Langkah ibu Fiona terhenti ketika melihat anaknya yang sudah beberapa hari menghilang terlihat sedang duduk di meja makan. Malam hari saat Fiona pulang. Dia sudah berada di kamar dan tidak mengetahui tentang kepulangan anaknya. Dia baru saja mengetahui dari pelayan rumahnya kalau Fiona sudah kembali.
“Akhirnya kau pulang juga. Ke mana saja kau selama ini?” Sarah menatap marah pada anaknya.
Fiona menoleh pada wanita paruh baya yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. “Aku tinggal di rumah teman, Ma.”
Fiona menatap takut pada ibunya. Dia meremas tangannya dengan kuat ketika melihat tatapan tajam ibunya. Dia berusaha untuk menyembunyikan kegugupannya.
Dia terpaksa berbohong karena tidak ingin ibunya mengetahui kalau dirinya menginap di rumah Steven, selama dia tidak pulang ke rumah. Dia hanya tidak ingin menyeret Steven lagi ke dalam permasalahan mereka.
“Apa kau pikir mama akan percaya? Apa kau tinggal bersama kekasihmu?”
Ibu Fiona tidak akan percaya begitu saja kepada perkataan anaknya. Sarah tiba-tiba teringat dengan pria yang mengaku sebagai kekasih Fiona dan yang membantu Fiona saat di rumah sakit.
Awalnya Sarah tidak memperdulikan Fiona yang tidak pulang setelah pertemuan terakkhir mereka di rumah sakit. Dia berpikir kalau Fiona mungkin menginap di rumah Jesi. Sarah seolah tahu itu kebiasaan anaknya kalau mereka habis berdebat.
Fiona hanya diam tanpa menjawab pertanyaan ibunya. Dia tidak bisa berbohong lagi. Dia takut kalau ibunya akan bertambah marah kalau dia menyangkal. Dia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan ibunya.
“Sudah kuduga, kau pasti tinggal bersama dengan laki-laki tidak jelas itu. Jangan membuat malu keluarga kita Fio!”
Sarah menatap marah pada anaknya. Fiona selalu saja membuatnya sakit kepala. Dari dulu dia selalu membuatnya marah.
“Dia laki-laki baik, Ma.”
Fiona sebenarnya heran kenapa ibunya tidak suka dengan Steven. Padahal ibunya belom mengenal Steven lebih jauh.
“Baik? Laki-laki brengsek yang hanya bisa memanfaatkan gadis bodoh sepertimu kau sebut baik?”
Ibu Fiona kembali meradang ketika mendengar pembelaan anaknya. Dia berpikir kalau Fiona sangat mudah dibodohi oleh laki-laki yang tidak jelas asal-usulnya.
“Apa maksud mama berkata seperti itu?”
Fiona merasa heran kenapa ibunya menganggap Steven sebagai laki-laki brengsek. Padahal ibunya tidak mengenal Steven sama sekali.
“Bukankah sudah jelas kalau dia hanya memanfaatkanmu. Dia membawamu ke rumahnya tanpa ijin dariama. Dia bahkan tidak menemui mama untuk meminta maaf karena sudah membawamu pergi. Aku sangat yakin kalau dia sudah merusakmu.”
Fion tidak menyangka kalau ibunya bisa menilaj rendah dirinya dan Steven. “Maaa.. Steven bukan laki-laki seperti itu. Dia menjagaku dengan baik. Dia bahkan membantuku beberapa kali, Ma,” ucap Fiona dengan nada tinggi. Dia merasa marah karena ibunya menjelek-jelekkan Steven.
“Kau sungguh bodoh, kau hanya dimanfaatkan olehnya.” Sarah tertawa sinis. Dari awal Ibu Fiona memang sudah tidak menyukai Steven.
“Ma, sudah kubilang Steven adalah laki-laki baik. Mama akan tahu kalau dia pria baik kalau Mama sudah mengenalmya.”
Fiona berusaha untuk menguasai dirinya. Entah kenapa dia tidak suka mendengar ibunya menghina Steven terus-menerus.
“Dengar Fio, jangan mempermalukan keluarga kita. Mama tidak ingin kau berhubungan lagi dengan laki-laki itu. Putuskan hubunganmu dengannya.”
“Tapi Ma.. Aku tidak mau. Aku men...”
Ibu Fiona menatap Fiona dengan mata menyala. “Turuti perkataan mama atau keluar dari rumah ini.”
Fiona menghela napas ketika ibunya pergi meninggalkannya dengan wajah yang emosi.
********
Fiona beberapa kali membalikkan badannya di tempat tidur. Matanya tidak bisa terpejam sama sekali. Padahal di mansion Steven dia bisa dengan nyaman memejamkan matanya. Dia merasa sangat nyaman ketika berada di sana.
Seketika pikiran langsung melayang ketika dia berada di mansion Steven. Entah kenapa dia merasa ada yang hilang dalam dirinya. Sebenarnya Fiona merasa sedikit bersalah karena sudah meninggalkan Steven begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu. Dia berencana untuk menemui Steven ke mansionnya esok hari.
Ketika Fiona akan memejamkan matanya lagi, tersengar suara ketika pintu. Fiona langsung berjalan membuka pintu. “Ada apa, Bi Siti?” tanya Fiona saat melihat perempuan gemuk berdiri di depan pintu kamarnya.
Bi Siti Sedikit membungkuk. “Maaf Nona, katanya nyonya, Nona Fiona ditunggu di bawah.”
Fiona tersenyum ramah pada bi Siti. “Baik Bi, Fiona akan menyusul nanti ke bawah. “
Di rumah itu, hanya bi Siti yang peduli padanya. Biasanya bi Siti akan menghiburnya jika dia sedang bertengkar dengan ibunya.
Bi Siti kembali membungkuk. “Baik Non.”
Fiona menutup kembali pintu kamarnya setelah Bi Siti pergi. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya lalu mengganti pakaiannya. Fiona sebenarnya sedang tidak ingin melakukan apapun saat ini. Dia merasa perasaannya tidak nyaman ketika pergi meninggalkan mansion Steven kemarin malam.
Dia juga tidak mengerti kenapa ibunya, tiba-tiba mencarinya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Makan malam pun sudah lewat. Fiona berjalan menuruni tangga dengan langkah pelan.
Tatapannya langsung tertuju pada laki-laki berkaca mata yang mengenakan setelan jas lengkap yang sedang duduk di depan ibu dan kakaknya. Berbagai macam pertanyaan muncul dibenaknya. Untuk apa pengacara keluarganya berada di rumah mereka saat ini.
“Apa kau tidak bisa berjalan dengan cepat?”
Kata-kata ketus ibunya langsung membuyarkan lamunannya. Dengan langkah cepat dia duduk di sofa single yang bersebelahan dengan pengacara mereka.
“Ken, apa kita bisa memulainya sekarang?” Mery langsung bertanya ketika semua keluarganya sudah berkumpul.
Kenzo adalah pengacara keluarga Fiona. Usianya terpaut 5 tahun dengan Fiona. Dia sudah bekerja dengan keluarga Fiona selama 5 tahun lamanya. Dia menggantikan ayahnya yang sebelumnya sudah bekerja selama 20 tahun. Ayahnya meninggal karena penyakit kronis yang dideritanya sehingga dia menggantikan tugas ayahnya menjadi pengacara keluarga Fiona.
Ken membetulkan kacamataca sebelum dia membuka suara. Dia menatap semua orang yang sedang berada di ruang keluarga. “Baiklah, karena kalian sudah berada di sini semua, saya akan langsung kepada inti kedatangan saya ke rumah ini.”
Wajah Cindy dan ibunya tampak menegang. Mereka seperti sedang menanti sesuatu yang mendebarkan. Sementara Fiona yang tidak mengetahui hal apapun hanya mengerutkan keningnya.
“Sebelum Tuan Halim meninggal, dia sudah menulis surat wasiatnya mengenai pembagian aset dan kekayaan yang dimilki oleh tuan Halim.” Pengacara Ken menjeda ucapnnya, “seluruh aset dan kekayaan diberikan kepada Nona Fiona.”
“Apaaa...???” Cindy dan Ibunya langsung tersentak kaget ketika mendengar perkataan pengacaranya. Sementara Fiona membelalakkan mata. Dia tidak menyangka kalau ayahnya akan meninggalkan semua kekayaan ayahnya untuk dirinya.
Sarah langsung berdiri. “Kau pasti salah. Tidak mungkin suamiku memberikan semua hartanya kepada Fiona.” Sarah langsung emosi ketika mendengar surat wasiat suaminya.
“Nyonya bisa memeriksa keaslian surat wasiat tuan Halim jika anda tidak percaya.”
Sarah seketika terduduk lemas. “Ken.. Pasti ada yang salah. Bagaimana bisa papa mewariskan semua hartanya kepada Fiona,” ucap Cindy dengan wajah marah, “bagaimana denganku? Aku juga anaknya.” Cindy menepuk pelan dadanya beberapa kali.
“Tuan Halim memberikan 5% sahamnya di perusahaannya dan rumah ini untuk Nona Cindy. Sementara untuk Nyonya Sarah, tuan Halim meninggalkan deposito senilai 2 Miliar.” Kenzo meletakkan surat wasianya setelah selesai membaca seluruh surat wasiat ayah Fiona.
“Hanya itu?” Sarah tidak percaya kalau suaminya hanya meninggalkan sedikit harta untuknya.
“Silahkan Nyonya periksa sendiri isi surat wasiatnya.” Sarah langsung mengambilnya lalu membacanya.
“Tidak, aku tidak bisa menerima suart wasiat ini. Aku tidak terima.” Sarah merobek-robek surat wasiatnya di depan pengacara Kenzo.
Fiona tampak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh ibunya. Dia tidak menyangka kalau ibunya merobek surat wasiat yang ditinggalkan ayahnya begitu saja. Dia tidak berani mengeluarkan suara karena takut ibunya akan marah.
“Percuma Nyonya merobeknya. Itu hanyalah salinannya, bukan surat wasiat yang asli.”
Mata Sarah langsung terbelalak. “Semua hak Nona Fiona akan diberikan jika syarat yang ditentukan oleh tuan Halim terpenuhi.”
“Apa syaratnya?” Cindy langsung menyela ucapan Kenzo.
“Nona Fiona harus menikah dulu setelah usianya mencqpai usia 30 tahun, jika sampai batas waktu yang ditentukan Nona Fiona belum juga menikah, maka wasiat ini akan dibatalkan. Nona Fiona hanya akan mendapatkan 30% dari isi wasiat tuan Halim. Sisanya akan disumbangkan kepada panti asuhan yang sudah ditunjuk oleh tuan Halim.”
“Apaa...???”
Kali ini ibu Fiona sampai berteriak. Tubuhnya bergetar menahan amarah sejak tadi. Dia tidak rela kalau sampai hartanya jatuh ke pantai asuhan. Jatuh ke tangan Fiona saja sudah membuatnya meradang, apalagi jatuh ke tangan orang lain. Dia merasa suaminya sudah gila sampai menulis surat wasiat yang tidak masuk akal.
“Kalau dia menikah besok apakah warisannya akan langsung jatuh ke tangan Fiona?” Cindy terlhat sangat penasaran sehingga langsung bertanya pada pengacara Kenzo.
“Setelah akta nikah keluar, peralihan harta warisan akan langsung diurus.”
“Tapi, aku tidak mau menikah dalam waktu dekat, Kak.”
Fiona akhirnya bersuara. Memikirkan harus menikah cepat membuat Fiona gelisah. Dia bahkan tidak memiliki pacar, bagaimana mungkin dia menikah dengan cepat.
“Aku tidak akan menyerahkan harta suamiku pada anak ini.” Ibu Fiona berucap dengan marah sambil menunjuk Fiona.
“Maaf Nyonya.. Nyonya tidak akan mendapatkan apa-apa jika terus bersikeras seperti ini. Mulai Lusa Nona Fiona akan mulai bekerja lagi di perusahaan menggantikan posisi tuan Halim sebelumnya sebagai Direktur Utama.”
“Lalu bagaimana denganku?
“Anda akan menjadi sekertaris Nona Fiona.”
“Bukankah seharusnya aku yang menggantikan papa?”
“Nona Fiona sudah terbiasa membantu tuan Halim mengelola perusahaan, jadi dia yang lebih mengetahui semua tentang perusahaan. Semuanya sudah diatur. Lusa akan ada penyambutan untuk pengangkatan Direktur baru. Aku harap kalian mempersiapkan diri dengan baik.”
“Apa kau gila? Cindy adalah anak pertama. Bagaimana bisa dia hanya menjadi Sekertaris Fiona?” Emosi ibu Fiona kembali naik. Dia tidak terima anak kesayangannya justru harus menjadi bawahan Fiona.
“Maaf Nyonya, saya hanya menyampaikan apa yang seharusnya saya sampaikan. Saya rasa cukup penjelasan dari saya. Kalau begitu saya permisi.” Pengacara Kenzo pergi meninggalkan ruangan tersebut setelah berpamitan.
Sarah langsung menatap marah pada Fiona. “Kau pasti yang memaksa papamu untuk membuat surat wasiwt seperti itu, kan?”
“Ma, jangan menuduhku seperti itu. Aku bahkan tidak tahu mengenai surat wasiat ini.”
“Jangan bohong kau..!” Sarah langsung berteriak pada Fiona. Dia merasa sudah tidak tahan lagi dengan sikap anaknya tersebut.
“Maa.. Sudah cukup!” Cindy langsung menengahi perdebatan adik dan ibunya.
“Fio, lebih baik kau kembali ke kamarmu.” Cindy harus segera mengakhiri pembicaraa ini. Dia merasa suasana hatinya memburuk setelah mendengar isi wasiat ayahnya.
“Baik Kak.” Fiona langsung berjalan menuju kamarnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Edah J
Karena harta sebagian orang akan berplilaku diluar kata sebagai manusia✌️
aku kasih poin kopi aja y Thor 😊
maaf Thor tolong senggol donk Vincent & Olivia biar dia hadir😁✌️
sehat selalu dan tetap semangat author 💪😘
2022-05-12
1