakutan
Bryan tersenyum puas mendengar jawaban Rachel melihat Rachel yang menangis Bryan pun membantu Rachel untuk membersihkan leher Rachel yang terdapat sedikit sisa darah yang keluar karena goresan pisau tadi dan Bryan juga menempelkan plester di luka itu.
"Kemarilah" ucap Bryan menarik Rachel ke dalam dekapan.ya.
Bryan memeluk erat Rachel yang menangis dipelukannya tubuh Rachel yang bergetar dapat ia rasakan gadis itu benar-benar sedang ketakutan.
Berada dalam posisi itu selama kurang lebih tiga puluh menit saat tangisan Rachel tak terdengar lagi Bryan justru mengatakan hal yang tidak pernah Rachel sangka akan keluar dari mulutnya.
"Maaf" ucap Bryan sungguh-sungguh Rachel hanya menatap tak percaya ke arahnya.
"Aku akan mengantarmu pulang, nanti aku akan meminta izin pada dosenmu" ucap Bryan
Rachel hanya mengangguk-anggukan kepalanya Bryan mengantar Rachel pulang, sesampainya di rumah Rachel Bryan pun ikut turun dan masuk hingga ke kamar Rachel
"Kenapa kau masih di sini?" ucap Rachel
"Istirahat lah aku akan menemani kau di sini"
"T-tidak perlu lakukan itu"
"Aku akan tetap disini dan aku akan pergi setelah melihat kau tertidur"
Rachel yang merasa tidak ada gunanya berdebat dengan Bryan pun memutuskan untuk menurutinya saja, Rachel membaringkan tubuhnya tapi dia merasa sulit untuk tertidur setelah berkali-kali memutar posisi tubuhnya.
Bryan yang melihat itu merasa sedikit terganggu hingga akhirnya ia pun melangkah mendekati Rachel dan ikut berbaring di samping Rachel sambil mendekap Rachel dalam pelukannya. Memeluk wanitanya itu dengan erat bukannya memberontak Rachel justru membiarkannya begitu saja tanpa ada niatan untuk melepaskan pelukan itu karna jujur saja itu terasa sangat nyaman, Bryan menemani Rachel hingga tertidur pulas.
...****************...
Kini di tempat yang minim pencahayaan dan dipenuhi suara dari musik klasik tersebut terlihat di meja bartender orang-orang yang tengah berbincang bahkan tertawa, siapa lagi kalau bukan Rachel, Albern dan Waitters lainnya.
Albern pria yang berstatus sebagai bartender itu menatap ke arah Rachel penuh arti saat Rachel tertawa bersama waitters lainnya ia pun ikut tersenyum kecil sambil menatap Rachel.
Saat waitters lainnya itu pergi Bryan dengan sangat tiba-tiba mempertanyakan hal yang cukup serius untuk di bahas dan Rachel memilih untuk mengabaikannya.
"Apa kau sudah memiliki kekasih Rachel?" tanya Albern
"Hmm??" ucap Rachel "Aku ke belakang dulu ya" ucapnya lagi lalu pergi meninggalkan Albern, ia tidak ingin membahas hal itu.
Albern tidak boleh sampai menyukainya lebih dari sekedar teman jika tidak itu akan menjadi bahaya untuk Albern sendiri dan bahkan dirinya jika benar Albern memiliki perasaan lain terhadapnya ia harus membuat Albern melupakan perasaan khusus itu.
Albern yang tak ingin menyerah mendapatkan Rachel pun dia berusaha keras hingga kini ia bisa mengantarkan Rachel pulang padahal sebelumnya wanita itu sempat bersikeras tidak ingin pulang bersamanya.
Saat sampai di depan rumah Rachel Albern pun ikut turun lalu mendekat ke arah Rachel sedangkan Rachel menatap bingung ke arah Albern.
"Hmm? Kenapa, apa aku melupakan sesuatu?" tanya Rachel menaikkan kedua alisnya.
"Jika kau benar-benar tidak menyukaiku kau boleh menolakku atau bahkan membenciku sekali pun setelah ini tapi ku pikir setidaknya aku harus mencobanya terlebih dulu" ucap Albern.
damnit! hal yang tidak diinginkan Rachel malah terjadi dan sekarang ini pikiran Rachel dipenuhi dengan Bryan.
'bagaimana jika psycho itu mengetahui hal ini?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ruk Mini
lom tau nih arah y .kesian bank.. rahel tertekan jgn d ancam trs donk
2024-07-28
0