Waktu menunjukkan pukul 5 sore, sudah saatnya para pekerja kantoran untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Dan itu pula yang kini terjadi di gedung perkantoran SANJAYA GROUP. Satu persatu karyawannya meninggalkan bangun tinggi menjulang itu.
Regina sang sekretaris direktur juga bersiap untuk mengakhiri pekerjaannya. Ia menyimpan beberapa data, kemudian mematikan laptopnya.
Meregangkan otot tangan dan leher yang terasa kaku. Sembari menarik dan membuang nafas pelan.
Wanita itu kemudian merapikan meja kerjanya. Setelah rapi, ia beranjak ke ruangan sang atasan.
“Permisi, pak.” Ucapnya sopan. Meski mereka memilik hubungan lebih, namun Regina tak melupakan adab kesopanannya.
“Ya?” Tanpa menoleh, William tau siapa yang datang, pria itu pun masih tetap fokus pada komputer lipatnya.
Regina mendekat. Kemudian berdiri di samping kursi kerja William.
“Apa masih banyak?” Tanyanya sembari melihat ke arah laptop yang menyala di depan pria itu.
“Sedikit lagi. Tunggu aku, kita pulang bersama.”
“Hmm, Will.” Tiba-tiba ada perasaan ragu Regina untuk berbicara.
“Ada apa, Honey?”
“Aku— aku pulang bersama Alvino, dia akan menjemputku.” Ucapan Regina membuat William menghentikan kegiatannya. Ia pun menoleh ke arah wanita itu.
Tangan yang tadi menari lincah di atas papan ketikan, kini ia gunakan untuk menarik pinggang sekretarisnya, membawa wanita itu duduk di atas pangkuannya.
“Kiss bye, dulu.” Ucap pria itu, tanpa menunggu jawaban, ia langsung menyatukan bibir mereka berdua.
Tanpa ampun, tanpa jeda. William mengusai bibir sang sekretaris. Hingga getaran ponsel di saku blazer yang wanita itu gunakan, membuyarkan semuanya.
“Sebentar.” Dengan nafas terengah, Regina merogoh sakunya. Mengambil ponsel. Dan melihat siapa yang menghubunginya.
“Alvino.” Ucapnya menunjukkan layar ponsel pada William.
Pria itu dapat membaca, nama Alvino tertera di layar benda pintar itu.
“Angkat saja.” Ucapnya datar.
Regina mengangguk, kemudian mengusap layar ponselnya.
“Ha-Hallo, Vin?”
“Kamu dimana sayang?”
“Aku masih di atas, kamu dimana?”
“Aku sekarang mau jalan ke tempatmu.”
William menyeringai, tangannya pun usil meraba bagian depan Regina. Membuat mata wanita itu membulat, mencoba menepis, namun William tidak mau.
Dan Regina hanya mampu menggigit bibir bawahnya, menahan supaya ia tidak mengeluarkan suara aneh.
“Baiklah, Vin. Hati-hati di jalan.” Panggilan pun berakhir. Regina kembali menyimpan ponselnya. Dengan kesal ia merubah posisi duduk, menjadi menjadi berhadapan dengan pria itu.
“Dasar pria nakal.” Regina pun mendahului menyatukan bibir mereka berdua.
*****
Dari dalam mobil, William menatap penuh amarah ke arah dua manusia yang saling merangkul, tak jauh dari gedung SANJAYA GROUP.
Tangannya mengepal sempurna. Ia belum tau rasa apa yang ia miliki pada sekretarisnya itu. Yang jelas ia merasa tak suka melihat Regina masih bersikap mesra dengan pria yang sudah mengkhianatinya itu.
Jimmy yang duduk di belakang kemudi, menatap penuh ejek ke arah sang atasan melalui kaca spion.
Pria berusia 35 tahun itu, merasa kasian dengan pria yang sudah hampir 5 tahun ia temani.
Tangannya usil, ia pun menyalakan ponsel yang telah terhubung dengan speaker yang ada pada mobil itu.
“Betapa 'ku mengerti sebagai selingkuhanmu
'Ku harus menjalani ikatan yang tersembunyi
'Ku mencoba bertahan meskipun menyakitkan
'Tak menyisakan sebuah sesal di hatiku”
Mata William membulat sempurna mendengar lagu yang mengalun keras di dalam mobil mewah itu.
“Hai, Hanoman. Ini mobil keluaran terbaru. Bagaimana bisa musiknya jaman infrared, begini?” Teriaknya dari kursi belakang, ia pun menendang kursi yang di duduki oleh asistennya itu.
Jimmy terbahak. Ia pun mengecilkan suara musik itu. Dan lagu pun masih sayup-sayup terdengar.
“Mungkin 'ku relakan untuk kau tinggalkan
Diriku di sini harus mengakhiri
Aku yang merasa lelah dan menyerah
Karena 'tak selamanya selingkuh itu indah”
“Jimmy, matikan atau kamu keluar dari mobilku!” William merasa tersindir dengan lagu yang di putar asistennya itu.
Jimmy masih saja terbahak. Ia bahkan memukul setir beberapa kali, saking pria itu merasa lucu melihat reaksi atasannya.
“JIMMY MORGAN!!!”
“Baik, bos. Aku matikan.” Pria yang lebih tua 3 tahun dari William itu, hanya bisa mengulum bibirnya dalam, untuk meredam tawanya.
“Sekali lagi kamu berani menyindirku, aku kirim kamu ke tempat pertambangan. Aku tidak perduli, dengan anak dan istrimu.” William memberi ultimatum.
“Maaf, bos. Tidak akan aku ulangi. Tetapi jika aku ingat.”
“JIMM—hendak meneriakkan nama sang asisten, William melihat mobil yang di tumpangi sekretarisnya bergerak maju.
“Cepat ikuti mobil si rahwana. Jangan sampai kehilangan jejak!”
“Baik, bos.”
Jimmy pun menurut, dan mengikuti laju mobil sedan hitam yang di kendarai Alvino.
Sementara di mobil depan, Regina yang sempat menoleh ke belakang, melihat mobil William yang mengikutinya. Ia tau, karena ini bukan arah menuju kediaman Sanjaya ataupun ke arah apartemen William.
“Sayang, kita jalan sebentar ya. Sudah lama kita tidak berkencan. Kemarin juga gagal karena atasanmu itu.”
Regina mengangguk, saat Alvino menoleh ke arahnya.
“Oh ya, kemarin ada pekerjaan apa? Sampai kamu harus ikut atasan mu itu?”
Deg…
Regina tersentak dengan pertanyaan Alvino. Meski ia di khianati terlebih dulu, namun perbuatan Regina dan William juga salah.
Dengan menelan ludahnya kasar, Regina menjawab pertanyaan pria yang masih berstatus kekasihnya itu.
“Itu, dia baru sehari bekerja di kantor, jadi belum terlalu memahami perihal pekerjaan yang harus di kerjakan.”
“Apa sebelumnya dia tidak pernah bekerja di kantor itu?”
“Tidak, dia pemilik klub malam, dan ada beberapa menanam saham di perusahaan temannya.”
Alvino mengangguk. Ia pun merasa tak perlu tau lebih banyak.
Mobil itu pun melaju, hingga tiba di salah satu pusat perbelanjaan ternama di ibukota.
“Bos, apa kita juga perlu masuk? Aku rasa mereka hanya berkencan dengan berbelanja barang bermerek, setelah itu makan malam romantis.” Jimmy mengemukakan pendapat.
William tampak berpikir sejenak. Mungkin ada benarnya ucapan sang asisten. Bagaimanapun juga pria itu lebih pengalaman tentang wanita daripada dirinya.
“Kita ke klub saja, Jimm.”
“Baik, bos.”
Jimmy pun melajukan mobil mewah itu menuju klub malam yang tak jauh dari tempat itu.
“Jimm.”
“Ya, bos?”
“Apa kamu yang pertama kali untuk istrimu?”
Jimmy mengerutkan alis mendengar pertanyaan sang atasan. Namun sedetik kemudian dia mengerti maksud pertanyaan William.
“Iya, bos. Kenapa?”
“Aku juga yang pertama untuk Regina.” Ucap William tanpa sadar.
“Apa bos?” Jimmy menginjak pedal rem dengan mendadak, untung saja tidak ada mobil di belakang mereka, jika ada sudah di pastikan mobil mereka akan berciuman.
Pria itu pun kembali melajukan mobilnya dengan pelan.
“Bos. Aku pikir bos mendapatkan sisa, pantas saja bos begitu gencar merebut Dewi Sita, ternyata dia masih Orisinil.” Ucap Jimmy terkekeh.
“Enak saja. Boy itu pemilih, Jimm. Sama yang bekas dia tidak akan mau berdiri tegak. Tetapi saat bersama Regina, sebentar saja dia sudah memberontak.”
Jimmy tergelak mendengar ucapan sang atasan. Ia tau kelakuan William selama ini.
“Aku pikir si boy, kena penyakit bos.”
“Wah, kurang ajar kamu Hanoman.” William pun kembali menendang kursi yang di tempati oleh asistennya itu.
.
.
.
Bersambung.
Btw.. ada yang tau ga lagi itu? Itu lagu jaman aku SMP kelas 3, masih belum punya HP.
HP jaman itu pun yang paling terkenal merek NO_KIA.
Mendengarkan lagu lewat radio, terus bawa buku buat catat lirik, besoknya di kasih teman buat di salin😅😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Suzanne Shine Cha
wachhh seruuu dan lucu dech kamuu Thorr brarti kita se angkatan trnyata 🤣🤣🤣🙈🙈💝💝💝💪🏼💪🏼💪🏼bttp mgt Thorr 👍🏻👍🏻🌹🌹🌹
2025-03-28
1
Beloved vindra
🤣🤣
2023-11-15
1
Linda zikie🍒
lagu pas aku masi SMA dulu,,😂😂😂
2023-02-15
0