Aku Dan Singa Nemea
Insur merebahkan dirinya kembali di kamarnya. Lalu dengan malasnya dia bangun pukul 12 siang karena kemarin begadang untuk beemain mesin ding dong sampai subuh.
"Arrrggghhh kampret, dasar tutup panci!" Keluhnya sambil memegangi kepalanya sendiri layaknya kesurupan jika teringat kekalahannya kemarin malam.
Tapi dibalik keluhannya itu sebenarnya Insur sudah tidak memiliki emosi lagi dalam jiwanya. Sudah tidak ada perasaan yang tersisa di kedua matanya yang sayu, tatapan kosong tanpa harapan, serta alis yang saling berjauhan karena terlalu santainya kehidupan yang dijalaninya selama ini.
Insur mengangkat tubuhnya dan mendidihkan satu rantang air. Yaaah hanya kopi dan rokok yang bisa membuatnya sedikit merasakan gairah hidup.
"Orang bangsat macam apa aku ini. Yahhh kopi ini layaknya tentara yang sedang menenangkan warga sipil. hemmmm...." Ucapnya pada dirinya sendiri.
Lalu dinyalakannya sebuah rokok yang tinggal 2 batang di bungkus itu.
Belum selesai dia menghirup satu hisapan tiba - tiba pintu rumah kos nya digedor keras. Insur kaget setengah mati, jangan - jangan si nenek Faynem mau menagih uang kos. Dasar kutu kupret! Saat ini Insur tidak punya uang sepeserpun. Bahaya di depan mata Insur layaknya perang dunia ketiga yang setiap saat dapat terjadi. Gedoran di pintu makin keras, dan semakin keras pula degup jantung Insur. Masih teringat di kepalanya tunggakan 6 bulan yang belum dia bayar. Kampreeeettttt!!
Insur berpikir keras kemana dia harus sembunyi. di ruangan yang sempit itu hampir tidak ada ruang untuk sembunyi! Itu seperti engkau menaruh ikan dalam akuarium dengan air jernih lalu menyuruh ikan bersembunyi dari setiap tatapan orang yang melihatnya!! Tidak mungkin kampret tidak mungkin!!
Pintu didobrak, Bruaaaakkk!
Karena kaget dan panik Insur pun bersembunyi di balik sarung yang biasa dia kenakan sebagai selimut dengan posisi menungging. Sebisa mungkin rasanya ingin membenamkan mukanya ke dasar bumi. Terdengar suara langkah kaki mulai memasuki kamar kos Insur.
"Kamu ngapain sur?" Tanya orang yang baru masuk tersebut.
Suara itu..... Iya suara itu adalah suara.....
"Kampret kenapa gak bilang aja klo itu elu pantam!!!" Teriak Insur sembari meninju pipi si Pantam hingga dia tersungkur.
"Lu gila sur? temen sendiri luu pukul?"
"Lu yang gila, kenapa harus gedor - gedor segala, sapa dulu yang baik trus ketuk pintu yang sopan!"
"Tangan gua besar Sur, jadi gua niatnya mengetuk cuma tangan gua gini jadinya menggedor!"
Kedua sahabat ini pun saling berkilah. Insur yang sampai sekarang belum punya pekerjaan dan pantam yang bekerja tetapi tidak terlalu cukup. Keduanya saling berdebat panas. Mereka berapi - api.
"Mau coba tangan gua lu?" Tantang Pantam.
"Hohoohooo, jadi lu juga punya nyali ya badak jawa, kirain perut gedhe lu itu cuma buat pajangan! Zehahahahha." Cibir Insur.
"Sini luuu kalo berani!"
"Ayo siapa takut!!"
"Ayoo sini luuu!!"
"Eloo yang sini!!!"
"Ayooo, okee, gua gak takut, sini luuu!!!"
"Gua gak takut, rasain ntar bogem gua, sini luuu!!!"
Keduanya pun hanya saling berteriak tanpa mendekat.
Perang kata - kata memang lebih ganas dari pada pertempuran fisik. Tak sekalipun mereka adu fisik, hingga 30 menit kemudian......
"Sur, gua haus..." Ucap Pantam.
"Sama kampret, tuh ada kopi." Kata Insur menawari.
"Rokok ada Sur?"
"Pas dua batang, satu setengah buat gua setengah buat lu."
"Kok luu gitu Sur?"
"Apa?!!! Kan terserah gua, punya - punya gua!!"
"Ehhh lu nyolot yee Sur!!!"
Akhirnya keduanya bergulat. Mereka tidak adu pukul, mereka hanya saling mengunci satu sama lain. Tak sengaja kaos yang dikenakan pantam robek dibagian dada. Duel memanas!! Pantam pun mengunci Insur di kaki, Insur kesulitan lepas hingga sarungnya melorot....
Dan duel kedua sahabat itu tetap memanas hingga pintu kos terdobrak kedua kalinya di hari itu.
Faynem si ibu kos berusia 60 tahun yang kejam masuk. Dia terdiam, mulut ternganga terbuka karena kaget. Insur dan Pantam pun juga kaget dan memandang Faynem yang kaget. Suara sunyi. Di mata Faynem melihat Insur dan Pantam yang berpelukan (karena bergulat) dengan kondisi kaos Pantam robek di dada, sarung Insur melorot, dan keduanya ngos ngosan berkeringat.
"Dasar binatang!!!!" Teriak Faynem yang salah paham.
"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan kampreeeettt!!" Ucap Insur menimpali.
"Ohhhh jadi dengan semua bukti ini kamu masih berkilah ya, dasar homo!" Teriak Faynem.
"Apaaa?! Dasar nenek peyot, kami tadi bergulat, bukan gituan dasar kacang kuaci!!!!"
"Ohhhh orang pengangguran kadang memang butuh sensasi"
"Sensasi pala lu nenek kampret!!!"
"Sudah akui saja" kata pantam tiba - tiba ikut menyela pembicaraan.
"Akui apanya?!!! seakan - akan cuma gua yang hina disini?!!" Jawab Insur membela diri.
"Iya, pengangguran adalah orang hina. Dan pengangguran yang tidak membayar uang sewa selama 6 bulan adalah binatang hina!!!" kata Faynem. Hening.....
Satu jam kemudian, mereka sudah duduk bertiga. 3 cangkir kopi diedarkan. Insur menyalakan satu batang rokok, dan memberikan sisa batang satu rokok sisanya pada pantam. Mereka berdua menghembuskam asap rokok bersamaan.
"Terkadang hidup tanpa pekerjaan memang sulit, tetapi sekali kamu sudah menemukan pekerjaan yang cocok maka aku harap itu akan menyatu dengan tubuh, pikiran, dan jiwamu." kata Faynem mencoba memberi nasihat pada Insur.
"Sulit, sulit sekali nek. Memang mudah dikatakan tapi sulit untuk dilakukan." Jawab Insur sekenanya.
"Sabar saja, aku yakin kamu bisa." Ucap nenek Faynem.
Insur menghela napas. Dia menatap langit langit atap kosnya. Segalanya yang terjadi telah membunuh emosinya bahkan sekedar marah pada nasib pun sudah tidak bisa. Dulu dia bekerja dengan penghasilan yang cukup. Hidup pun dia jalani dengan sederhana dan simpel. Hingga kejadian itu terjadi dan merubah kehidupannnya. Di puncaknya dia menanggalkan semuanya. Hubungannya, pekerjaannya, karirnya, dan emosi serta perasaan pun juga ikut lenyap. Hatinya kosong.
Setelah sepuluh menit terdiam Insur bangkit dan berkata dengan gaya malasnya dan berkata, "Iyaaa baiklah mulai besok aku akan mulai mencari pekerjaan."
"Bagus!" Tukas Faynem dengan singkat dan meminum kopinya dengan cepat serta segera pamit.
"Nenek tua itu begitu perhatian sama lu Sur. Harusnya luu bersyukur" Kata Pantam sebelum dia pergi karena mau bekerja lagi hari ini hingga malam nanti lembur.
Tinggal Insur sendiri di kamarnya saat ini. Kamar yang begitu lusuh, persis kedua mata Insur dalam memandang dunia. Semua hal tentang dirinya adalah kehinaan. Dia tidak pernah berani bertarung dalam kehidupannya. Tidak pernah. Tapi kali ini entah kenapa dia ingin bertarung untuk mendapat pekerjaan, pekerjaan yang sesuai dengan jiwanya.
"Baiklah! Sekarang aku akan bertarung!! Aku siap menang, Aku siap kalah!! Selamat datang dunia!! Aku akan segera mencari pekerjaan dan menundukkan singa Nemea dari dalam diriku!!!" Teriak Insur dengan suara genderang perang dalam jiwanya.
Dia membara!!! tapi baranya tidak sampai pada tindakannya. Dia tidak mandi sore itu, tidak mencuci baju, dan hanya menghabiskan harinya itu dengan tidur. Apa - apaan tokoh utama ini!!!!!!! Bangun, kerja woooi kerja!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
tintakering
salam kenal thor. kalau berkenan mampir ya...
2022-08-13
1
olive
halo kak, salken dari Cintaku di Lorong Waktu dan Suami Cadangan. Aku favoritkan dan like yah. Mohon dukung karyaku juga. Semangat terus untuk kamu 🤗 terimakasih
2022-07-03
1
Achi
Hay ka, aku mampir, salam kenal dari author remahan rengginang 🤗
2022-06-26
1