Episode 6
Hilangnya keluarga kazumi
Tampak sato sudah di depan suatu bangunan yang amat megah. Terlihat banyak warna bercahaya pada badan bangunan itu.
"Konstantopel, akhirnya aku mengunjungimu lagi setelah sekian lama," ucap sato yang kini berpakaian bak pendeta itu. Dia memakai setelan hitam yang panjang. Banyak hiasan-hiasan yang bertuliskan rangkaian huruf-huruf sihir di baju panjangnya itu. Seperti sebuah jaket tipis yang amat panjang.
Sato mengangguk. Tiba-tiba pintu bangunan terbuka. Suara gocangan itu sangat keras. Tapi tak berefek pada sato.
"Baiklah," ucap sato. Lalu dirinya mulai melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tap dia kini berada di dalam bangunan itu. Di dalam sana sangat banyak peralatan dan hiasan-hiasan mewah seperti bangunan-bangunan megah di turki dan pakistan. Banyak aksara-aksara sihir menghiasi semua peralatan itu.
Sato melangkah menuju lantai paling atas. Walau cuma beberapa langkah saja. Sato sudah sampai di ruang atas. Ruang itu berisikan kolam renang panjang yang mewah bahkan terdapat seluncuran super panjang seperti di tempat waterpark besar. Banyak kursi-kursi disana. Serta meja besar dan papan-papan aneka fungsi. Sato kemudian menuju sebuah kursi utama yang ada di paling ujung dekat jendela.
Dia lalu kemudian mengeluarkan sebuah benda di atas meja itu. Tampak keluar dari dalam meja dengan magis. Itu terlihat seperti setir untuk sebuah kendaraan.
"Baiklah, saatnya jalan-jalan," ucap sato dan menarik benda itu. Hal itu menyebabkan bangunan itu terbang secara mengejutkan.
Sato terlihat puas. Lalu dia menggerakan tuas kecil dibelakang setir itu. Memajukan bangunan itu hingga sampai ke suatu titik di ujung dunia itu. Setelah itu nampak sato dengan mengendarai bangunan itu berada di awan-awan.
Sato melihat kebawah melalui jendelanya.
"Hmmm, tak ada bedanya," ucap sato melihat berbagai macam bangunan-bangunan manusia di bawah sana.
Sato kemudian terus mengemudi hingga sampai sangat jauh sekali. Eropa,afrika,amerika,antartika.
Semua sato kunjungi dengan sangat cepat. Sembari sato melihat-lihat dunia itu. Memastikan semuanya sama seperti halnya di dunia asalnya.
"Hampir mirip, namun beberapa gedung ada yang tak ada di duniaku," ucap sato. Dia nampak berpikir.
"Oh, iya benar juga," ucap sato dan mengendalikan bangunan itu membelok. Dia putar balik.
"Aku sepertinya harus memastikan dunia paralel juga," ucap sato.
Sato terlihat sangat semangat. Lalu dengan sebuah tombol yang muncul itu. Bangunan yang sato tempati menembakan pancaran yang membuat semacam lubang disana.
Lalu masuklah sato ke dalam lubang itu. Lalu keluar di suatu dunia. Dunia ini tampak tidak modern. Karena di bawah sana hanya berisikan bangunan-bangunan yang terlihat kuno. Walau bentuk dan tingginya sama-sama berkelas.
Sato terkejut.
"I-ini sangat berbeda dengan dunia sihir di duniaku," ucap sato.
"Dunia ini begitu sangat luas, berbeda dengan dunia sihir di duniaku yang hanya beberapa saja dan dikelilingi laut yang sangat berbahaya, disini juga banyak spesies mahkluk lain yang hidup berdampingan dengan penyihir. Hal ini sangat jarang di duniaku," ucap sato. Dia melihat ada ras manusia dengan telinga lancip dan manusia dengan hidung panjang tengah bercengkrama dengan manusia biasa.
"Woah," sato terkagum-kagum.
Tapi sepertinya di bawah sana tak ada yang menyadari bangunan besar milik sato.
Sato terus berkeliling dunia itu. Lalu sampailah dia di akademi ploenativu. Dia nampak melihat banyak siswa-siswai sihir yang tengah bercengkrama.
"Woah, siswanya banyak sekali," ucap sato kagum. Sato mengemudi lagi tuk melihat-lihat akademi sihir itu.
"Bangunannya sama namun sangat lebar dan luas sekali," ucap sato.
Dia lalu melihat sekilas seseorang yang pernah dia lihat.
"Oh, jadi gadis rambut aneh itu juga penyihir ya," ucap sato. Yang dimaksud sato adalah cewek yang dia lihat saat tadi pulang sekolah. Yang masuk ke mobil bersama dengan orang-orang pakaian hitam.
Wush.
Sato terus melewati banyak bangunan tinggi. Hingga dia melihat bangunan lain.
"Haaah?" sato terlihat kaget. Dia kemudian mendekat.
Terlihat banyak di bawah sana siswa-siswi akademi sihir. Tapi dengan seragam dan warna yang berbeda.
"Jadi di dunia ini akademi sihir bukan hanya satu saja ya, hebat," ucap sato kagum. Lalu sato terus mengendarai bangunan itu. Dan tampak dalam perjalanan dia melihat banyak bangunan yang juga sepertinya akademi sihir juga. Sato menghitung sekitar 6 akademi yang sudah ia jumpai.
Wush.
Setelah memastikan dan menggambar dunia itu dalam suatu peta. Sato kemudian menbuat portal lagi yang membawanya menuju asal. Lalu keluar bangunan miliknya dan kembali ke kasur di dunianya.
Bruk.
Sato terlihat duduk dengan semangat di kursi belajarnya. Melihat-meihat peta yang sudah dia buat.
"Woah," kagum sato.
"Bahkan aku belum menjelajahi semua dunia itu, dan petanya sudah sesulit ini," ucap sato.
Tap.
Nampak tiba-tiba sesorang berada di belakang sato. Sato terkejut dan menutup petanya. Dia melihat ke belakang. Tampak ada adiknya itu.
Mega terlihat disana dengan eksperesi yang biasanya.
"Ada apa?" tanya sato. Mencoba tenang.
"Apa kau punya catatan pelajaran bioloogi?" ucap mega.
Hal itu membuat batin sato lega. Dia pikir mega mengetahui hal yang dia perbuat.
"Oh tentu saja ada, baiklah aku akan mengambilnya," ucap sato.
Lalu setelah ketemu dia memberikannya pada mega. Mega menerimanya dan langsung pergi begitu saja.
Brak!
Pintu tertutup karena mega keluar.
"Huft, bisakah dia sopan terhadap kakaknya?" ucap sato.
"Ibu bilang dia adikku, tapi kenapa sudah satu angkatan denganku?" ucap sato dipenuhi tanda tanya.
Setelah menyimpan peta itu secara rahasia. Satopun kembali ke kehidupan normalnya. Belajar, makan malam dan hal lainnya.
Krassh.
Seorang dengan pakaian hitam melangkah. Dia membawa tongkat panjang.
Menginjak beberapa daun kering di daerah hutan itu. Hingga dia sampai di suatu tempat dan tampak beberapa orang disana. Tak jelas hanya bayangan saja yang nampak. Lalu orang itu menunduk hingga satu jam berlalu sosok itu masih ada. Orang itu kemudian menegakan badannya dan menengadah tangannya. Sengaja jatuhkan tongkatnya. Lalu terlihat sinar-sinar diatas sana menuju tangan pemuda itu. Saat sinar redup. Tangan kanan pemuda itu sudah terdapat sesuatu. Benda aneh seperti kepala yang sudah menjadi tengkorak serta beberapa tulang menonjol layaknya taring yang tajam. Lalu orang itu mengangkat benda itu ke atas. Cahaya merah muncul dari tengkorak itu dan terlihat menyebar hingga ke seluruh pelosok dunia.
Esok tiba. Saat ini sato dan mega tengah sarapan. Sato kemudian ingin mencari info dari ibu dan ayahnya yang saat itu ada di rumah. Sebelumnya sato sudah membuka beberapa buku di perpustakaan keluarga yang baru dia ketahui.
Sato melahap bakso itu dengan lahap.
"Oh iya ayah, kenapa hanya mega yang masuk ke akademi sihir?" tanya sato.
Ayahnya menoleh. Iibu dan ayahnya terlihat merenung.
"Iya juga ya," ucap ayah dan ibunya. Sato yang mendengarnya tersedak bakso yang baru dia telan karena terkejut mendengar jawaban gak jelas dari orang tuanya.
Sementara itu diam-diam mega menyimaknya. Sembari menyantap makanan dengan perlahan.
"A-apa itu ayah?" tanya sato. Tak kuasa menahan gejolak di hatinya setelah mendengar jawaban ayahnya.
"Sudahlah sato lanjutkan makanmu," ucap ibunya. Ayahnya setuju.
Sato menggebrak meja.
"Tidak bisa, ini harus kalian selesaikan," ucap sato.
Ayah dan ibunya hanya termenung. Satopun kesal dan berangkat sekolah duluan. Walau ayah dan ibunya sudah memanggilnya karena tasnya ketinggalan. Namun sato tak menghiraukannya.
Sato kini sudah di sekolah. Adiknya mega tak disangka mengantarkan tasnya yang tertinggal di ruang makan pagi tadi.
"Untung saja," ujar sato. Dia tampak bersender di dinding.
Sato memikirkan reaksi ayah dan ibunya yang terlihat bingung itu. Dia lalu berusaha memikirkan penyebabnya.
"Apa mungkin ayah dan ibu terlihat seperti itu karena diriku ini bukanlah orang yang ada di dunia ini? Ini seperti efek negatif karena perjalanan waktu," gumam sato.
"Kalau dipikir-pikir teori seperti itu bisa saja terjadi. Tapi yang kutahu sihir waktu hanya bisa dikuasai oleh satu orang," ucap sato sembari membayangkan orang yang dimaksud.
"Orang itu bisa menghentikan waktu, memperlambat waktu hingga dua detik. Lalu dia juga bisa berpindah-pindah dimensi sesuka hati. Dia dijuluki penyihir kelebat karena gerakannya tidak diketahui dan tidak tertebak lalu saat ini orang itu tidak pernah muncul lagi, hmmmmm," gumam anak itu.
Dia tampak terus berpikir.
Hingga bel masuk berdentang. Sato terkejut.
"Cepat sekali," ucapnya dan berlari ke kelasnya.
Tap tap tap!
Kini terlihat sayfull onpipan berjalan pulang dari sekolahnya. Dia tersenyum karena berhasil masuk kejuaraan nasional dengan nilai tertinggi.
Anak itu tersenyum sinis. Memikirkan bagaimana muka para petugas dan guru yang terkait ketakutan dibuatnya.
'Kecoak jangan pernah macam-macam padaku, atau sayfull yang lain akan membunuhmu'
Terlihat sayfull memegang kepalanya setelah kata-kata dalam pikirannya itu muncul. Lalu ekspresinya mulai berubah polos. Anak itu sungguh terlihat baik saat ini. Dan keheranan.
Lalu diapun lanjut masuk ke dalam rumah.
Disisi lain. Kini sato terlihat melihat acara tv di televisi gedung. Dia melihat reporter tengah membawakan informasi yang menurutnya genting.
"Terjadi pembunuhan berantai di seluruh indonesia dan negara lain dan anehnya semua kejadian itu berlangsung secara bersamaan," ucap presenter berita itu.
"Lalu si pelaku tak diketahui secara pasti. Namun semua mayat itu juga dalam kondisi mati yang sama. Adalah jantung dan kedua mata mereka tidak ada," lanjut presenter itu.
"A-apa?" Sato.
Satopun tiba di rumah.
"Aku pulang bu," ucap sato. Namun tak ada seorang di dalam rumah.
'Aneh' batin sato.
Satopun melihat rumahnya gelap. Karena dia pulang agak malaman. Tiba-tiba sato mengingat kejadian di dunianya.
"Ah, tidak mungkin," ucap sato menghapus dugaannya.
Lalu cklek. Lampu dinyalakan. Dan tidak ada siapapun. Sato tak tahu harus senang atau sedih. Sato kemudian mengecek ke ruangan lain sembari memanggil nama semua anggota keluarganya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments