Misi Pertama

*

*

Kaysa berjalan tergesa memasuki sebuah restoran di ujung blok. Beruntung tempat tersebut letaknya tak jauh dari hotel tempatnya melamar pekerjaan sekaligus menjalani interview beberapa saat yang lalu.

Radit menghubunginya setelah menjemput Aslan dalam perjalanannya kembali ke kantor setelah memenuhi undangan pertemuan bisnis.

"Terimakasih mas, maaf merepotkan." ucap perempuan itu setelah jaraknya sudah dekat.

"Tidak perlu berterimakasih, Aslan putraku dan aku punya kewajiban untuk mengurusnya." jawab Radit, datar seperti biasa.

"Baik kalau begitu, Aslan ayo kita pulang?" Kaysa beralih kepada putranya.

"Duduklah dulu, temani Aslan makan. Dari tadi dia tidak mau mulai makan karena menunggumu." pria itu berujar.

Dan memang benar saja, makanan di piring milik putranya masih utuh, membuat Kaysa menghembuskan napas pelan.

"Temanilah dia makan, pesan juga kalau kau mau, aku harus kembali ke kantor lagi." Radit melihat jam tangannya.

"Ba-baik Mas." Kaysa menurut.

"Bagaimana interviewnya?" pria itu bertanya.

"Lancar."

"Apa lolos?"

"Belum tahu. Semoga saja." jawab Kaysa.

"Kau tahu, sebenarnya mudah saja. Asalkan kau mau menurut kepadaku dan kita kembali bersama, kau tak harus pontang-panting mencari pekerjaan seperti ini."

Kaysa mendongak.

"Kau tidak mampu bahkan untuk menghidupi dirimu sendiri, tapi kau nekat saja membawa Aslan. Apa yang ada di dalam pikiranmu?"

"Mas, apa kita akan terus membahas ini? karena kamu pun sebenarnya sudah tahu jawabanku seperti apa." Kaysa menjawab.

"Aku hanya memberikan penawaran kepadamu, dan kau tak harus bersusah-susah seperti ini. Kau bisa kembali ke rumah dan hidup normal seperti sebelum kita berpisah."

"Hidup normal katamu?"

"Ya. Dan kalian tidak akan kesusahan. Kau tak perlu bekerja lagi, dan Aslan terurus dengan baik."

"Juga hidup dengan perempuan lain di rumah itu? atau menunggumu selesai bergumul dengan perempuan lainnya seperti orang bodoh?"

Radit terdiam.

"Aku bukan perempuan dengan hati yang sangat kuat melihat suamiku bermesraan dengan perempuan lain. Meskipun dia istrimu juga sekalipun. Apa lagi dia cuma salah satu dari mereka yang bergantian menghangatkan ranjangmu. Lalu posisiku di mana saat itu? istri yang tak dianggap. Di nikahi tapi tidak di perlakukan selayaknya istri, sementara kamu bersenang-senang bersama orang lain. Apa bagusnya pernikahan seperti itu?"

"Jangan bicara sembarangan, ada Aslan."

"Kalau tidak mau Aslan mendengar, maka jangan mulai membahasnya di depan dia, karena hanya dia satu-satunya yang akan selalu mendengarkan aku. Hanya dia yang aku punya, jadi tak ada apa pun yang aku tutupi darinya."

"Dan kau membuatku terlihat buruk di mata putraku sendiri."

"Bukan aku mas, tapi kamu yang membuat dirimu terlihat buruk. Kelakuanmu, dan segala tindakanmu. Itu sebabnya aku tidak mau dia terlalu dekat denganmu." Kaysa mengutarakan segala hal yang di pendamnya.

"Kau berani bicara begitu kepadaku?"

"Kenapa tidak? apa yang menghalangiku untuk mengungkapkan kebenaran? selama ini aku diam karena tidak ingin membuat masalah. Tapi kamu membahas itu terus seolah aku pergi dan meminta cerai tanpa alasan jelas, padahal kamu sendiri tahu kenapa."

Radit mengetatkan rahangnya, perempuan ini jelas berbeda dari perempuan yang dia nikahi hampir delapan tahun yang lalu. Kaysa yang lugu dan penurut, yang saat itu baru saja lulus SMA. Mudah di bohongi dan di ancam, juga di tekan oleh keluarganya. Sehingga dia pasrah saja menerima semua yang terjadi kepadanya.

Tapi kelengahannya ternyata membuat perempuan yang dia nikahi karena perjodohan itu membuatnya memberontak. Dibawah tekanan dan mengalami depresi selama menjalani pernikahan membuat Kaysa mampu berbuat nekat, hingga dia berani meminta bercerai dan memperjuangkan hak asuh anaknya.

Walau mengalami banyak kesulitan tapi dia tak juga gentar. Bahkan setelah dirinya dengan sengaja menelantarkan mereka. Tak memberi nafkah dan santunan untuk Aslan, dan bahkan merampas harta gono-gininya untuk di tukar dengan putra mereka, sekedar untuk memberikan efek jera, agar Kaysa menyerah dan mengemis meminta kembali. Namum nyatanya, perempuan itu melanjutkan hidupnya walau dalam serba keterbatasan. Dia bahkan memilih di kucilkan oleh keluarganya yang menentang keras perceraian mereka hanya demi mendapatkan kebebasan hidup bersama putranya

"Kau benar-benar keras kepala, Kay!" Radit menggeram.

"Mas baru tahu?"

Pria itu berdecak kesal.

"Kalau saja aku tidak ingat Aslan, ...

"Mas kalau masih peduli kepada Aslan, beri dia nafkah yang cukup. Aku bekerja untuk diriku sendiri, agar tidak mengambil haknya yang kamu berikan. Hanya untuk dia saja agar tak kekurangan. Tidak usah mempedulikan aku."

Bibir Radit berkedut-kedut menahan banyak ucapan yang ingin dia lontarkan. Tapi dirinya sadar kini tidak akan mudah menyanggah semua perkataan mantan istrinya itu, namun malah akan memperuncing masalah dan membuatnya semakin tersudut.

Dia memang menyebalkan! untung kami bercerai. batinnya yang menahan kekesalan di dada.

"Terserah kau saja lah, yang penting urus dia dengan baik." pria itu bangkit. Akhirnya dia mengalah dengan perdebatan ini.

"Memangnya apa yang aku lakukan selama ini?" jawab Kaysa dengan ketus.

Sementara Radit hanya memutar bola matanya, jengah.

"Papa pergi nak. Baik-baik ya?" katanya kepada Aslan.

"Oke. Nanti jemput aku lagi ya?" bocah itu menjawab dengan mulut penuh dengan makanan.

"Uangnya sudah aku transfer, nanti minta lagi saja kalau kurang." ucap pria itu yang kemudian pergi.

"Nah, kan? papa bilang juga minta." Aslan menginterupsi perhatian Kaysa yang menatap Radit hingga pria itu menghilang.

"Kamu menguping." sementara dirinya memeriksa rekeningnya lewat mbanking di ponsel pintarnya. Sejumlah uang masuk dari rekening milik sang mantan suami, cukup membuatnya bernapas lega karena bisa menyambung hidup hingga satu bulan ke depan. Plus membayar uang sewa apartemen sedehana mereka.

"Nggak nguping, tapi kedengeran Ma." Aslan menjawab.

"Ah, iya. Maafkan mama, karena kami selalu berdebat di depanmu. Habisnya papamu selalu membuat mama emosi." dia bicara seolah usia mereka setara.

"Kata guru agama di sekolah, kita nggak boleh berantem, dosa." Aslan menghentikan acara makan siangnya.

"Hanya berdebat, Aslan."

"Tapi sambil marah-marah?"

Kaysa mendengus keras. Putranya ini sepertinya terpaksa dewasa sebelum waktunya? dilihat dari caranya menyanggah setiap kali dirinya menjawab atau memberikan alasan. Bocah itu selalu punya jawaban lain untuk di lontarkan.

"Mama nggak marah-marah, sayang."

"Tapi suara mama keras, terus nggak mau ngalah kalau ngobrol sama papa?" ucap Aslan lagi, membuat ibunya geleng-geleng kepala.

"Aslan masih mau makan nggak?"

"Masih dong, ini mau di habisin." sang putra kembali pada makanannya.

"Ya sudah, jangan bicara terus."

"Oke, habis ini kita pulang ya? aku ada pr menggambar.

"Makanya cepat habiskan."

"Siap bu!" ucap Aslan yang menggerakan tangannya seperti orang memberi hormat, yang seketika membuat Kaysa mengerutkan dahi.

Sepertinya dia ingat seseorang?

*

*

Sebuah pesan dengan kode 911 masuk di ponsel Rama, yang segera membuat pria itu meninggalkan makan malamnya. Berganti pakaian hitam-hitam, mengenakan rompi anti peluru dan segala perlangkapan tugasnya. Hal darurat mungkin saja sedang terjadi dan dia harus siap dengan segala kemungkinan.

"Dinas malam mas Rama?" perempuan paruh baya di samping rumah menyapa, seperti biasa.

"Iya bu, pamit." katanya yang melemparkan tas berisi persenjataan ke bagian belakang mobilnya.

Sebuah Van hitam sudah siap di markas kepolisian terdekat, dengan personil lengkap berisi ke tujuh anggota pasukan hantu lainnya. Dan Bima Sakti, sang jenderal pun berada di sana.

"Ini misi pertama kalian." pria itu berbicara ketika mobil mulai bergerak.

"Penyelundupan narkotika dari Cina di kabarkan sudah sampai do Jakarta, dan intel kita masih melakukan pengintaian." dia membagikan lembaran keterangan, dan denah lokasi penyergapan.

"Mereka menggunakan kargo khusus yang bisa meminimalisir di area pemeriksaan. Dan di bawa ke suatu tempat. Tugas kalian adalah menemukannya karena benda ini di beri pengawalan ketat. Temukanlah dengan cara apa pun, tapi dengan catatan tanpa menimbulkan kegaduhan."

"Cara apa pun?" Rama menyahut.

"Yeah, ... termasuk menembak penjaganya jika itu yang ingin kau tanyakan." jawab Bima Sakti, yang di sambut sorakan oleh ke delapan anggotanya.

"Tapi usahakan jangan sampai mereka mati. Hanya lukai saja untuk melumpuhkan. Kecuali jika melawan."

Delapan pria itu mengangguk bersamaan.

"Baiklah, cepat selamatkan negara kita dari para perusak!" Bima berteriak menyemangati, membuat ke delapan anggotanya menyahut cukup kencang dengan semangat yang berapi-api.

***

Topi baja khusus, kaca mata infra merah, rompi anti peluru, dan penutup wajah menjadi seragam wajib selain pakaian khusus serba hitam mereka. Di lengkapi AK-47, Revolver, gas air mata, dan juga granat di tas kecil yang mereka bawa.

Pria-pria itu turun berurutan, menyelinap di kegelapan pelabuhan. Di antara kontainer-kontainer raksasa yang baru saja di turunkan dari kapal angkutnya. Barang-barang impor dari seluruh dunia yang setiap saat membanjiri pasar lokal dengan harga dan kualitas yang cukup menggiurkan. Bersaing dengan barang dalam negeri yang barjuang untuk bertahan di tengah gempuran perdagangan internasional.

Sebuah speedboat berukuran sedang sudah menunggu di anjungan, yang kemudian membawa pria-pria dengan pakaian hitam itu menyeberang ke pulau terjauh dari pelabuhan tersebut. Di mana di kabarkan bahwa sebuah kapal ferry membawa sebuah kontainer berukuran sedang ke arah barat daya pelabuhan.

Sungguh kejadian yang tak biasa.

Mesin speedboat di matikan beberapa meter dari bibir pantai dan mereka membiarkannya melaju perlahan. Kemudian semua orang menceburkan diri ke air yang hanya setinggi lutut orang dewasa itu.

Kedelapan pria tersebut berjalan mengendap, memindai keadaan pulau yang gelap dan sepi. Dengan menggunakan kaca mata infra merah mereka mampu mendeteksi keberadaan manusia dalam jarak lima puluh meter di depan.

Semua orang bersiap dengan senjatanya, sambil terus berjalan mendekati sebuah bangunan di tengah hutan yang berkamuflase dengan pohon-pohon yang tumbuh cukup rapat.

Rama, sebagai ketua regu mengisyaratkan dengan tangannya, agar teman-temannya berpencar ke setiap penjuru. Lalu mereka semua segera melasanakan perintah.

Para penjaga bangunan yang sebagian besarnya merupakan preman-preman bayaran tampak siaga. Mengawasi keadaan dan mengamankan tempat tersebut. Jelas sekali apa yang mereka jaga merupakan hal penting.

"Tunggu sebentar." suara Bima Sakti terdengar di ujung earpiece. Dia mengawasi dari jauh lewat kaca mata yang di kenakan anak buahnya tersebut yang terhubung langsung dengan monitor di markas besar.

Para anggota pasukan hantu bersiaga di belakang pepohonan, diantara semak yang rapat mendominasi ekosistem pulau tersebut.

Suara binatang malam terdengar memekakan telinga, namun tak dapat menyamarkan suara derak ranting yang terinjak di kejauhan.

Pria-pria di dekat bangunan bersiaga, dengan senjata yang di lengkapi senter itu yang di todongkan ke arah depan, mencari asal suara. Namun hanya kegelapanlah yang menyelimuti tempat tersebut.

Seorang pria di samping bangunan tampak membeku ketika merasakan moncong senjata menempel di belakang kepalanya.

"Angkat tanganmu dan jangan bersuara." Rama berbisik.

Pria itu menurut.

"Maju!" ucapnya setengah mendorong tubuh pria berperawakan kurus ituke depan.

Rama kemudian menggendikan kepala yang menjadi tanda bagi rekan-rekannya untuk keluar dari persembunyian mereka. Dengan tiba-tiba dan tanpa di duga, menyergap para penjaga bangunan sehingga tak ada satupun dari mereka yang bisa berkutik ketika senjatanya di lucuti.

Mereka semua di giring memasuki bangunan serupa gudang besar tersebut dengan tumpukan karung tertutup terpal sebagian.

Namun sesuatu terjadi ketika seseorang di antara mereka melompat ke sisi lain dan mengambil sesuatu di bawah terpal yang ternyata adalah senjata api semacam magasin yang segera memberondong para petugas itu dengan tembakan.

Kekacsuan segera terjadi ketika semua orang berpencar mencari perlindungan. Diantara karung-karung, tumpukan kardus, dan gulungan terpal yang ternyata isinya berbagai macam jenis obat-obatan terlarang. Yang segera berhamburan begitu peluru-peluru tajam itu bersarang di sana.

"Perlukah kita memanggil bantuan sekarang?" Garin mengisi revolvernya dengan peluru baru.

"Kita bekerja sendiri, jadi harus menanganinya sendiri." Rama mengokang senjata semi otomatisnya, memastikan benda tersebut siap di gunakan.

"Mereka bersenjata lengkap!" Garin berteriak.

"Begitu juga kita." Rama menjawab sambil menatap wajah rekannya itu sebentar, kemudian dia bersiap.

Rama menarik sebuah granat dari sabuknya, menatrik penguncinya dengan gigitan, kemudian melemparkannya pada sebuah sudut dimana matanya menangkap sosok yang memegang magasin yang terus di arahkan kepada mereka.

Dan seketika ledakan hebat pun terjadi. Para penjaga berlarian untuk menghindar, dan barang-barang selundupan berhamburan. Menyebabkan ruangan tersebut semakin kacau saja. Di tambah tembakam balasan dari pasukan hantu yang merasa mendapat kesempatan setelah Rama mengalihkan perhatian dengan ledakan granatnya. Membuat tempat tersebut tak ubahnya seperti medan pertempuran.

Dan setelah terjadi kontak senjata selama beberapa saat, suasana tiba-tiba saja menjadi hening.

Rama dan yang lainnya mengintip dari balik tumpukan g*nja kering, memastikan mereka sudah melumpuhkan pria-pria tersebut yang sudah tergeletak tak berdaya. Dengan luka tembak parah di masing-masing bagian tubuh.

"Mundur, segera kembali ke speedboat. Polisi dan pol air segera tiba." ucap Rama setelah menyisir seluruh area dan memastikan keadaan cukup aman. Meringkus para tersangka dan melumpuhkan bosnya.

Yang segera di laksanakan oleh rekan-rekannya kala mendengar suara gaduh di kejauhan. Yang mereka yakini sebagai pihak berwajib yang tugasnya baru saja mereka ambil alih sebagian.

*

*

*

Bersambung ...

like komen dan hadiahnya jan lupa ya gaess

Terpopuler

Comments

Firman Junior

Firman Junior

serasa nonton film action....mantap...rehat dulu baca cerita ceo""....

2023-02-23

4

Devi Handayani

Devi Handayani

naahh iyaa begitu baruu bettuulllll😍😍😍😍

2022-08-31

1

Salma Asyura

Salma Asyura

emang bener kan Dit

2022-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 Chaos
2 Mimpi Buruk
3 Kehidupan Lain
4 Percobaan Pertama
5 Percobaan Kedua
6 Wawancara
7 Aslan
8 Kenyataan
9 Ledakan
10 Rumah Sakit
11 Orang Baik
12 Tes
13 Usaha Kaysa
14 Pelatihan Khusus
15 Pasukan Hantu
16 Pulang
17 Misi Pertama
18 Pekerjaan
19 Misi Kedua
20 Berteman Dengan Aslan
21 Aslan Dan Rama
22 Kecurigaan
23 Intel
24 Ketahuan
25 Pria Sejati
26 Prosedur
27 Aslan #2
28 Bullying
29 Pemicu
30 Rama Dan Kaysa
31 Antara Misi Dan Cari Jodoh
32 Perdebatan
33 Tanggung Jawab
34 Membujuk Aslan
35 Keputusan
36 Kepulangan Rama
37 Pertahanan Rama
38 SAH!!
39 Malam Pengantin
40 Rumah Tangga
41 Sarapan Bersama
42 Cuti
43 Cuti #2
44 Alasan
45 Orang Tua
46 Imbalan
47 Gemas
48 Bertugas Lagi
49 Olah Raga
50 Balada Kucing Dan Anjing
51 Back To Mission
52 Tahanan Khusus
53 Misi Yang Berbahaya
54 At The Red Line
55 Behind Enemy Lines
56 Selamat
57 Penghargaan
58 Rumah Baru
59 Pangkat Dan Keluarga
60 Kegigihan Kaysa
61 Latihan Lagi
62 Aman
63 Mawar Putih Di Makam Livia
64 Psycho Thing
65 Percakapan Larut Malam
66 Mimpi Buruk #2
67 Rencana
68 Rencana Dan Makanan Pedas
69 Penyelidikan
70 Something
71 Sebuah Ancaman
72 Revealed
73 Pertukaran
74 Mercy
75 Urusan Pribadi
76 Siaran Langsung
77 Hari Pembalasan
78 Livia
79 Kelegaan
80 Masa Tenang
81 Aslan #3
82 Latihan Tinju
83 Balada Testpack
84 Mood
85 Balada Testpack #2
86 Adiknya Aslan
87 Pengunduran Diri
88 Breaking News
89 Proses
90 Keuntungan
91 Aslan Dan Wawancara
92 Wawancara Kedua
93 Gugup
94 Persidangan Pertama
95 Liputan Khusus
96 Sidang Kedua
97 Polisi Garang
98 Bukti Tambahan
99 Penyelidikan Kaysa
100 Heart Breaking
101 Sidang Ketiga
102 Kemarahan Rama
103 Kekacauan
104 The Dark Side
105 Pembicaraan Serius
106 Wawancara Terakhir
107 Sidang Putusan
108 Keluarga
109 Extrapart #1
110 Extrapart #2
111 Extrapart #3
112 Ekstrapart #4
113 Extrapart #5
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Chaos
2
Mimpi Buruk
3
Kehidupan Lain
4
Percobaan Pertama
5
Percobaan Kedua
6
Wawancara
7
Aslan
8
Kenyataan
9
Ledakan
10
Rumah Sakit
11
Orang Baik
12
Tes
13
Usaha Kaysa
14
Pelatihan Khusus
15
Pasukan Hantu
16
Pulang
17
Misi Pertama
18
Pekerjaan
19
Misi Kedua
20
Berteman Dengan Aslan
21
Aslan Dan Rama
22
Kecurigaan
23
Intel
24
Ketahuan
25
Pria Sejati
26
Prosedur
27
Aslan #2
28
Bullying
29
Pemicu
30
Rama Dan Kaysa
31
Antara Misi Dan Cari Jodoh
32
Perdebatan
33
Tanggung Jawab
34
Membujuk Aslan
35
Keputusan
36
Kepulangan Rama
37
Pertahanan Rama
38
SAH!!
39
Malam Pengantin
40
Rumah Tangga
41
Sarapan Bersama
42
Cuti
43
Cuti #2
44
Alasan
45
Orang Tua
46
Imbalan
47
Gemas
48
Bertugas Lagi
49
Olah Raga
50
Balada Kucing Dan Anjing
51
Back To Mission
52
Tahanan Khusus
53
Misi Yang Berbahaya
54
At The Red Line
55
Behind Enemy Lines
56
Selamat
57
Penghargaan
58
Rumah Baru
59
Pangkat Dan Keluarga
60
Kegigihan Kaysa
61
Latihan Lagi
62
Aman
63
Mawar Putih Di Makam Livia
64
Psycho Thing
65
Percakapan Larut Malam
66
Mimpi Buruk #2
67
Rencana
68
Rencana Dan Makanan Pedas
69
Penyelidikan
70
Something
71
Sebuah Ancaman
72
Revealed
73
Pertukaran
74
Mercy
75
Urusan Pribadi
76
Siaran Langsung
77
Hari Pembalasan
78
Livia
79
Kelegaan
80
Masa Tenang
81
Aslan #3
82
Latihan Tinju
83
Balada Testpack
84
Mood
85
Balada Testpack #2
86
Adiknya Aslan
87
Pengunduran Diri
88
Breaking News
89
Proses
90
Keuntungan
91
Aslan Dan Wawancara
92
Wawancara Kedua
93
Gugup
94
Persidangan Pertama
95
Liputan Khusus
96
Sidang Kedua
97
Polisi Garang
98
Bukti Tambahan
99
Penyelidikan Kaysa
100
Heart Breaking
101
Sidang Ketiga
102
Kemarahan Rama
103
Kekacauan
104
The Dark Side
105
Pembicaraan Serius
106
Wawancara Terakhir
107
Sidang Putusan
108
Keluarga
109
Extrapart #1
110
Extrapart #2
111
Extrapart #3
112
Ekstrapart #4
113
Extrapart #5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!