++++ Kegagalan Kedua ++++
3 tahun kemudian, Dina sudah berusia 25 tahun. Setelah kandasnya hubungan Dina dan Gara, Pak Ramdan memutuskan melarang Dina untuk berpacaran dan memilih menjodohkanya. Dina yang merasa sudah mengecewakan keluarganya hanya bisa menurut saja. Dina pasrah dengan jodohnya di masa depannya. Pak Ramdan saat itu menjodohkan Dina dengan anak rekan bisnisnya bermama Fabian.
"Ini anak tunggal saya Dina, dia sudah mulai membantu perusahaan saya setelah lulus, saya harap Fabian dan Dina bersedia kita jodohkan," ucap Pak Ramdan
"Saya setuju Pak Ramdan, anak saya juga kebetulan juga belum ada gandengan. jadi kita bisa mendekatkan mereka," jawab Pak Erwin
"Iya baiklah, untuk perjodohanya jika tahun depan gimana?" tanya Pak Ramdan
"Saya setuju, tapi kita lihat situasi dan kondisi dulu. biarkan anak anak kita saling kenal," jawab Pak Erwin
"Ok Pak, semoga mereka berjodoh," saut Pak Ramdan
"Amin...nanti kita pulang satu mobil saja, biar anak anak kita bisa satu mobil. kamu antarkan aku pulang dengan mobilmu, lalu anaku akan antar anakmu pulang dengan mobilku. mungkin mereka butuh waktu jalan jalan dulu sepertinya," jawab Pak Erwin
"Ide yang bagus," saut Pak Ramdan
Dina dan Fabian saat itu hanya diam tak bicara dan menurut saja
++++++++++++
Di dalam mobil, Fabian dan Dina saling membisu tak bicara. Tidak ada yang berinisiatif memulai pembicaraan. Hingga akhirnya suara petir membuat Dina refleks berteriak dan menggenggam tangan Fabian
"Aaaaa....." teriak Dina
Fabian langsung menghentikan mobilnya
"Kamu takut petir?" tanya Fabian
"Maaf, iya aku takut petir. aku tadi hanya refleks," jawab Dina
"Menurutmu perjodohan ini gimana? kamu bersedia nggak? kalau boleh jujur aku sedikit tertarik sih sama kamu wajah kamu cantik," ucap Fabian
"Aku ikuti jalanya aja, jika kita berjodoh ya aku siap jalani," jawab Dina
"Menurutmu aku gimana?" tanya Fabian
Dina hanya diam karena bingung dengan maksud Fabian.
"Tadi kan aku bilang aku tertarik padamu karena bagiku kamu cantik, kalau kamu sendiri gimana?" tanya Fabian
"Bagiku kamu tampan, tapi maaf aku belum ada rasa sama sekali terhadapmu. tapi aku yakin akan terbiasa seiring berjalanya waktu," jawab Dina
"Terima kasih," saut Fabian
+++++++++
5 bulan kemudian, hubungan Dina dan Fabian sudah semakin dekat. Tepat 5 bulan, Dina saat itu sudah menyatakan cintanya pada Fabian. Sementara Fabian sudah sejak sehari setelah hari pertama bertemu langsung menyatakan cintanya pada Dina.
Saat ini Dina dan Fabian mengawali hari jadian mereka dengan belanja di mall. Ketika belanja di mall, Fabian saat itu izin pada Dina untuk membayarkan celana yang dibelinya.
"Din, kartu kreditku eror gak bisa dipakai, boleh ya kamu bayarin celanaku yang aku beli ini?" tanya Fabian
"Iya Kak, kamu habis berapa?" tanya Dina
"10 juta," jawab Fabian
"Baiklah aku bayarin," jawab Dina
3 bulan kemudian, hubungan Dina dan Fabian memang masih dekat. Tetapi Dina merasa tidak nyaman karena setiap keluar bersama Fabian, dirinya selalu yang membayar. Entah belanja baju di mall, makan di kafe, atau nonton bioskop selalu saja memakai uang Dina. Pernah dua kali memakai uang Fabian, tapi itu pun hanya beli pop corn di bioskop dan makan di kafe sekali karena Dina lupa tak bawa dompet.
++++++++++++++++
Hari ini Dina yang sedang ikut ayahnya bekerja di perusahaan menyadari kondisi buruk di perusahaanya. Perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan karena ada proyek besar yang gagal rampung. Dina saat itu melihat sang ayah memegangi dadanya sepertinya sedang kesakitan. Dina tentu saja langsung panik saat melihat kondisi ayahnya.
"Ayah...ayah...ayah mengapa?" ucap Dina menangis
Pak Ramdan tak menjawab karena rasa sakit yang dialaminya. Dina yang tak mendapat respon ayahnya memilih berteriak minta tolong
"Tolong !!! Tolong !!! bantu bawa ayah saya ke rumah sakit," ucap Dina
Semua karyawan yang melihat Dina berteriak langsung menolong Pak Ramdan untuk dilarikan ke rumah sakit.
20 menit kemudian, Dina berhasil membawa Pak Ramdan ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dina menangis mendapatkan informasi jika ibunya habis jatuh di kamar mandi. Saat ini Dina butuh Fabian sebagai tempat sandaranya. Tapi ketika di telepon berkali kali, Fabian tak mengangkat teleponya.
"Kak Fabio dimana sih? aku butuh kamu Kak," ucap Dina
Dina kembali menghubunginya lagi, dan telepon Fabian tersambung. Ketika telepon tersambung, Dina dikejutkan ada suara wanita seperti sedang mendesah. Dan terdengar jelas juga suara Fabian juga seperti mendesah. Apa yang dialami Dina saat ini seperti flashback memergoki Gara yang sedang di hotel.
"Ya Allah, mengapa aku takdirkan seperti ini,," ucap Dina lirih
+++++++++++
Di sisi lain setelah putus dari Dina, Gara sempat dijodohkan tetapi menolak. Gara juga sudah tidak pergi ke club malam lagi untuk mencari penghangat ranjang.
Entah mengapa Gara merasa hidupnya saat ini tidak tenang semenjak melakukan pengkhianatan terhadap Dina. Gara menyesali kelakuanya yang terlalu mementingkan nafsunya daripada perasaan Dina.
"Dina, kabarmu gimana sekarang? aku sungguh tak bisa melupakanmu. tapi aku tak boleh egois, aku sudah keterlaluan menyakiti hatimu. kamu berhak bahagia. sekarang apa kamu sudah menikah?" batin Gara
Ketika berpacaran dengan Dina, Gara memang tidak suka dengan sikap manja dan egois Dina. Awal pacaran saja juga Dina yang menembak Gara.
Dulu Gara terpaksa menerima Dina sebagai pacarnya karena Dina telah berjasa banyak sama keluarga. Andai saja tidak ada Dina, mungkin bibi Gara saat ini lumpuh tak bisa jalan.
Namun seiring berjalannya masa pacaran, Gara sering melihat teman teman pergaulanya sangat intim dengan pacarnya. Hanya Gara saja yang tidak pernah melakukan hal intim terhadap Dina.
Gara memang selalu membujuk Dina agar mau berciuman atau hal intim lain denganya, tapi Dina selalu menolak. Awal mula Gara memasuki dunia malam itu karena ajakan dari teman temanya yang sering di club.
"Dina, siapa kira kira pria beruntung yang sudah memilikimu?" batin Gara
Gara menatap foto Dina yang dirinya masih simpan dompet. Namun baru beberapa detik menatap, tiba tiba Bibinya masuk menemuinya.
"Gara, di luar ada Pak RT, anaknya cantik banget. coba kamu lihat dulu sana. kalau kamu suka, bibi bisa bicarakan ke Pak RT," ucap Bu Hanima
"Bi, aku tidak mau di jodoh jodohkan. aku mau cari jodohku sendiri," jawab Gara
"Bibi sudah sabar loh, sampai kapan Gara? ini sudah 3 tahun loh, kamu dulu menolak dijodohkan sekarang mau jawab apa? kamu semenjak putus sama Dina kok kaya gak ada semangat hidup," saut Bu Hanima
"Bibi bisa saja," jawab Gara tersenyum
"Gara, temuin anak Pak RT yuk? kamu lihat saja dulu, kasihan mereka tunggu kamu," ucap Bu Hanim
"Bi, tapi aku tidak mau di jodohkan," jawab Gara
"Yo gak apa apa sana, pokoknya temuin aja dulu," saut Hanim
"Baik Bi, aku temui mereka," ucap Gara pasrah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments