Episode 1
Dering handphone
Jam masih berdetak. Selang siswa pintar itu keluar dari ruangan kelas karena sudah berhasil menyelesaikan ujian dalam waktu kurang dari dua jam.
Sato masih terlihat kesulitan mengerjakan ujian itu. Tampak juga beberapa siswa siswi sudah ada yang mengikuti jejak siswa pintar itu.
Sato melihat mereka dengan perasaan iri. Dia mendengus melihat para siswa-siswi itu keluar dari ruangan.
Ujian masih berlangsung, kurang lebih menyisakan waktu 30 menit lagi. Sato terlihat puas dengan hasil jawabannya itu. Dia tersenyum miring lalu melirik beberapa teman kelasnya yang tersisa dan bangkit dari kursinya bersama kertas jawabannya dia berjalan ke depan menemui guru itu.
Tap tap tap!
Dia menumpuknya di atas jawaban milik siswa yang lainnya.
"Heh."
"Baiklah, silahkan keluar ruangan," ucap guru itu dingin. Membuat sato yang arogan mengangguk dengan hormat.
'Seram' batin sato.
Sato keluar dengan santai. Dia melihat satu teman kelas dan beberapa temannya dari kelas lain. Seperti sedang membicarakan hal serius. Tapi sato tak tertarik dan memilih ke suatu tempat.
Pov sato.
Ini yang disebut kembali ke masa lalu. Time traveller. Tapi disini diriku tidak menjadi versi masa depan. Aku seperti masuk ke dalam diriku beberapa tahun belakang.
Dan yang kuingat. Masa smp adalah waktu dimana aku berkembang. Di waktu yang akan datang aku akan memasuki sebuah akademi. Akademi itu tidak seperti akademi pada umumnya. Akademi itu berada di dunia lain. Itu akademi magis tempat dimana kita bisa belajar sihir dari guru sihir tentunya.
Setelah aku berhasil belajar sihir. Tak serta merta aku akan menjadi penyihir yang diakui. Lalu diriku yang saat itu sangatlah bodoh melakukan suatu hal yang memalukan.
Pov end.
"Haaaah," hela sato. Dia yang sebenarnya sudah berusia 20 tahun itu merasa sangat bosan.
Tap tap tap.
Dia menaiki tangga dan berpapasan dengan beberapa murid lain. Menuju ke lantai atas. Dia kemudian memasuki ruangan yang bertuliskan "klub misteri" membukanya dan terlihat tidak ada seorangpun.
Pov sato.
Klub misteri adalah hal yang sepatutnya kujalani. Karena dari klub ini hidup dan tujuanku akan normal dan tidak mengalami musibah seperti itu.
Karena itu aku ingin mulai mengembangkan klub ini saja. Daripada harus masuk akademi sihir.
Dulu cita-citaku adalah menjadi streamer horor. Dimana aku akan membuat vidio yang bersifat magis. Dalam klub ini sebenarnya aku sudah menyiapkan beberapa konsep. Namun, saat itu beberapa dari anggotaku keluar. Lalu disaat kita kekurangan anggota diriku masuk ke akademi sihir. Maka dari itu klub ini bubar.
Jadi sekarang, aku harus memprioritaskan klub ini daripada harus masuk 'lagi' ke dalam akademi sihir.
Pov end.
Tap.
Sato duduk di kursinya. Menghela nafas dan menutup matanya.
"Huft," hela sato.
"Hari dimana aku mengetahui diriku adalah calon penerus kekuatan sihir adalah sepulang sekolah," ucap sato kepada dirinya sendiri.
"Saat itu aku pulang sekolah setelah gagal merekrut anggota baru. Di jalanan sepi aku menemukan kartu. Kartu tak biasa. Kartu yang hanya bisa dibaca oleh penyihir. Bertuliskan undangan menuju Ploenativu Akademi," lanjut sato.
Sato tersenyum getir.
"Heh."
"Ploenativu apanya?" lanjut sato.
"Karena aku dikutuk di tempat itu. Aku sampai kehilangan-"
Sreeek!
Pintu terbuka. Membuat sato menghentikan ucapannya.
"Hm?" tanya sato
Seorang siswa membuka pintu. Dia adalah wanita dengan kacamata yang sato bilang terkenal itu.
"Kak, senia?" tanya sato.
"Hey, sato. Sopanlah kepada ketua osis," ucap orang yang baru masuk.
"Oh, maaf kak ranju," ucap sato dan berdiri dengan sopan.
"Maaf, maaf, maaf-" ucap sato terus meminta maaf
"Cukup," ucap ketua osis itu. Sato memanggilnya kak senia.
Satopun menurut diam beberapa saat.
"Ada apa ketua osis kemari?" tanya sato basa-basi.
Lalu wanita disamping senia menunjuk muka sato dengan kasar. Menyentuh wajah sato muda.
"Hey, kau! Jangan pura-pura tidak tahu," ucap ranju marah.
"Sepertinya kami harus menjelaskan lagi kepadamu ya," ucap senia ketua osis sembari membenarkan kaca matanya.
Sato hanya memasang ekspresi memaklumi diri sendiri saja.
Pov sato.
Saat ku tahu kedua wanita ini masuk. Aku sudah menduganya. Makanya aku bertindak seperti waktu itu saja. Berpura-pura lupa karena diriku yang remaja benar-benar tak mengingatnya.
Hari terakhir, peringatan terakhir dimana klub misteri milikku akan dibubarkan. Diriku yang remaja sempat menangis karena selalu gagal menemukan anggota. Tapi kemudian kembali normal setelah memasuki akademi sihir.
Ku mendengar penjelasan dari ketua osis yang sebentar lagi akan mati itu.
"Hey sato! Apa kau mendengarnya?"
ucapan siswa kelas delapan yang menyebalkan membuatku terkejut.
"Ya, kak ranju," ucapku kepadanya.
"Baiklah," ucap ranju.
Kedua anggota osis itupun meninggalkan ruangan klubku.
Aku menghela dan duduk di kursiku yang sudah panas. Kemudian kembali mengingat-ingat kejadian apa yang akan ku alami.
Setelah kedua anggota osis itu kemari. Dua jam kemudian aku terburu-buru menghubungi dua anggota lain dan membuat mereka mencari anggota baru.
Setelah mereka setuju kami dengan susah payah menawari kepada semua siswa. Hingga titik akhirnya kami tak menemukan anggota baru.
Dua anggota siswa adalah satu seorang siswi, lebih muda dariku tapi satu angkatan. Dia berada tak jauh dari kelasku di ruangan E.
Dia masuk ke klub misteri sudah hampir dua minggu. Senior yang sudah keluar membuat dia masuk ke klub misteri.
Kulihat dia sedikit tertarik dengan kasus-kasus misterius yang tidak terungkap. Jika aku mencoba membuat proyek itu dia kutunjuk sebagai kontroler. Seseorang yang akan mengatur apapun di dalam tim.
Dua adalah seniorku, kelas sembilan. Namanya kalau tidak salah adalah sayugo. Karena dia sebentar lagi lulus kami harus repot mencari anggota lagi. Sayugo sudah lama di klub misteri sebelum aku masuk. Dia juga yang salah satu orang yang memilihku sebagai ketua menggantikan ketua yang waktu itu sudah wafat. Dia orang yang ramah dan setiap selesai klub mengajakku menonton film horor. Dia mengaku masuk ke dalam klub karena ingin mencari adiknya yang hilang secara misterius. Adiknya dulu juga adalah anggota klub tapi disaat klub ini melakukan proyek penyelusuran tempat angker. Adik sayugo hilang secara misterius. Hingga saat ini tidak ada yang tahu keberadaan adiknya itu. Aku sudah mencoba membantunya tapi tidak kutemukan apapun.
Aku menghela menunggu kedua anggota klubku itu. Namun aku sudah tidak sabar lagi. Ku keluar dan menuju tempat mereka berdua.
Pov end.
Sato berjalan terburu-buru.
"Kedua pemalas itu," ucap sato kesal bercampur kecewa.
Tap tap tap.
Menuruni tangga dan menuju tempat yang dia ketahui. Lalu dia melihat seorang yang lebih tua darinya melambai di ujung sana.
"Cih," kesal sato.
"Hey, sato! Kesini. Ayo kesini," ucap siswa yang melambai itu.
"Hey sayugo, apa yang kau lakukan. Kita harus cari fernie juga untuk melakukan kegiatan klub misteri kita," ucap sato tanpa basa-basi.
"Oh, baiklah," ucap sayugo mengikuti ketua klub itu.
Tap
Keduanya sudah di depan kelas satu E. Mereka masuk tuk menemui fernie, anggota lain klub misteri.
"Fernie," panggil sato.
Fernie nampak duduk di kursinya dengan headphone terpasang. Dia terlihat menikmati musik yang dilantunkan dari alat itu.
"Oy, fernie," ucap lagi sato dan menyentuh pundak fernie.
Fernie membuka mata. Terkejut dan melepas alat yang menutupi indra pendengarnya.
"Ada apa kalian berdua kemari?" tanya fernie.
"Ayo ikut aku ke ruangan klub," jawab sato
"Ada apa?" tanya fernie
"Aku akan menjelaskannya di klub kita," jawab sato
Keduanya pergi dari kelas satu E fernie. Lalu masuk dengan cepat ke ruangan klub.
"Ada apa ketua?" tanya sayugo melihat sato duduk di kursinya.
Sato menghela.
"Klub kita akan dibubarkan satu hari lagi jika kita tak mendapatkan anggota lagi," jawab sato.
Semuanya yang mendengarnya kaget. Fernie kelihatan sedih. Sayugo juga turut kecewa.
"Lalu?" tanya fernie. Gadis berambut pendek itu tampak sedih.
"Haaaah, setidaknya dalam beberapa jam terakhir kita harus mendapatkan-"
"Krrriiiiing-"
"Ketua, hapemu bunyi," ucap sayugo.
"Oh, iya. Tunggu," ucap sato melihat nomor dan siapa yang meneleponnya.
"I-ini," ucap sato.
"Siapa ketua? Aku ingin lihat," ucap fernie.
Lalu fernie melotot.
"I-ini!" ucap fernie.
Sayugo bingung.
"Ada apa memangnya," ucapnya dan ikut melihat.
"Tidak mungkin!" Ucap sayugo.
Ketiga orang itu terkejut. Seseorang yang menelepon itu tak diketahui dan nomornya hanya berisikan gambar goresan darah segar.
"I-ini, nomor legenda itu," ucap fernie. Dia lalu dengan cepat mengecek hapenya dan memfoto hape milik sato itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya sato setengah teriak.
"Ini sebagai bukti, sebelum ajalmu datang," ucap horor fernie.
"Tapi semua ini hanya gosip kan?" tanya sayugo.
Sato menoleh ke arah sayugo.
"Tapi tidak ada salahnya kan? Aku memfoto jika benar legenda nomor berdarah ini terjadi pada ketua," ucap fernie.
"Jangan bercanda kau fernie," ucap sato.
Sato terlihat berkeringat. Dia terlihat ketakutan sekali.
"Hey, kenapa kau ketakutan ketua? Tak seperti biasanya," ucap fernie.
Sato tidak menjawab. Nomor itu sato tahu itu nomor apa. Dan legenda itu sato tahu apa yang sebenarnya. Itu adalah nomor eksekutor. Eksekutor dari akademi sihir.
Dia tidak tahu mengapa. Padahal dirinya belum masuk ke akademi tapi mengapa?
Nomor itu akan menghubungi korbannya dulu sebelum mereka terbunuh dalam beberapa jam lagi. Dan semua itu adalah syarat yang ada untuk mempelajari sihir di akademi itu. Itu semacam tumbal.
Dering itu mati.
"Hey, itu sudah berakhir," ucap sayugo.
"Untunglah, mungkin cuma tingkah iseng seseorang saja," ucap fernie besyukur.
Tapi, ekspresi sato tak berubah.
"Tidak, kau salah. Dia-dia sudah ada disini!" ucap sato membuat fernie dan sayugo ketakutan.
"Ba-bagaimana, bisa?" tanya kedua orang itu.
'Sudah berakhir, ternyata secepat ini. Tunggu apa aku bukan kembali ke masa lalu? Tunggu harusnya aku kan yang masuk ke akademi sihir atau jangan-jangan' batin sato menerka
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments