*
*
"Kakak!" suara gedoran di pintu kamar mandi menginterupsi kegiatan Rama pada pagi itu. Bersamaan dengan dirinya yang telah menyelesaikan urusannya.
"Jangan teriak-teriak terus! kamu berisik." pria itu keluar sambil mengusak rambut basahnya. Celana pendeknya pun sudah dia kenakan di dalam kamar mandi tadi, karena di pastikan sang adik sudah berada di kamarnya, seperti biasa.
Livia memang tak mengijinkannya mengunci kamar, pasalnya pria itu memang agak sulit bangun pagi dan memang kebiasannya yang selalu mengurus segala keperluan sang kakak sejak orang tua mereka meninggal.
"Habisnya kakak lambat!"
"Masih pagi Liv." Rama melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6.30 pagi.
"Udah siang tahu! nanti aku terlambat!" ucap Livia yang telah siap dengan seragam putih abunya. Hari itu dia akan pergi ke sekolah dan melihat pengumuman kelulusannya.
"Apa kakak harus ikut?"
"Nggak usah, cuma lihat pengumuman kok. Antar aku aja sampai depan sekolah." Livia menyerahkan satu stel pakaian dinas sang kakak lengkap dengan hal lainnya, dan pria itu tertegun menatapnya untuk beberapa saat.
"Nanti kalau aku udah kuliah kakak harus bisa kerjain semuanya sendiri." ucap gadis manis bermata bulat itu.
"Memangnya kamu benar mau kuliah?" Rama meraih pakaian dari tangan sang adik.
"Iya lah."
"Memangnya kamu lulus?"
Livia terdiam sebentar.
"Bagaimana kalau kamu tidak lulus?"
"Kakak ih ngomongnya gitu? doain adiknya biar nggak lulus gitu?"
Rama kemudian tertawa.
"Aku udah daftar ke UNPAD, jurusan kedokteran persis seperti yang ayah mau."
"Kenapa harus ke UNPAD?"
"Kenapa nggak ke UNPAD?"
"Kebiasaan, membalikkan pertanyaan." Rama menepuk kening sang adik.
"Ish!! kakak juga kebiasaan!"
"Yakin mau jadi dokter?" pria itu sambil mengenakan pakaian dinasnya.
"Yakin."
"Kuliah kedokteran itu susah lho,"
"Nggak ah, siapa bilang? masih bisa aku pelajari kok."
"Tapi nanti prakteknya banyak hal yang tidak akan kamu bisa ikuti."
"Kenapa?"
"Banyak hal menakutkan."
"Misalnya?"
"Harus praktek autopsi mayat, visum, praktek operasi, bedah ..."
"Tergantung ambil jurusannya dokter apa."
"Kamu kamu ambil spesialis apa?"
"Umum aja."
"Kenapa ambil yang umum?"
"Biar bisa bantu banyak orang."
"Belum apa-apa sudah memikirkan mau bantu orang lain?"
"Bagus kan? lagian aku ingat ayah, waktu lagi sakit dan nggak bisa apa-apa karena nggak punya biaya. Mau di rawat di rumah sakit aja banyak syaratnya, padahal nyawa udah terancam. Gara-gara kita nggak punya uang." ucap Livia, kembali mengenang masa-masa terakhir ketika ayah mereka masih ada.
"Kakak nggak tahu sih, kan lagi di akpol. Aku kan yang bawa ayah ke rumah sakit sama tetangga. Mereka nggak bisa menangani pasien gara-gara belum mengurus biaya administrasinya. Padahal waktu itu ayah lagi sekarat."
"Jangan mulai Liv!"
"Lagi ingat ayah, kak."
"Kalau ingat ayah, doakan. Untuk ibu juga. Jangan di ingat kejadian sedihnya."
"Ah, iya. Suka lupa." gadis manis itu tertawa pelan.
"Oh iya, hari ini kakak dinas di kantor?" mereka menyempatkan untuk sarapan bersama.
"Tidak."
"Terus?"
"Ada penanganan kasus narkoba, kakak harus ikut. Mungkin nanti malam tidak pulang."
"Oh, oke. Aku nggak akan masak kalau gitu."
"Tidak apa-apa kakak tinggal sendiri?"
"Nggak apa-apa. Harus terbiasa kan? nanti pas kuliah juga aku ngekost di Bandung."
"Iya juga. Tapi kalau malam mungkin kamu menginap saja di rumah bu Maryam, nanti kakak titipkan."
"Kayak ke anak tk aja dititip? aku sebentar lagi kuliah lho." Livia kembali tertawa.
"Buat kakak kamu masih kecil." Rama mengusap puncak kepala sang adik yang usianya terpaut 7 tahun darinya itu.
"Dih, awet muda dong?"
"Terserah kamu."
"Kalau masih kecil berarti nggak boleh pacaran?"
"Tidak boleh, sampai lulus kuliah dan kamu jadi dokter."
"Yaaah, ..." Livia dengan kecewa.
"Kenapa? memangnya kamu sudah punya pacar?"
Gadis itu tersenyum.
"Awas ya, kamu kalau berani pacaran?" Rama memasang wajah garang.
"Tapi aku udah suka sama cowok."
"Siapa?"
"Eh, ... kan di larang pacaran ya?"
"Awas!"
"Nggak jadi ah ..." gadis itu menghabiskan makanannya.
"Siapa Liv?"
"Apanya?"
"Laki-laki yang kamu suka?"
"Nggak jadi ah, kan nggak boleh pacaran."
Rama mendengus kasar.
"Kakak sarapannya udah selesai belum?"
"Sudah."
"Ya udah, anter aku ke sekolah yuk?" Livia bangkit.
"Baiklah." kemudian mereka pun bergegas pergi.
***
"Apa teman sekelas kamu?" mereka sudah tiba di depan gerbang sekolah yang sudah ramai.
"Apanya?" Livia bersiap untuk keluar.
"Laki-laki yang kamu suka?"
"Bukan."
"Terus, siapa?"
"Ada deh."
"Livia, kita sudah janji apa pun akan saling terbuka. Kakak tidak akan merahasiakan apa pun dari kamu, begitupun sebaliknya."
"Iya, aku tahu."
"Terus, kenapa kamu tidak mau mengatakannya kepada kakak soal laki-laki yang kamu suka?"
"Aku takut nanti dia kakak pukul."
"Lho, kok kakak pukul?"
"Kan katanya nggak boleh pacaran?"
"Memangnya kalian sudah pacaran?"
"Belum. Lagian baru suka aja kok."
"Terus?"
"Nggak ada terusannya. Bunga cinta aku udah layu sebelum berkembang." gadis itu turun dari mobil dinas sang kakak.
"Apa?"
"Belum apa-apa udah kakak larang kan?"
"Tapi Liv, ...
"Udah ya, aku masuk dulu." sang adikpun meninggalkannya masuk ke dalam area sekolah sambil menerima panggilan di ponselnya.
*
*
Rama terus mencari ke setiap tempat yang dia tahu, dan berharap akan menemukan Livia dalam keadaan bagaimanapun. Rekan-rekannya di kesatuan bahian ikut mencari, namun setelah tiga hari sejak hari kelulusan itu sang adik tak pernah kembali. Hanya pesan video saja yang menjadi hal terakhir yang Livia kirim kepadanya . Saat gadis itu melihat papan pengumuman dan menerima kelulusan dengan tulisan kata lulus yang cukup besar.
Livia dan beberapa temanya tampak menjerit-jerit kegirangan, mereka sangat bahagia karena akan kembali bersama menempuh pendidikan di kampus yang sama walau dengan jurusan yang berbeda.
"Kakak, jangan lupa hadiahnya ya pas besok kakak pulang!" begitu pesan suara terakhir dari sang adik.
Namun di keesokan harinya hingga tiga hari kemudian Livia malah menghilang.
Sampai pada akhirnya merekavmemdapat kabar memilukan tentang penemuan mayat terbungkus karung di sebuah gorong-gorong pinggir kota.
Mayat gadis belia dalam keadaan terikat dan tanpa busana, dengan bekas cekikan membiru di leher dan hasil visum yang menunjukkan bahwa kegadisannya sudah direnggut secara paksa.
Livia, sang adik yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan di sertai pemerkosaan brutal tepat di hari kelulusannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Rama membuka matanya setelah kembali mengalami mimpi yang sama selama dua tahun belakangan. Setelah kematian sang adik yang cukup membuat frustasi. Apa lagi kerena hingga hari ini pelakunya belum juga di temukan.
Dia melirik jam dindingnya yang terdengar berdetak begitu kencang. Baru ja 2 dini hari, namun bisa di pastikan dirinya tak akan bisa lagi memejamkan mata setelah ini. Padahal sebelum tidur tadi Rama sudah menelan dua butir obat tidur agar dia bisa mengistirahatkan tubuh dan pikirannya dengan baik. Namun mimpi buruknya tentang Livia tidak mampu dia enyahkan.
Dia bangkit lalu duduk di tepi ranjang, menyugar rambutnya yang berantakan.
Hal ini menjadi semakin membuat frustasi, karena masalah Livia membuatnya ta mampu mengendalikan diri lagi. Ketidak mampuannya mengungkap kasus ini menjadikan penyiksaan batinnya bertambah-tambah. Bagaimana sebagai aparat dirinya ternyata tak mampu memberikam keadilan bagi adiknya sendiri.
Telah banyak penyelidikan dan pencarian dia lakukan, namun masih belum mampu mengungkap siapa pelakunya. Tampaknya sang pelaku merupakan seorang profesional, karena dia tak meninggalkan jejak sedikitpun pada tubuh Livia.
*
*
*
Bersambung ...
gimana ya kisah selanjutnya dari Mas Rama Hadinata? terus ikuti ya, readers. jangan lupa like komen sama hadiahnya di kirim biar karya ini naik ke permukaan. oke?
Lope lope segudang😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
gee
judulmya kopassus tp topiknya tentang polisi..piye
2023-10-16
0
Holid Heryadi Holid
kamu kejam amat Thor kok adiknya mati di bunuh lagi...sayang udah ah gak lanjut
2023-08-26
0
Masumi Hayami
Kayaknya si pelakunya ini ada bantuan dari pihak kepolisian.. koq malah kepikiran sama rivalnya Rama ya.. si Gavin.
dia kan spt sengaja cari2 masalah sama Rama dan juga maksain utk lupain kasus yg menimpa adikya.
2023-04-26
0