Next Vampire And Werewolf
Prolog
Suatu ketika di jalanan padat kota metropolitan itu.
Beep
Beeeb
Beeeb
Bunyi-bunyian yang bisa anda dengar di saat jalanan macet seperti ini.
Di dalam mobil jenis mini van. Seorang pemuda dengan malas mengendalikan mobilnya yang cuma maju beberapa senti tiap 30 menit sekali.
Pemuda itu tampak begitu sangatlah bosan. Dia kemudian mengantuk.
Matanya terlihat menyipit, pandangannya mulai tertutupi perlahan dengan kelopak mata kecilnya itu.
Pendengarannya sudah mulai tuli perlahan. Mengikuti kesadarannya yang sudah hampir hilang.
Bbeeb beeeb beeeeeeeeeb.
"Woy jalan."
"Woy mobil putih kenapa gak jalan?"
"Sialan kamu!"
Di suatu tempat. Di kamar yang sangat biasa saja. Pemuda tadi masih tidur. Dia sekarang agak kecilan dan pendek dari sebelumnya.
Kriiiiing!
Suara jam weker miliknya berbunyi. Menandakan pemuda itu harus bangun karena jam itu diseting untuk membangunkannya di waktu yang sudah di rencanakan.
Lalu perlahan bocah itu sadar. Mulai menatap langit-langit atap kamarnya. Tampak langit diatas sana terlihat dari ventilasi-ventilasi kamarnya.
"Hoaaaaaam!" bocah itu menguap lebar sekali. Meregangkan kedua tangannya membuat selimutnya berantakan.
Dia bangkit dengan cepat. Bangun lalu mematikan alarm jam wekernya itu. Sudah pukul tujuh terlihat di dalam jam itu.
Pemuda itu sambil menguap mengambil handuk yang terselempang asal di depan pintu kamar mandinya. Lalu masuk dan memulai untuk mandi.
Dia keluar dengan menggunakan handuk disekitar pinggang ke bawah. Berjalan ke lemarinya. Mengambil seragam lalu memakainya dengan santai.
Setelah itu dia mengambil tas punggungnya. Memasukan beberapa buku sambil menguap juga. Lalu berjalan keluar kamar.
Tap tap tap tap!
Pov pemuda itu.
Namaku adalah Sato, siswa smp barat nasional. Sekarang aku sedang berangkat menuju sekolah, ya tentu saja aku tak serta merta untuk sekolah saja.
Sekolah itu memiliki sebuah klub misteri. Aku adalah ketuanya dan yaaa, karena anggota kami kurang maka kita harus mencari anggota lagi agar klub tetap berjalan.
Rencananya setelah usai sekolah aku ingin berdiskusi dengan anggota-anggotaku. Ya, aku ingin membagi tugas tentang bagaimana caranya kita agar bisa mendapatkan anggota baru.
Setelah berjalan sendirian tanpa gangguan akupun melihat banyak siswa-siswi dari sekolahku setelah aku sampai tak jauh dari tempat yang ku tuju. Aku melihat mereka layaknya siswa biasa. Lalu aku melihat juga beberapa teman kelasku dan orang yang sudah ku kenal juga. Mereka tidak banyak dan aku bukan orang tampan yang akan pamer biar terkenal. Entah kenapa semua itu membuatku ingin mati.
Tidak, bukannya aku malu. Aku hanya. . . . . Tidak ingin saja. Seperti seseorang yang menolak rencana dari bawahan mereka. Jika itu tidak cocok dan ada resiko merugikan diri sendiri. Maka tidak melakukannya adalah jalan terbaiknya.
Ku berjalan memasuki smp-ku dengan senang hati, melihat rok siswi bergelayutan manja dan mata hari menyinari kaca mata siswa tercantik dan terpintar yang kebetulan ada di depanku.
Dia kemudian memelototiku membuatku memalingkan muka. Sungguh kejadian yang memalukan dan aku tidak akan mengulanginya lagi.
Setelah itu bel berbunyi tanda gerbang di tutup pada pukul tujuh lewat. Ya, bagaimana ya. Ini sekolah nasional sudah tentu aturannya sangat merepotkan. Untung saja aku bisa masuk dengan tepat waktu.
Pov end.
Tap tap tap tap!
Sato berjalan memasuki sekolah, menaiki tangga opening. Disampingnya ada beberapa siswa-siswi yang bercengkrama. Sato tak meliriknya sama sekali.
Sato berjalan ke arah kelasnya. Lalu masuk ke dalam ruangan kelas yang bertuliskan "1F"
Menuju kursi di barisan 4 dari 5 barisan itu. Duduk dan menaruh tasnya di tempatnya yaitu bawah meja.
Tampak banyak siswa-siswi di ruangan itu. Melakukan berbagai hal yang biasa siswa smp lakukan. Main game, bercanda, mengerjakan tugas, dll.
Sato kemudian menelungkup dengan malas.
"Haaaah."
Sato menguap bosan dan mengantuk. Beberapa siswa melihatnya namun tak menghiraukan Sato. Sepertinya di kelas itu tak ada yang akrab dengannya. Tapi kenyataan dia adalah ketua klub adalah sesuatu yang diluar dugaan. Tapi melihat genre klub itu, sangat masuk akal bagi Sato yang suka menyendiri di kelasnya.
Bel masuk berbunyi tanda dimulainya kelas hari ini. Sato menguap dan menegakan tubuhnya meregangkan kedua tangannya ke atas. Bersiap untuk belajar.
Pov Sato.
Ku dengar bel berbunyi, dalam pikiranku aku harus dalam kondisi prima karena hari ini ada ujian. Ujian itu akan menentukan masa depan diriku ini.
Guru masuk. Dia bernama Marylin atau siapa itu. Aku tidak hafal dan mengingatnya karena guru ini adalah karyawan magang di sekolah ini.
Dia masuk dengan sekumpulan buku dan kertas ujian itu. Aku meneguk ludah gugup sambil mengeratkan pegangan pena di tanganku. Dan diriku selalu berharap bahwa tes kali ini tak akan gagal lagi.
Tes sebelumnya aku gagal karena sibuk dengan urusan klub. Tes itu dilaksanakan diluar kegiatan kelas.
Tapi sekarang adalah bagian tes terakhir, jadi mereka memasukannya saat jam awal mulai.
Aku bersiap dan menerima soal lembar itu dengan rasa campur aduk. Guru itu mengatakan apa yang seharusnya dia sampaikan.
"Kerjakan dalam dua jam. Jangan menyontek, jangan lakukan apapun selain menulis!"
Dia mengatakannya dengan membenarkan kaca mata bulatnya. Lalu akupun mulai memeriksa soal-soal itu.
Pov end.
Sato tampak terlihat melaksanakan ujian. Berbagai ekspresi dia tampilkan.
Pengawas mereka Marylin dengan melipat kedua tangannya di dada. Mengawasi semua siswa-siswi itu. Dia berdehem jika ada siswa yang mencurigakan.
Ujian masih terus berlangsung. Bunyi detak jam adalah hal yang paling bisa di dengar di ruangan itu.
Marylin terus menajamkan matanya mengawasi murid-muridnya itu.
Ujian sudah berlangsung kurang lebih hampir 30 menit.
Beberapa siswa terlihat ada yang bingung, ada yang dikit melirik ke teman sebangkunya, ada yang menulis dengan tenang, dan ada pula yang tak bisa menulis karena pensilnya sudah tumpul.
Kemudian sekarang sudah memasuki satu jam.
Tampak siswa-siswi itu masih mengerjakan ulangannya.
Guru itu kemudian berkata "apa ada yang sudah berhasil menyelesaikannya?"
Semua siswa diam tidak menjawab. Dan kembali sibuk dengan ujian dari lembar kertas itu.
Lalu setelah satu jam lebih. Ada juga yang sudah menyelesaikan ujian. Siswa itu mengangkat tangannya seraya berkata "Bu, saya sudah selesaikan ujian ini."
"Baiklah, maju ke depan bersama dengan jawabanmu," jawab guru itu.
Tampak siswa itu dengan gugup membawa kertas jawaban itu tak menghiraukan teman sebangkunya yang terlihat kecewa dengannya.
'Sialan, si pintar itu' batin siswa sebangkunya kesal.
Tap tap tap tap!
Anak itu sampai di depan meja guru wanita berkacamata.
"Ini bu," ucapnya sembari memberikan kertas jawaban miliknya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments