Percobaan Pertama

*

*

Kaysa membereskan alat tulis milik Aslan yang berserakan di lantai, sementara bocah itu sudah terlelap tak jauh dari tempanya mengerjakan pr, sementara dirinya baru menyadari jika hari sudah cukup larut.

Dia mengangkat tubuh putranya untuk di pindahkan ke kamar satu-satunya di apartemen kecil pinggiran kota. Yang menjadi tempat mereka bernaung selama satu tahun terakhir, begitu Kaysa berhasil melepaskan diri dari Radit sang mantan suami. Meski beberapa bulan setelahnya dia harus mengulangi pertarungan demi mendapatkan hak asuh sang putra, walau membuatnya harus kehilangan harta. Tidak apa, asal mereka bersama.

Kaysa mengusap kepala Aslan yang rambut hitamnya telah memanjang. Kemudian mengecupnya dengan penuh perasaan.

Lalu perempuan itu kembali ke meja makan kecil di sisi lain apartemen yang ruangannya menyatu dengan dapur, tanpa sekat apa lagi penghalang. Semuanya seperti ada dalam satu ruangan yang sama, antara ruang tamu, dan ruang makan juga dapur. Karena dirinya hanya mampu menyewa tempat kecil ini, daripada harus menghabiskan banyak uang untuk tempat tinggal yang tak mampu di sewanya.

Sebenarnya mudah saja bagi Kaysa, jika saja dirinya meyerah dan menuruti keinginan orang tuanya untuk tetap bertahan dengan Radit, tentu hidupnya dan Aslan tidak akan sesulit ini.

Uang, rumah dan fasilitas juga kehidupan mapan sudah pasti dia dapatkan. Tidak harus bersusah-susah mencari nafkah sendiri dengan sesekali meninggalkan Aslan.

Namun kehidupan rumah tangga yang tak sehat membuatnya merasa tak tahan dan akhirnya Kaysa menyerah di tahun ke 6. Setelah beberapa kali memergoki suaminya berselingkuh dengan banyak wanita, dan tanpa rasa malu pria itu mengakuinya. Walau sering juga melontarkan penyesalan, namun Radit tidak pernah jera. Dia malah semakin menjadi apa lagi usaha keluarganya berkembang pesat di bawah ke pemimpinannya.

Sayang, kesuksesannya tidak di iringi dengan rasa syukur, namun malah membuatnya semakin arogan dan merasa begitu berkuasa. Sehingga tak mampu membuatnya menyadari betapa banyak kesalahan yang telah di buatnya. Terutama kepada keluarga kecilnya yang telah di mulai saat usia Kaysa masih sangat belia, Yakni 19 tahun.

Tapi perempuan itu merasa sudah cukup, dan kesabarannya sudah di ambang batas. Tak peduli seberapa kuat dia bertahan, namun akhirnya tumbang juga. Rasa sakit akibat di hianati mengalahkan kesabarannya. Sehingga membuatnya memilih untuk bercerai dan kehilangan banyak hal. Termasuk keluarganya sendiri yang marah karena Kaysa memilih menyerah.

Kaysa menggelengkan kepala untuk menyadarkannya dari lamunan, kemudian mengembalikan perhatiannya pada laptop yang masih menyala. Menampilkan banyak berita viral yang entah hoax ataukan nyata.

Sengaja, dia mencari bahan pemberitaan untuk membuatnya bisa memilih bagaimana berita berbobot dan layak tayang itu. Meskipun selama ini dia yakin bahwa apa yang di liput dan di tulisnya merupakan berita berkualitas. Namun entah mengapa Frans sang editor utama kantor berita tersebut sulit sekali meloloskan hasil liputannya. Seolah dia ingin menambah lagi kesulitannya.

Kaysa masih memeriksa beberapa video dari peristiwa yang baru-baru ini terjadi. Dan perhatiannya tersita pada sebuah video pengejaran sekawanan perampok oleh beberapa orang polisi. Yang satu di antaranya menggunakan mobil dinas biasa.

Mereka ugal-ugalan dan menembaki mobil di depannya, yang di duga sebagai pelaku perampokan sebuah bank di tengah kota. Yang dengan nekatnya beraksi di siang bolong.

Video tampak sedikit buram, diduga diambil dengan kamera ponsel pengguna jalan yang di sebarkan lewat akun-akun media sosial yang kemudian viral hingga ke situs berbagi video lainnya.

Seorang pria di mobil belakang tampak menembaki mobil perampok yang kemudian membuat kendaraan roda empat tersebut oleng dan terguling beberapa kali hingga akhirnya berhenti setelah menabrak pembatas jalan.

"Ck! orang gila!" gumam Kaysa lalu menyeruput kopinya yang mulai dingin untuk mengenyahkan rasa kantuk yang mungkin sebentar lagi membuatnya menyerah.

Lalu di video berikutnya dia melihat potongan-potongan video lain atau foto yang menampilkan dua polisi yang mereka sebut pengacau karena merecoki tugas polisi lainnya. Dan banyak lagi keterangan lain yang memang memojokkan mereka.

"Ya jelas lah di sebut pengacau, ini sih menyerobot lahan orang lain namanya." gumam Kaysa lagi sambil mencatat beberapa nama yang di sebutkan di dalam video.

"Ipda. Alan Yanuar." dia menuliskan di buku catatan mini nya.

"Ipda. Rama Hadinata." nama berikutnya dia catat.

"Garin Airlangga,"

"Hmm ... banyak juga ya, nanti mana yang harus aku wawancara? sepertinya mereka semua berpotensi. Apa lagi orang ini nih." dia menekan mouse agar video berhenti, dan tepat ketika wajah Rama terpampang di layar, membuat dahi perempuan itu berkerut.

"Hello, sepertinya aku harus mencari tahu tentangmu ya?" Kaysa mengetikkan nama Rama Hadinata di kolom pencarian, lalu muncul beberapa gambar dan video pria tersebut.

Rama Hadinata, 27 tahun. Menjadi anggota Kesatuan Polisi Republik Indonesia sejak lima tahun belakangan. Dan Kaysa yakin pria ini adalah yang dia maksud.

"Lalu mengapa kamu mengacaukan pengejarannya padahal itu bukan tugasmu?" perempuan itu bergumam, lalu dia berpikir.

"Menarik pak. Tidak banyak yang membahas kejadian ini selain netizen? sepertinya kasus ini langsung di tutup ya?" dia mengetikkan beberapa kata, kemudian semakin banyak lagi video dan foto yang berhubungan dengan pria yang dia maksud.

"Melakukan pemukulan terhadap anggota geng motor, kekerasan saat interogasi tersangka pencabulan, ... ish, ngeri juga orang ini ya?" namun dia meneruskan bacaannya. Hingga akhirnya dia mendapatkan alamat di mana Rama bertugas.

"Ah, ... tidak jauh dari sini. Itu artinya pekerjaanku aka sangat mudah." Kaysa menepukkan kedua tangannya.

"Dimana ada kesulitn, disitu ada jalan. Terimakasih Tuhan, Engkau mempermudah semuanya. Aku harap berita semacam ini yang Frans inginkan. Menarik, berbobot dan bsrkualitas." katanya, dengan lega.

*

*

"Saya Kaysa Pak, kontribitor dari TV 7 ingin melakukan beberapa wawancara." Kaysa dengan percaya diri, seperti biasa. Mendatangi kantor polisi di mana tiga perwira yang dia cari bertugas. Setelah mengantarkan Aslan ke sekolahnya dia berbalik arah.

Fandi menatapnya dari atas ke bawah. Seorang perempuan muda dengan penampilan casual, blue jeans di padukan dengan kaus dan blazer fit in membungkus tubuh nya yang berperawakan sedang. Membawa tas selempang dan mengenakan sepatu kets. Selain name tagg dan bermodalkan ponsel dan kamera mini tidak ada hal lainnya yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang jurnalias.

"Wartawan?" tanya nya.

"Bisa bapak sebut begitu." dia menjawab diikuti senyum yang cukup manis.

"Mohon ijin untuk wawancara sebentar pak?" katanya lagi.

"Wawancara biasanya di lakukan jika ada konferensi pers atas satu kasus. Lalu kenapa kamu tiba-tiba saja mau wawancara?"

"Ini ... untuk liputan khusus pak." Kaysa berpikir dengan cepat.

"Liputan khusus untuk apa?" Fandi bertanya.

"Untuk HUT Bhayangkara bulan depan pak." jawab Kaysa, beruntung dirinya sudah mengantisipasi beberapa hal yang berkaitan dengan hal tersebut, sehingga memiliki jawaban yang cocok untuk di gunakan kalau-kalau di perlukan. Dan feelingnya benar.

"Dan soal apa yang akan di liput?"

"Soal kejadian kemarin pak."

"Kejadian yang mana?"

"Waktu pengejaran perampok di tol dalam kota pak."

"Ah, ... itu lagi?" pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mengingat kembali kejadian tersebut membuatnya merasa kesal sendiri.

"Sudah ada yang meliput ya pak? dari stasiun tivi mana? siapa? saya belum pernah melihat tayangannya?" Kaysa bertanya bertubi-tubi.

Fandi kembali terdiam.

"Boleh pak? saya harap boleh, saya butuh berita ini pak. Ini penting buat saya."

Dan akhirnya dengan sedikit membual dan berdiplomasi perempuan itu pun berhasil meyakinkan Fandi untuk melakukan wawancara. Dengan syarat dilarang bertanya hal-hal sensitif tentang kasus-kasus tak biasa. Walau sedikit merasa heran, Kaysa tetap melakukannya juga. Dan dia memang pandai dslam hal berdiplomasi.

Kini dia berhadapan dengan dua pria tegap berseragam yang di kenalinya lewat video yang semalam dia lihat.

"Ipda. Alan Yanuar?" Kaysa meyakinkan catatannya.

"Saya." Alan mengangkat tangan.

"Ipda Garin Airlangga?"

"Ya, itu saya." Garin manjawab.

"Baik, ... Bapak Rama ... tidak bisa hadir?"

Dua pria yang duduk di depannya menggelengkan kepala.

Kaysa mendengus pelan. Padahal pria itu yang menjadi tujuannya datang ke tempat tersebut. Sepak terjangnya yang sangat mencolok menjadi bahan baginya untuk melakukan liputan.

Namun tak urung juga dia melaksanakan wawancara seperti biasanya. Bertanya tentang hal-hal standar yang sering mereka hadapi sebagai petugas polisi di kota Jakarta yang sering mendapat laporan tindak kriminal dari masyarakat.

*

*

Rama telah mengelilingi area sprint di Gelora Bung Karno sebanyak lima kali. Hari ini lebih cepat dari hari-hari sebelumnya, dan hal tersebut membuatnya merasa senang. Beberapa kali latihan maka dirinya akan mampu membiasakan diri dengan hal itu. Belum lagi niatnya untuk kembali mendaftar dalam perekrutan KOPASSUS tahun ini menjadi motivasi tersendiri. Walau mungkin akan gagal seperti tahun sebelumnya, tapi dia akan kembali mencoba. Setidaknya ini kesempatan terakhir baginya.

Dia berhenti untuk istirahat sebentar, menenggak air minumnya dan memeriksa ponsel yang sedari tadi berdering.

Panggilan gagal dan pesan dari sebuah nomor tak di kenal membuatnya mengerutkan dahi. Seseorang yang mengaku sebagai seorang wartawan sebuah televisi swasta meminta kesediaannya untuk melakukan wawancara.

Ponsel kembali berdering, dan mau tidak mau dia langsung mengangkatnya.

"Hallo?"

" Ya, hallo selamat sianh? dengan bapak Rama Hadinata?" suara perempuan dari seberang menyapa.

"Saya sendiri."

"Perkenalkan Pak, saya Kaysa. Mau meminta waktunya sebentar untuk wawancara, apa bapak bisa?"

Dahi Rama berkerut tanda sedang berpikir.

"Hallo, pak? bisakah saya mewawancarai bapak? ini penting pak."

Pria itu belum menjawab.

"Pak? saya mohon. Ijinkan saya mewawancarai bapak. Hal ini sangat penting." perempuan itu kembali berbicara.

"Ck." Rama berdecak kesal. "Maaf tidak bisa." katanya, seraya memutuskan sambungan telfon.

"Terlalu berisik." dia mematikan ponselnya, kemudian meneruskan kembali kegiatan larinya untuk persiapan perekrutan minggu depan.

*

*

*

Bersambung ...

Yah, si bapak judes amat? tar nyesel lho pak. 😂😂

cus lah, like komen sama hadiahnya aku tunggu ya?

lope lope segudang 😘

Terpopuler

Comments

Chandra Dollores

Chandra Dollores

komeng ama naro segala benda macam bintang, fav, gift dll keknya ga ngaruh
tengok aja jumlah fans nya bejibun macam lokomotif
hehehehhe

2023-06-04

0

This is me

This is me

Rama ini polisi atau anggota TNI AD?
Bukannya kopasus itu adalah bagian dari AD ya?

2023-04-19

1

Siti Maimunah

Siti Maimunah

jg judes2 pak nnti ga laku loh🤣🤣🤣🤣

2023-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Chaos
2 Mimpi Buruk
3 Kehidupan Lain
4 Percobaan Pertama
5 Percobaan Kedua
6 Wawancara
7 Aslan
8 Kenyataan
9 Ledakan
10 Rumah Sakit
11 Orang Baik
12 Tes
13 Usaha Kaysa
14 Pelatihan Khusus
15 Pasukan Hantu
16 Pulang
17 Misi Pertama
18 Pekerjaan
19 Misi Kedua
20 Berteman Dengan Aslan
21 Aslan Dan Rama
22 Kecurigaan
23 Intel
24 Ketahuan
25 Pria Sejati
26 Prosedur
27 Aslan #2
28 Bullying
29 Pemicu
30 Rama Dan Kaysa
31 Antara Misi Dan Cari Jodoh
32 Perdebatan
33 Tanggung Jawab
34 Membujuk Aslan
35 Keputusan
36 Kepulangan Rama
37 Pertahanan Rama
38 SAH!!
39 Malam Pengantin
40 Rumah Tangga
41 Sarapan Bersama
42 Cuti
43 Cuti #2
44 Alasan
45 Orang Tua
46 Imbalan
47 Gemas
48 Bertugas Lagi
49 Olah Raga
50 Balada Kucing Dan Anjing
51 Back To Mission
52 Tahanan Khusus
53 Misi Yang Berbahaya
54 At The Red Line
55 Behind Enemy Lines
56 Selamat
57 Penghargaan
58 Rumah Baru
59 Pangkat Dan Keluarga
60 Kegigihan Kaysa
61 Latihan Lagi
62 Aman
63 Mawar Putih Di Makam Livia
64 Psycho Thing
65 Percakapan Larut Malam
66 Mimpi Buruk #2
67 Rencana
68 Rencana Dan Makanan Pedas
69 Penyelidikan
70 Something
71 Sebuah Ancaman
72 Revealed
73 Pertukaran
74 Mercy
75 Urusan Pribadi
76 Siaran Langsung
77 Hari Pembalasan
78 Livia
79 Kelegaan
80 Masa Tenang
81 Aslan #3
82 Latihan Tinju
83 Balada Testpack
84 Mood
85 Balada Testpack #2
86 Adiknya Aslan
87 Pengunduran Diri
88 Breaking News
89 Proses
90 Keuntungan
91 Aslan Dan Wawancara
92 Wawancara Kedua
93 Gugup
94 Persidangan Pertama
95 Liputan Khusus
96 Sidang Kedua
97 Polisi Garang
98 Bukti Tambahan
99 Penyelidikan Kaysa
100 Heart Breaking
101 Sidang Ketiga
102 Kemarahan Rama
103 Kekacauan
104 The Dark Side
105 Pembicaraan Serius
106 Wawancara Terakhir
107 Sidang Putusan
108 Keluarga
109 Extrapart #1
110 Extrapart #2
111 Extrapart #3
112 Ekstrapart #4
113 Extrapart #5
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Chaos
2
Mimpi Buruk
3
Kehidupan Lain
4
Percobaan Pertama
5
Percobaan Kedua
6
Wawancara
7
Aslan
8
Kenyataan
9
Ledakan
10
Rumah Sakit
11
Orang Baik
12
Tes
13
Usaha Kaysa
14
Pelatihan Khusus
15
Pasukan Hantu
16
Pulang
17
Misi Pertama
18
Pekerjaan
19
Misi Kedua
20
Berteman Dengan Aslan
21
Aslan Dan Rama
22
Kecurigaan
23
Intel
24
Ketahuan
25
Pria Sejati
26
Prosedur
27
Aslan #2
28
Bullying
29
Pemicu
30
Rama Dan Kaysa
31
Antara Misi Dan Cari Jodoh
32
Perdebatan
33
Tanggung Jawab
34
Membujuk Aslan
35
Keputusan
36
Kepulangan Rama
37
Pertahanan Rama
38
SAH!!
39
Malam Pengantin
40
Rumah Tangga
41
Sarapan Bersama
42
Cuti
43
Cuti #2
44
Alasan
45
Orang Tua
46
Imbalan
47
Gemas
48
Bertugas Lagi
49
Olah Raga
50
Balada Kucing Dan Anjing
51
Back To Mission
52
Tahanan Khusus
53
Misi Yang Berbahaya
54
At The Red Line
55
Behind Enemy Lines
56
Selamat
57
Penghargaan
58
Rumah Baru
59
Pangkat Dan Keluarga
60
Kegigihan Kaysa
61
Latihan Lagi
62
Aman
63
Mawar Putih Di Makam Livia
64
Psycho Thing
65
Percakapan Larut Malam
66
Mimpi Buruk #2
67
Rencana
68
Rencana Dan Makanan Pedas
69
Penyelidikan
70
Something
71
Sebuah Ancaman
72
Revealed
73
Pertukaran
74
Mercy
75
Urusan Pribadi
76
Siaran Langsung
77
Hari Pembalasan
78
Livia
79
Kelegaan
80
Masa Tenang
81
Aslan #3
82
Latihan Tinju
83
Balada Testpack
84
Mood
85
Balada Testpack #2
86
Adiknya Aslan
87
Pengunduran Diri
88
Breaking News
89
Proses
90
Keuntungan
91
Aslan Dan Wawancara
92
Wawancara Kedua
93
Gugup
94
Persidangan Pertama
95
Liputan Khusus
96
Sidang Kedua
97
Polisi Garang
98
Bukti Tambahan
99
Penyelidikan Kaysa
100
Heart Breaking
101
Sidang Ketiga
102
Kemarahan Rama
103
Kekacauan
104
The Dark Side
105
Pembicaraan Serius
106
Wawancara Terakhir
107
Sidang Putusan
108
Keluarga
109
Extrapart #1
110
Extrapart #2
111
Extrapart #3
112
Ekstrapart #4
113
Extrapart #5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!