Episode 4
Masalah itu bagian 2
"Apa yang kamu lakukan? Apa aku pernah menganggumu?" tanya sato.
Anak pirang terlihat makin marah.
"Dasar tidak tahu diri." Anak pirang mencengkram baju depan sato. Membuat sato terpojok ke dinding.
'Dia kuat sekali' batin sato
Terlihat aura-aura kebiruan mengalir di tangan pemuda itu.
'I-ini, energi sihir' batin sato setelah melihat tangan siswa pirang itu
"Apa kau tahu? Nilaimu telah membuat jalanku terganggu," ucap si pirang.
"Nilai? Nilai apa?" tanya sato
"Dasar bodoh," ucap si pirang dan mencoba memukul wajah sato yang lebih tinggi darinya.
Sato melihatnya dan hanya bisa menerimanya saja.
Jduagh!
Sato terpental dan menabrak pintu kecil disana.
"Heh, bagaimanapun kau hanya anak biasa. Aku sudah muak dan saat ini sedang emosi. Kau akan kubunuh karena mencoba menghalangiku," ucap bocah pirang penuh murka.
Ayahnya belum tahu bahwa nilainya rendah. Setelah membunuh anak ini dia akan mengancam kepala sekolah untuk pertama kalinya. Tentu saja sayfull tahu bahwa kepala sekolah pasti tidak akan melawan. Karena pria itu hanyalah manusia biasa. Sama seperti anak jabrik aneh yang selalu mendapat nilai F tapi tiba-tiba bisa jadi benalu yang merepotkan baginya.
Nging!
Suara memekakan telinga terdengar. Kecuali bagi sayfull. Lalu bersamaan dengan itu sayfull membuat sebuah pedang energi sihir dari tangan kanannya. Sato terpana.
'Dia benar-benar ingin membunuhku, sialan aku akan mati lagi. Ugh. Sakit. Pipiku sakit sekali.' Batin sato.
Sato kemudian berusaha bangkit.
'Andaikan saja aku-'
Sebelum pintu toilet terbuka. Tampak cahaya kekuningan sedikit bersinar di tangan sato.
Cklak.
Pintu terbuka. Sayfull terkejut. Dia menghilangkan pedangnya. Sato bersyukur karena itu. Dan beberapa siswa masuk. Diantaranya adalah teman satu klub sato. Sayugo.
Sayugo terkejut melihat pemandangan di depannya. Dia juga terkejut bahwa ada sayfull di depan tubuh sahabatnya itu.
"Jika kalian mengadu, aku akan membunuh kalian semua," ucap sayfull sinis. Setelah mengancam dia pergi melewati sekumpulan siswa itu secara paksa.
Sayugo memapah tubuh sato yang terlihat sekarat.
"Apa dia temanmu sayugo?" tanya teman sayugo.
"Yah, dia juniorku dan ketua juga di klubku," jawab sayugo.
Setelah mengantar sato ke ruang klinik sekolah. Sayugo pamit karena bel berbunyi.
"Lebih baik kau mengalah saja sato, anak itu benar-benar ingin membunuh siapapun yang menghalanginya," ucap sayugo menasehati.
Setelah itu sayugo berlari dari ruang klinik.
'Sepertinya aku memang harus mengalah' batin sato.
Tapi sato sama sekali tak mengetahui apa yang diinginkan anak pirang itu. Bahkan tak tahu dimana anak itu berada saat kelas berlangsung.
Hingga menjelang sore.
Fernie dan sato berjalan pulang bersama. Sayugo ada les jadi tak pulang hari ini.
"Lalu apa yang terjadi?" tanya fernie saat sato menceritakan hal yang menimpanya sewaktu di toilet.
"Yah, untungnya beberapa orang masuk ke dalam toilet. Dan ada sayugo disana," jawab sato.
"Syukur saja, tapi kenapa kau bisa sekarat hanya dengan satu pukulan?" tanya fernie.
Hal itu membuat sato bingung. Dia tak ingin membicarakan tentang penyihir dan hal lainnya kepada fernie ataupun sayugo.
"Ah, ya! Mungkin kondisiku belum bugar karena kejadian beberapa hari yang lalu," jawab sato.
"Hmmm?" Wajah fernie mendekat. Membuat sato gugup.
'Kuharap dia percaya. Oh tuhan mohon bantu aku' batin sato.
"Uhm. Begitu ternyata," ucap fernie.
Sato mendengus lega.
'Hampir saja jantungku copot dibuatnya. Fiuh.' Batin sato.
"Ngomong-ngomong, apa kau tahu siapa anak yang menyerangmu?" tanya fernie.
"Ah, ya. Sayangnya tidak," jawab sato.
"Hmmm, begitu. Tapi apakah sayugo juga melihat anak itu?" tanya fernie lagi.
Sato mengangguk. Mengiyakan.
"Jadi ada mungkin juga. Si setengah botak itu tahu anak itu dan namanya," ucap fernie.
"Tapi dilihat dari rambutnya. Dia sepertinya dari keluarga onpipan deh," ucap sato.
"Apa kau yakin?" tanya fernie lagi.
Sato mengangguk.
"Hmm, di sekolah kita banyak dari anggota keluarga itu. Oh, aku kenal salah satu dari mereka," ucap fernie.
"Benarkah?" tanya sato.
"Ya, benar. Aku mengenalnya waktu di kelas bersama," jawab fernie dan terlihat berpikir.
"Hmm, sepertinya. Aku ingat deh. Namanya kalau tidak salah sayfull, onpipan sayfull," ucap fernie.
Ucapan fernie mengingatkan sato pada sesuatu.
"Sayfull? Kalau tidak salah aku pernah mendengarnya deh, hmmm" ucap sato berpikir.
"Hmm?"
"Oh, iya. Sayfull sesorang yang memiliki nilai sama pada waktu ujian seleksi," ucap sato sembari menjentikan jari.
"Benarkah?" tanya fernie.
"Benar, mungkin dia ingin aku mengundurkan diri," ucap sato sedih.
Melihat sahabatnya sedih. Membuat fernie marah.
"Hey, apa kau menyerah begitu saja?" tanya fernie.
Sato mengangguk.
"Dasar goblok!" teriak cewe rambut pendek itu. Dia memukul pundak milik sahabatnya itu.
"Hanya dipukul seperti itu saja, kau mau menyerah?" tanya fernie.
"Dia ingin membunuhku," jawab sato membuat fernie terdiam.
"Apa? Benarkah?" tanya cewek itu terlihat murung.
Mereka berduapun diam tak mengobrol lagi. Hingga keduanya sampai di rumah masing-masing.
Esok harinya.
Sato berangkat bersama adiknya mega. Dia melihat adiknya yang seperti kelelahan.
'Sepertinya dia kelelahan, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak pernah punya adik' batin sato.
"Mega, sepertinya kau lelah ya. Apa kau sudah minum obat atau semacamnya. Kulihat ibu banyak mengoleksi barang-barang yang-"
"Urusi urusanmu!"
Ucapan dingin milik mega membuat sato mematung.
'Si-sialan. Menjadi seorang kakak memanglah tugas yang sangat sulit bagiku' batin sato.
"Haaah."
Sato menghela. Berjalan di belakang adiknya. Lalu tiba-tiba fernie datang melompat dan kemudian memukul kepalanya.
"Hoii, apa kabar!" teriak fernie.
"Hey, dasar tomboy. Kemarin kan aku habis terluka," ucap sato marah.
"Ah, y-ya benar juga hihihi," ucap fernie dengan nada kecut.
'Sial, wanita ini pasti tidak akan paham. Esok harinya pasti berulah hal yang sama lagi' batin sato kesal.
"Eh? Siapa yang didepan itu?" Tanya fernie.
"Hah? Oh, dia mega. Adikku," jawab singkat sato.
"Woah, tumben sekali melihat kalian akur," ucap fernie.
'Memangnya berjalan sendiri-sendiri terbilang akur ya?' Batin sato terhadap ucapan ngaco sahabatnya itu.
"Sudahlah, jangan bahas itu," ucap sato kesal.
"Woah, kau marah?" tanya fernie.
"Tidak sih, hanya saja ...," jawab sato.
"Hmmm, mencurigakan," ucap fernie.
"Sudahlah, ayo masuk sebelum bel berbunyi," ucap sato mengalihkan perhatian.
"Baiklah."
Setelah mulai memasuki kelas.
Deg!
Sato melihat anak pirang itu duduk di dalam kelasnya.
"A-apa dia?" tanya sato.
Beberapa siswa menghiraukan kata-kata sato. Lalu gurupun datang setelah bel mulai berdentang.
'Dia, ternyata-"
"Satu kelas denganku," ucap sato.
Fernie dan sayugo kaget.
"A-apa?" Ucap keduanya.
"Ta-tapi yang mengejutkan. Kenapa kau tak mengenalnya?" tanya fernie membuat sato membisu.
"Ya, benar sekali," ucap sayugo membenarkan.
"Dasar kurang pergaulan," ejek fernie.
"Sudahlah fernie. Tapi kudengar memang anak itu hobi membunuh orang," ucap sayugo.
"Heh? Benarkah?" tanya fernie.
"Ya, kau tahu. Keluarga onpipan itu menjunjung tinggi kesempurnaan. Kudengar dari kecil anak itu sudah mendapat kekerasan fisik dari orang tuanya jika tidak mendapat rangking satu," jelas sayugo.
"Oh begitu, jadi dia melakukan hal itu agar ayahnya tak memukulnya lagi," ucap fernie.
"Tidak! Kau salah fernie, itu mungkin karena dia tidak ingin dipaksa lagi," ucap sato.
"Apa dia menginginkan bebas, tapi bukannya lebih baik langsung lari saja?" tanya fernie.
"Tidak! Mungkin dia seperti itu agar lebih cepat dewasa," jawab sato.
Sato menjawab hal itu tak asal-salan. Pasalnya, setelah mendengar masalah yang dihadapi sayfull. Itu mengingatkan pada dirinya yang dulu. Dia beranggapan sayfull dan dirinya yang dulu adalah suatu kesamaan karena masalah dan tindakan yang hampir mirip. Lagipula sayfull juga penyihir sama seperti dengannya.
"Jadi, apa kau tetap akan mengalah?" tanya fernie to the point.
"Ya, tapi- sepertinya aku tidak bisa membiarkannya. Tapi aku sama sekali tak ingin mati lagi," ucap sato sedih.
"Untuk itu kami juga tak bisa membantu," jawab kedua rekannya sedih.
Tampak di luar ruangan klub. Seseorang tengah menguping dari tadi. Wanita itu terlihat berkacamata. Dia adalah guru magang. Tapi kenapa guru itu menguntit ruangan klub misteri?
Setelah puas sang guru kembali ke ruangannya. Memastikan tak ada orang yang akan masuk ke dalam ruang guru.
"Sepertinya kelakuan anak onpipan itu sudah keterlaluan ya," ucap seseorang yang di depan wanita itu.
"Yah, tapi apalah daya. Kita tak akan bisa melakukan apapun," ucap wanita itu.
Dia tengah berbicara dengan sesosok yang tak nampak. Sangat aneh sekali.
"Andai saja persiapan kita selesai," ucap sosok itu.
"Apa ada kendala khusus?" tanya wanita itu.
"Tak ada, namun memang prosesnya sangat lama. Butuh waktu berhari-hari lagi kedepannya," jawab sosok itu.
"Rencana penyerangan kita adalah untuk kebenaran. Dengan membunuh semua klan onpipan. Semuanya akan kembali kepada keadaan sedia kala," ucap sosok itu.
"Keluarga onpipan, sangat meresahkan!"
"Ya, begitulah. Kudengar dari dulu bahkan pula para wanita dari keluarga itu selalu berbuat curang hanya untuk bisa jadi nomor 1," ucap seorang nenek-nenek penyihir.
"Apa begitu nek?" tanya sato.
"Iya, ini adalah rahasia terbesar dari kalangan penyihir," ucap nenek itu.
Saat sore hari. Sato iseng menuju tempat seseorang penyihir yang terkenal setelah mendengar saran dari sayugo.
Tak disangka penyihir itu menjelaskan semuanya. Dia tak tahu kenapa.
Malam tiba.
Sato kembali ke ranjangnya tuk tidur. Namun dirinya masih memikirkan sayfull dan keluarganya yang terlalu menekan.
'Dulu, aku juga sering ditekan. Itu karena ancaman dari ras pembasmi iblis. Mereka sangat ingin menghancurkanku. Tapi dengan syarat diriku bisa sihir-sihir kuno yang kuat. Semuanya karena diriku adalah pewaris kekuatan penyihir kuno yang kuat. Musuh terdahulu yang dendam ingin membalasnya lewat diriku' batin sato.
"Apapun yang kulakukan dan usahakan. Semua akan berakhir dengan kesendirian, aku ingin anak itu juga bisa memahami ini. Tapi-sepertinya mustahil sekali," ucap sato dan mulai memejamkan mata tuk tidur di malam hari ini yang sangat damai.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments