*
*
Rama mendatangi sebuah tempat, semacam markas di sebuah kawasan komplek militer di luar Jakarta. Seperti yang dia dapatkan lewat pesan di ponselnya pada malam sebelumnya.
Komplek militer tersebut tampak lengang, tentu saja karena semua orang masih melakukan aktifitasnya masing-masing.
Dengan seragam lengkap, seperti yang di perintahkan dalam pesan singkat yang di terimanya tadi malam dia melangkah dengan percaya diri. Memasuki ruangan yang ternyata sudah di hadiri oleh beberapa orang.
Pria-pria berseragam loreng setinggi dirinya, perwira dan prajurit dari kesatuan lain, juga petugas medis dan staff lainnya dengan tanda pengenal khusus.
Sebagian orang menatapnya biasa saja, kemudian kembali fokus pada diri mereka sendiri, dan sebagian lagi menatapnya dengan tatapan mengejek.
Seorang polisi di antara prajurit TNI? rasanya memang aneh, namun Rama berdiri di antara mereka dengan penuh percaya diri, seperti biasa.
"Apa kau tersesat?" seorang prajurit di sampingnya berucap.
"Tidak, aku hanya menghadiri undangan dari komandan kalian." Rama menoleh.
"Aneh sekali komandan kami mengundang seorang polisi sepertimu?" ucap yang lainnya, sedikit mengintimidasi, namun tidak berpengaruh bagi Rama. Dia tetap berdiri tegap dan tak gentar sedikitpun.
Tes awal di lakukan untu memastikan kondisi tubuh para prajurit. Kesehatan fisik, fungsi semua anggota tubuh, dan riwayat kesehatan lainnya. Kemudian di lanjutkan pada tes ketahan terhadap tekanan.
Setiap anggota harus mampu berlari sejauh 2,5 kilo meter dalam waktu kurang dari 12 menit saja. Mengelilingi lintasan lari di sekitar komplek militer tersebut dalam keadaan panas terik pada siang hari itu. Lalu push up sebanyak 40 kali dalam semenit.
Melewati halang rintang, dan mengangkat beban yang bobotnya dua kali lebih besar dari pada tubuh mereka. Beberapa di antaranya tumbang bahkan sebelum mencapai garis finish. Sementara sisanya berjuang keras untuk menyeleasaikannya meski membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang di tentukan.
Namun Rama dapat melakukannya dengan baik. Hasil latihannya selama kurang lebih dua minggu sejak dia menjalani hukuman ternyata membuahkan hasil. Dan pria itu dapat menyelesaikan tes fisiknya tepat waktu.
*
*
Kaysa sudah siap di depan televisinya, dengen segelas minuman dan sedikit camilan. Menunggu dengan berdebar saat tayangan berita petang hampir saja berakhir.
Lalu sebuah video di putar setelah si pembaca berita berbicara. Video yang dia kenali sebagai miliknya yang sudah di suntingnya sebelum dia serahkan ke pihak televisi.
POLISI CEROBOH BERLAGAK SOK PAHLAWAN. Begitu judul dari video tersebut yang berputar menayangkan cuplikan dari aksi kejar-kejaran antara dua polisi terhadap pelaku perampokan. Yang dia kenali sebagai Rama dan Alan.
Video tersebut di padukan dengan video lain yang bahkan tak Kaysa ketahui dari mana asalnya.
"Dua polisi mengejar kawanan perampok yang bukan merupakan tugas mereka. Menghambat petugas lain yang tengah melakukan pengejaran. Membahayakan warga dan merusak fasilitas umum, menyebabkan para tersangka tewas di tempat setelah salah satu dari mereka menembak pengemudinya." si pembaca berita berbicara, yang Kaysa ketahui dulunya sebagai reporter lepas sama seperti dirinya.
"Apa?" perempuan itu terhenyak.
"Setelah di telusuri, petugas tersebut bernama Rama Hadinata, sedang menjalani hukuman tugas karena selalu bertindak represif dan berlebihan. Menggunakan kekerasan dalam penyelidikan dan tidak menegakkan prosedur standar kepolisian." lanjutnya, dengan tayangan video lainnya yang menampilkan Rama ketika menjalani latihan di Gelora Bung Karno.
Kaysa terdiam dengan mulut menganga, dia tak percaya semua narasi yang di buatnya di rubah tanpa seizinnya. Padahal isinya tidaklah seperti yang dibuatnya di awal. Banyak bagian yang di potong dan di tambahkan dengan potongan gambar lain yang tidak ada dalam video sebelumnya.
"Rama Hadinata bahkan kini sedang menjalani hukuman lainnya, yakni di bebas tugaskan dalam waktu yang tidak ditentukan untuk memastikan keadaan fisik dan mentalnya. Sementara kasus perampokannya masih bergulir di kepolisian setempat."
"Kami sedang menunggu konfirmasi dari kepolisian pusat, apakah petugas seperti ini memang di biarkan? apakah tidak membahayakan keselamatan warga dan negara? ataukah tidak akan mencoreng nama baik kepolisian?"
Lalu berlanjutlah statement sang pembaca berita sehingga topik tersebut naik ke permukaan. Mendadak dunia maya di ramaikan oleh tanda pagar #Rama Hadinata, #RamaHadinatapolisikasar, atau #RamaHadinatasokpahlawan, dan tanda pagar lainnya yang lebih buruk dari itu. Yang segera menyebabkan kegaduhan di seantero negri.
"Kurang ajar, dia mengacaukan beritaku!" Kaysa bangkit lalu meraih jaket dan tasnya.
Setelah menitipkan putranya ke tentangga di unit sebelah dia pun segera pergi. Walau masih sedikit tertatih karena cedera di kakinya dia keluar dari apartemennya.
***
Rama hampir saja menghabiskan makanannya di sebuah rumah makan pinggir jalan, dalam perjalan pulangnya setelah menjalani tes fisik yang cukup menguras tenaga. Namun dia berhenti begitu mendengar namanya di sebut-sebut dalam berita yang sedang tayang di televisi. Berikut dengan video yang dia kenali sebagai berita milik Kaysa.
Namun di detik berikutnya pria itu mengetatkan rahang saat berita tersebut malah menyudutkannya. Dan mengungkit beberapa kasus yang pernah di tanganinya sebelum ini.
Tatapan beberapa pengunjung bahkan kini tertuju kepadanya, saat mereka mengenali wajah pria itu yang mirip dengan pria di televisi. Belum lagi seragam polisi yang di kenakannya dengan namanya di dada sebelah kanan.
Beberapa dari mereka yang duduk cukup dengannya terlihat bergeser menjauh, dengan wajah yang cukup terlihat tegang.
Rama menghembuskan napas gusar, dan selera makannya tiba-tiba saja menghilang. Kemudian dia memutuskan untuk berhenti.
Pria itu bangkit dari kursinya, lalu berjalan ke arah kasir, bermaksud untuk membayar makanannya. Dan reaksi semua orang memang sudah dia duga. Mereka tampak berbisik-bisik dengan tatapan aneh dan menghakimi. Sang kasir bahkan tidak terlalu menghiraukannya selain menyebutkan harga yang harus dia bayar dan menerima uang pembayaran.
"Mereka membuat perkara dengan orang yang salah." gumamnya dan Rama segera keluar dari tempat tersebut.
Memacu mobilnya menuju stasiun televisi yang dia ketahui menayangkan berita tentang dirinya dan kantor polisi tempatnya bertugas.
Ponselnya berkali-kali berdering namun tak dihiraukannya, apa lagi ketika nama Kaysa yang menghubungi. Mendadak dia merasa marah kepada perempuan itu.
"Wartawan sialan!" gumamnya.
Namun panggilan Fandi tak dapat dia abaikan, atasannya tersebut menghubunginya sampai lima kali. Dan dengan tetpaksa dia mengangkatnya.
"Ke kantor sekarang juga!" Fandi memerintahkan.
"Saya harus mengurus sesuatu dulu pak."
"Tidak usah, ke kantor saja kataku!" pria itu tahu Rama akan bertindak sendirian. Dan itu akan membahayakan dirinya juga orang lain. Terutama reputasinya yang akan semakin menurun.
"Maaf pak, ini masalah pribadi." Rama mematikan ponselnya.
Tentu saja berita tersebut menyerangnya secara pribadi, dan itu tak dapat di biarkan. Dia melepaskan seragam bagian atasnya dengan tergesa, dan dengan penuh amarah membelah jalanan yang cukup sibuk pada hampir malam itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kurang ajar!" Kaysa melemparkan tas ke atas meja kerja Frans yang tengah sibuk menerima panggilan telfon.
"Tarik kembai beritanya dan lakukan klarifikasi!" Kaysa berteriak.
Frans mengakhiri percakapannya.
"Kenapa Kay? bukankah beritanya sudah aku tayangkan? tapi tampaknya kau masih tidak senang?" pria itu meletakan ponselnya.
"Tarik beritanya dan lakukan klarifikasi kataku!" Kaysa mengulang kata-katanya.
"Tidak bisa, kau tahu sendiri bahwa berita yang sudah ditayangkan tidak bisa ditarik." tolak Frans dengan tenang.
"Kalau begitu hapus videonya dari situs resmi!"
"Tidak bisa Kay, memangnya kau siap berani memintaku melakukan hal semacam itu?" Frans menempelkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Itu beritaku!" geramnya, dan Kaysa tak bisa menyembunyikan kemarahannya.
"Benarkah? aku rasa itu menjadi milik TV 7 setelah kami memberikan pembayaran kepadamu." pria itu mengingatkan.
"Tapi kau mengubahnya sehingga berbeda dari apa yang aku buat!" Kaysa berteriak.
"Hanya sedikit tambahan agar lebih berbobot Kay, tidak monoton seperti punyamu."
"Tapi kau akan membuatku ada dalam masalah karena merubah semua konteksnya."
"Bukan urusanku. Karena Jane Juga menyetujuinya."
"Kalian!" Kaysa menggeram lagi dengan wajahnya yang memerah manahan amarah.
Dia meraih cangkir berisi kopi, kemudian mengguyurkannya ke wajah Frans sehingga pria itu bereaksi keras.
"Berani-beraninya kau!" dia bangkit dan hampir saja bertindak ketika Kaysa memutar rekaman di ponselnya yang berisi percakapan di antara mereka beberapa waktu sebelumnya tentang penawaran khusus dan penolakan.
"Satu langkah saja kau berani mendekat, rekaman ini aku kirim ke stasiun tivi lain." ancam Kaysa dengan kilat marah pada netranya.
"Kau berani curang, dan akupun tidak akan segan membalas."
"Kau pikir siapa dirimu Kay? berani mengancamku seperti itu?"
"Kau pikir siapa dirimu menganggapku tidak akan berani mengancammu?" Kaysa membalikan pernyataan.
"Stop Kay," Jane muncul dari belakang setelah mendengar keributan di ruangan rekan kerjanya.
"Aku pikir masih ada orang baik di tempat ini, sehingga aku menyerahkan hasil kerjaku kepadamu." Kaysa memutar tubuh.
"Tapi ternyata kalian sama saja." lanjutnya dan dia menatap tajam ke arah Jane. "Dan kalian memang cocok. Yang satu penjilat, dan yang satu pembual. Sebentar lagi TV 7 akan tenggelam karena orang-orang seperti kalian." Kaysa meradang.
"Hapus beritanya, atau aku sebarkan rekaman tindakan tidak terpujimu kepada publik, dan itu akan membuat TV 7 tenggelam denga cepat. Pemilik stasiun tv terbaik di negara ini merayu kontributor lepasnya untuk berbuat mes*m." ancam Kaysa lagi, dengan berapi-api, membuat mereka terdiam.
Dia menendang kursi sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut.
"Kau tahu, kau tidak akan di terima lagi di tempat ini Kay!" Frans berteriak.
Kaysa berhenti kemudian berbalik.
"Tidak akan ada satupun berita yang kami terima darimu." ucap pria itu lagi.
"Aku tidak peduli." teriak Kaysa.
"Kau secara resmi kehilangan pekerjaan, Kay."
Perempuan itu mengetatkan rahang, lalu tanpa basa-basi dia mengacungkan jari tengah kepada Frans.
"Aku tidak peduli, brengs*k!" katanya, dan dia melangkahkan kakinya yang tiba-tiba sembuh keluar dari gedung tersebut.
*
*
*
Bersambung ...
Mbak Kay! nggak nyangka galak juga😱😱
cuss kirim dulu like komen sama hadiahnya selagi nunggu bedug magrib😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Kustri
kirain Jane bs membantu Kay, iiih amit" deh Jane eh Jin
2023-07-14
0
Pepen Sumarna
Hebat biarpun masih sakit tetap melabrak orang2 yang merubah alur cerita beritanya, tambah seru...
2023-03-20
1
Cipika Cipiki
kenapa TV 7 🤔 kenapa ga TV 17 😅
kepercayaan pa Rama hilang seketika terhadap Kaysa 🥺 huhuu sedih 😭
2022-09-11
1