Aslan

*

*

Kaysa terpaksa membuka blokiran pada nomor ponsel Radit, pria yang di sinyalir membawa putranya pergi tanpa sepengetahuannya, sang mantan suami yang selama satu tahun belakangan dia hindari.

Berkali-kali melakukan panggilan kepada nomor pria tersebut, namun tak di jawabnya. Dan satu kali terakhir malah di tolak. Yang tentu saja membuat Kaysa semakin panik.

Sudah terbayang di kepalanya apa yang mungkin akan di lakukan oleh pria itu. Membawa Aslan pergi, dan memisahakan mereka berdua.

"Angkat mas! aku perlu bicara!" Kaysa mengirimkan pesan, yang tanda centangnya segera berubah biru, artinya pria itu telah membacanya.

Namun hal tersebut semakin menguatkan kayakinan Kaysa jika sang mantan suami lah yeng telah membawa Aslan.

"Mas, aku mohon kembalikan Aslan. Jangan bawa dia." dia kembali mengirimkan pesa.

Tak ada balasan walau tanda centang kembali berubah biru.

"Mas, aku mohon jangan pisahkan kami. Aku sudah merelakan semuanya asal Aslan bersamaku."

Pria itu tetap tak membalas.

Kantor tempat usaha keluarga Radit menjadi tempat pertama yang Kaysa datangi untuk mencari putranya. Namun nihil, pria itu tak ada di tempat. Kemudian ke beberapa tempat yang dia tahu, yang memungkinkannya untuk membawa Aslan entah itu bermain, atau sekedar bercengkerama. Karena hal tersebut memang sering Radit lakukan bersama putra mereka.

Karena sebejat-bejatnya dia, tapi kasih sayangnya terhadap Aslan tidak pernah berkurang. Hal itu memang di akui Kaysa. Hanya saja wataknya yang suka berselingkuhlah yang membuatnya tidak tahan, dan dia menolak untuk bertahan.

Hanya saja, sejak berakhirnya rumah tangga mereka, keadaan memang tidak terlalu kondusif. Radit yang dikuasai emosi melakukan banyak hal untuk membuatnya putus asa, dengan memisahkan Aslan dengannya selama beberapa bulan. Hingga akhirnya Kaysa berhasil mendapatkan bantuan hukum dari satu lembaga pemberdayaan perempuan, dan dia berhasil memenangkan hak asuh. Yang seharusnya mendapatkan harta kompensasi perceraian, juga tunjangan bagi anak mereka. Namun dengan syarat, pria itu dapat menemui Aslan sesuka hati, dan dapat membawanya kapanpun dia mau.

Tentu saja Kaysa menolaknya, karena baginya itu bukanlah mendapatkan hak asuh, melainkan menggantikan waktu pengasuhan saja. Dan Kaysa tidak juga menerima hal semena-mena macam itu, karena hal tersebut jelas akan mempengaruhi mental putranya. Sehingga akhirnya dia kembali membuat keputusan terbesar dalam hidupnya. Yakni, dirinya memegang hak asuh Aslan sepenuhnya, tanpa campur tangan Radit sama sekali. Yang membuat pria itu tak memberikannya hak sepeserpun karena syarat tersebut tak Kaysa setujui.

Namun mengapa setelah satu tahun berlalu, pria itu malah muncul kembali?

"Kaysa?" suara yang hampir di kenalinya membuyarkan lamunannya.

Kaysa mendongak dan menemukan wajah yang dia kenal beberapa saat sebelum mengalami keterlambatannya menjemput Aslan.

"Pak Rama?" katanya dengan suara parau.

"Sedang apa kamu di sini? mencari bahan berita lagi?" pria itu bertanya. Tiba-tiba saja dia merasa penasaran setelah melihat seorang perempuan yang baru dikenalnya berdiri dintrotoar dengan mata sembab seperti habis menangis.

Kaysa terdiam, dan dia menatap wajah pria itu.

"Bapak bisa bantu saya?" katanya, tiba-tiba.

"Bantuan apa?"

"Anak saya hilang."

"Anak?" Rama mengerutkan dahi.

"Saya mohon bantu saya." perempuan itu segera masuk ke dalam mobil Rama.

"Saya tidak tahu harus kemana, atau meminta bantuan siapa. Saya sendirian, saya bingung." Kaysa mulai menangis.

"Eee ... apa ini masalahnya? bagaimana saya bisa menolong kamu jika kamu hanya menangis?" Rama tidak dapat menolaknya.

"Anak saya hilang." jawab Kaysa diikuti isakan lirih. "Bantu saya menemukan Aslan, Pak. Saya mohon." katanya lagi, dan dia meraih ujung hoodie yang di kenakan Rama, lalu menarik-nariknya seperti anak kecil yang meminta sesuatu.

"Kamu sudah punya anak?" Rama malah bertanya.

Namun hal tersebut malah membuat tangis Kaysa semakin kencang, yang membuat Rama panik juga.

"Baiklah baik, kita akan mencari anakmu. Tapi ke mana?" akhirnya Rama menyerah.

Dia mulai menjalankan mobilnya walau tak tahu harus memulainya dari mana. Namun tangisan Kaysa rupanya segera berhenti begitu mereka bergerak.

"Tadi saya terlambat menjemput Aslan di sekolah, tahu-tahu dia tidak ada. Padahal biasanya Aslan selalu menunggu saya walaupun saya terlambat." perempuan itu menyeka sudut matanya yang basah.

"Jadi kita akan mulai mencarinya dari mana?" Rama bertanya.

"Entahlah, saya bingung." Kaysa menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Mungkin dia pulang ke rumah?"

Kaysa terdiam.

"Sudah kamu lihat ke rumah?"

Perempuan itu meggelengkan kepala.

"Papanya tidak mungkin membawa dia ke rumah." katanya kemudian.

"Papanya?"

"Iya, tadi satpam bilang Aslan di jemput papanya."

"Bagaimana satpam itu tahu kalau yang menjemputnya adalah papanya? apa dia juga sering menjemput ke sekolah?"

"Belum pernah, tapi dia menunjukkan foto kami."

Kini Rama yang terdiam.

"Bagaimana kalau dia membawa Aslan ke tempat lain?"

"Ya tidak apa-apa, kan dengan papanya."

Kaysa menoleh kepada pria di balik kemudi itu.

"Bapak nggak tahu bagaimana dia."

"Ya memang, saya kan tidak kenal. Bagaimana saya tahu?" jawab Rama sekenanya.

"Hah, astaga!" perempuan itu mengusap wajahnya dengan kasar, namun kemudian dia terdiam saat ponselnya berbunyi.

"Mas Radit!" gumamnya ketika melihat kontak penelefon di layar ponselnya.

Dia menggeser tombol hijau dan menjawab panggilan.

"Mama?" suara yang tentu sangat dia hafal.

"Aslan? kamu di mana nak? kamu baik-baik saja? mama mencarimu kemana-mana!"

"Aku di ...

"Katakan dimana, mama akan menjemput kamu sekaramg juga, jangan takut sayang. Mama akan segera ke sana."

"Mama nggak usah jemput aku, aku nggak apa-apa." ucap Aslan dari seberang.

"Apa yang kamu katakan? mama akan menjemputmu sekarang juga, sekarang katakan ...

"Dia di rumah." satu lagi suara lain berkata dari ujung sana.

"Mas? apa yang kamu lakukan?"

"Tidak ada, hanya menemui putraku." jawab Radit, tenang.

"Kembalikan dia mas, kenapa kamu menyiksaku seperti ini?"

"Kenapa aku harus mengembalikannya? dia sudah aman di rumah."

"Mas, aku mohon."

"Dia di rumah kalian." pria itu terdiam sejenak. "Atau harus aku sebut apa tempat ini?" katanya.

"Apa?"

"Cepatlah pulang, atau aku bawa dia pulang ke rumahku dan tidak akan mengijinkanmu menemuinya lagi!" lanjut pria itu sebelum memutuskan sambungan.

"Bagaimana?" Rama baru buka suara setelah menyimak percakapan tersebut.

"Dia ... dengan papanya. Di rumah." Kaysa dengan suara pelan.

"Nah kan, dia sudah di rumah? apa lagi dengan papanya." pria itu berujar, namun Kaysa terdiam.

"Jadi, kita akan ke rumahmu?" lanjut Rama, dan di jawab dengan anggukkan oleh Kaysa.

"Baiklah, ke arah mana?"

Perempuan itu menyebutkan alamat tempat tinggalnya.

Dan tidak lebih dari setengah jam mereka sudah tiba di depan sebuah gedung apartemen menengah. Keadaannya sudah ramai sore itu.

"Bisakan Bapak menemani saya ke atas?" pinta perempuan itu sebelum turun.

"Apa?" tentu saja Rama terhenyak. Seorang perempuan memintanya menemaninya masuk ke tempat tinggalnya, sementara mereka baru saja saling mengenal.

"Saya takut terjadi sesuatu.Kami pernah bermasalah."

Rama tertegun.

"Hanya memastikan kalau dia tidak akan berbuat macam-macam."

Pria itu megerutkan dahi.

"Kami sudah bercerai," jelasnya.

"Oh, ..." Rama pun bereaksi.

"Jadi ... saya mohon sekali ini saja."

"Baiklah, ..." pria itu akhirnya memenuhi permintaannya.

Keduanya segera masuk ke dalam gedung dan naik ke lantai di mana unit tempat tinggal Kaysa berada.

Perempuan itu bahkan berjalan tergesa begitu dia tiba, dan mendapati pintu unitnya sedikit terbuka.

"Aslan!" panggilnya begitu dia masuk, semetara Rama berdiri di ambang pintu.

"Mama!"

"Oh, ... kamu membuat mama hampir mati, nak. Jangan lakukan itu lagi!" Kaysa memeluk putranya dengan erat.

"Tadi aku nunggunya lama, abis itu papa datang." bocah itu menoleh kepada ayahnya yang berdiri di dekat sofa, dengan kedua yangan dia masukkan ke dalam saku celana.

"Mas,"

"Sudah aku katakan, jika kamu tidak mampu mengurus Aslan, berikan saja dia kepadaku." pria dengan stelan jas itu buka suara.

"Hhh ... mengapa kamu ini senang menjalani hal-hal sulit? padahal tinggal merelakannya saja, maka semuanya akan mudah. Kamu bebas melakukan apa pun dengan siapa pun jika itu maumu, tanpa harus mikirkan Aslan." dia melirik pada pria yang berdiri di depan pintu.

"Jangan bicara sembarangan. Kamu tahu alasannya kenapa aku memilih Aslan."

"Omong kosong." geram Radit, yang kemudian menghampiri putra mereka, lalu dia berjongkok.

"Dengar Nak, papa harus pergi. Kamu bisa telfon papa jika kamu butuh sesuatu."

Aslan menatapnya dalam diam.

"Atau sepertinya kita harus menentukan jadwal agar aku bisa bertemu putraku." dia beralih kepada Kaysa.

"Bagaimana pun aku ayahnya." katanya, kemudian bangkit.

"Papa pergi." katanya, yang mengusap puncak kepala Aslan, kemudian berjalan keluar melewati Rama yang masih berdiri di sana.

"Aslan!" Kaysa memegangi pundak putranya. "Sudah mama katakan, jangan pergi dengan siapa pun selain mama."

"Tapi itu papa."

"Tetap saja."

"Tadi papa ajak aku pergi. Habis itu beli buku." Aslan menunjuk tumpukan barang-barang di meja.

"Apa?"

"Aku bilang belum beli buku, baju olah raga sama batik. Tadi beli sama papa, habis itu makan di jagonya ayam. Terus pulang deh."

"Aslan, sudah mama bilang! mama akan mengusahannya, kenapa kamu tidak mengerti?" Kaysa sedikit mengguncang tubuh putranya.

"Tapi papa bilang ...

"Jangan andalkan papa, kamu tinggal dengan mama. Jadi apa pun harus dengan mama!"

"Tapi kan ...

"Aslan harus ingat, kita tidak boleh selalu mengandalkan papa. Kita harus bisa sendiri. Kalau tidak, selamanya kita akan terus tergantung dengan papa, dan mama tidak mau kita seperti itu." Kaysa membingkai wajah putranya, dan anak itu mulai menangis.

"Maaf ma."

"Mama tidak suka kita seperti itu."

"Maaf."

"Oh, Aslan!" kemudian dia menarik Aslan dan memeluknya dengan erat.

Sementara Rama mundur beberapa langkah, dan segera meninggalkan tempat itu. Menghindari drama lain dari masalah yang tidak dia ketahui asal mulanya.

Kenapa juga aku harus bertemu dengan perempuan ini? batinnya.

*

*

*

Bersambung ...

Dih, kirain ke mana, tahunya sama papanya ya Aslan ini. Bikin emak-emak khawatir deh? 😁😁

biasa genks, klik like komen sama kirim hadiahnya. Buat Mas Rama biar lebih semangat lagi

lope lope sekebon korma. 😂😂

Terpopuler

Comments

Hearty💕💕

Hearty💕💕

Oh gitu... toh

2023-10-21

0

Hearty💕💕

Hearty💕💕

Tapi nggak kasih biaya hidup Aslan

2023-10-21

0

Rita Sumarwati

Rita Sumarwati

ya gpp dong mbak, anaknya dibelikan ini itu. kan yang bermasalah ortu, anaknya ya jangan jadi korban. kasihan kalau kebutuhan sekolah tidak dipenuhi kan jadi minder

2023-08-03

1

lihat semua
Episodes
1 Chaos
2 Mimpi Buruk
3 Kehidupan Lain
4 Percobaan Pertama
5 Percobaan Kedua
6 Wawancara
7 Aslan
8 Kenyataan
9 Ledakan
10 Rumah Sakit
11 Orang Baik
12 Tes
13 Usaha Kaysa
14 Pelatihan Khusus
15 Pasukan Hantu
16 Pulang
17 Misi Pertama
18 Pekerjaan
19 Misi Kedua
20 Berteman Dengan Aslan
21 Aslan Dan Rama
22 Kecurigaan
23 Intel
24 Ketahuan
25 Pria Sejati
26 Prosedur
27 Aslan #2
28 Bullying
29 Pemicu
30 Rama Dan Kaysa
31 Antara Misi Dan Cari Jodoh
32 Perdebatan
33 Tanggung Jawab
34 Membujuk Aslan
35 Keputusan
36 Kepulangan Rama
37 Pertahanan Rama
38 SAH!!
39 Malam Pengantin
40 Rumah Tangga
41 Sarapan Bersama
42 Cuti
43 Cuti #2
44 Alasan
45 Orang Tua
46 Imbalan
47 Gemas
48 Bertugas Lagi
49 Olah Raga
50 Balada Kucing Dan Anjing
51 Back To Mission
52 Tahanan Khusus
53 Misi Yang Berbahaya
54 At The Red Line
55 Behind Enemy Lines
56 Selamat
57 Penghargaan
58 Rumah Baru
59 Pangkat Dan Keluarga
60 Kegigihan Kaysa
61 Latihan Lagi
62 Aman
63 Mawar Putih Di Makam Livia
64 Psycho Thing
65 Percakapan Larut Malam
66 Mimpi Buruk #2
67 Rencana
68 Rencana Dan Makanan Pedas
69 Penyelidikan
70 Something
71 Sebuah Ancaman
72 Revealed
73 Pertukaran
74 Mercy
75 Urusan Pribadi
76 Siaran Langsung
77 Hari Pembalasan
78 Livia
79 Kelegaan
80 Masa Tenang
81 Aslan #3
82 Latihan Tinju
83 Balada Testpack
84 Mood
85 Balada Testpack #2
86 Adiknya Aslan
87 Pengunduran Diri
88 Breaking News
89 Proses
90 Keuntungan
91 Aslan Dan Wawancara
92 Wawancara Kedua
93 Gugup
94 Persidangan Pertama
95 Liputan Khusus
96 Sidang Kedua
97 Polisi Garang
98 Bukti Tambahan
99 Penyelidikan Kaysa
100 Heart Breaking
101 Sidang Ketiga
102 Kemarahan Rama
103 Kekacauan
104 The Dark Side
105 Pembicaraan Serius
106 Wawancara Terakhir
107 Sidang Putusan
108 Keluarga
109 Extrapart #1
110 Extrapart #2
111 Extrapart #3
112 Ekstrapart #4
113 Extrapart #5
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Chaos
2
Mimpi Buruk
3
Kehidupan Lain
4
Percobaan Pertama
5
Percobaan Kedua
6
Wawancara
7
Aslan
8
Kenyataan
9
Ledakan
10
Rumah Sakit
11
Orang Baik
12
Tes
13
Usaha Kaysa
14
Pelatihan Khusus
15
Pasukan Hantu
16
Pulang
17
Misi Pertama
18
Pekerjaan
19
Misi Kedua
20
Berteman Dengan Aslan
21
Aslan Dan Rama
22
Kecurigaan
23
Intel
24
Ketahuan
25
Pria Sejati
26
Prosedur
27
Aslan #2
28
Bullying
29
Pemicu
30
Rama Dan Kaysa
31
Antara Misi Dan Cari Jodoh
32
Perdebatan
33
Tanggung Jawab
34
Membujuk Aslan
35
Keputusan
36
Kepulangan Rama
37
Pertahanan Rama
38
SAH!!
39
Malam Pengantin
40
Rumah Tangga
41
Sarapan Bersama
42
Cuti
43
Cuti #2
44
Alasan
45
Orang Tua
46
Imbalan
47
Gemas
48
Bertugas Lagi
49
Olah Raga
50
Balada Kucing Dan Anjing
51
Back To Mission
52
Tahanan Khusus
53
Misi Yang Berbahaya
54
At The Red Line
55
Behind Enemy Lines
56
Selamat
57
Penghargaan
58
Rumah Baru
59
Pangkat Dan Keluarga
60
Kegigihan Kaysa
61
Latihan Lagi
62
Aman
63
Mawar Putih Di Makam Livia
64
Psycho Thing
65
Percakapan Larut Malam
66
Mimpi Buruk #2
67
Rencana
68
Rencana Dan Makanan Pedas
69
Penyelidikan
70
Something
71
Sebuah Ancaman
72
Revealed
73
Pertukaran
74
Mercy
75
Urusan Pribadi
76
Siaran Langsung
77
Hari Pembalasan
78
Livia
79
Kelegaan
80
Masa Tenang
81
Aslan #3
82
Latihan Tinju
83
Balada Testpack
84
Mood
85
Balada Testpack #2
86
Adiknya Aslan
87
Pengunduran Diri
88
Breaking News
89
Proses
90
Keuntungan
91
Aslan Dan Wawancara
92
Wawancara Kedua
93
Gugup
94
Persidangan Pertama
95
Liputan Khusus
96
Sidang Kedua
97
Polisi Garang
98
Bukti Tambahan
99
Penyelidikan Kaysa
100
Heart Breaking
101
Sidang Ketiga
102
Kemarahan Rama
103
Kekacauan
104
The Dark Side
105
Pembicaraan Serius
106
Wawancara Terakhir
107
Sidang Putusan
108
Keluarga
109
Extrapart #1
110
Extrapart #2
111
Extrapart #3
112
Ekstrapart #4
113
Extrapart #5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!