Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran

Hawa dingin pagi menusuk punggung Insur yang baru saja mandi. Kini dia duduk - duduk depan kosnya sambil merokok. Dilihatnya Bambang tengah asik dan syahdu memainkan sapu lidi ditangannya. Halaman itu kini terlihat bersih dan rapi.

Dari arah sudut jalan datanglah Faynem menghampiri Insur.

"Nih Sur gaji lu waktu kemaren jadi wasit. Walau gak seberapa tapi lumayan beli rokok!"

Amplop itu ditaruh di meja dekat kopi Insur. Segera dibukanya amplop tersebut dengan tergesa - gesa.

"Wah lumayan buat makan ma rokok tiga hari nih."

"Iya sur, soalnya para ibu - ibu pulang dari pertandingan voli kemaren katanya senang dan puas semua."

"Kagak seneng gimane, muka gua diinjek ama mereka!!! Dasar tutup panci!! Lihat nih muka gua, lebam semua!!"

"Yang penting kan bayarannya lumayan Suuur."

"Ehhh iya ya, yaaa lumayan - lumayan."

"Sini cicil uang sewa kontrakan lu yang nunggak enam bulan!"

Insur pun memelas, alamaaaakkk gini amat sih hidup, baru aja dapet duit langsung ilang lagi.

Ditariknya uang itu dari tangan Insur, "Ini buat bayar uang kos luu yang dua bulan, berarti luu masih nunggak empat bulan. Nih gua kasih diskon dua puluh ribu, lumayan buat luuu beli rokok!"

Insur menerima uang dua puluh ribu itu di tangannya dan menatap lekat - lekat. Dan dia bersyukur dengan amat sangat.

"Ini ada kabar juga buat luuu Sur, Kemaren ada salah satu ibu dari TK Hamsyong nawarin kerja bersih - bersih kolam renang di rumahnye. Gimana luuu mau kagak?"

"Wahhh bagus tuh, mau mau...."

"Yaaa udah lu langsung berangkat aja serkarang. Nih alamatnya!"

Kertas usang yang disodorkan Faynem pun diterima Insur. Insur pun bersemangat kembali... Kerja, kerja, kerjaaaaa!!

Di tepi jalan raya Agung itu Insur bertemu Pantam. Diantarkannyalah si Insur menuju tempat dia akan bekerja. Sedang enak - enak berkendara dari arah belakang muncullah Pak Gaelani dengan becaknya.

"Sur, Tam!!! Mau kemana?"

"Ini nganter Insur ke daerah perumahan elit di Bangau Putih Pak Gae."

"Wah kebetulan kita searah, balapan yok!!!"

Waduuuuhhh tampaknya Insur sudah tidak asing lagi dengan adegan ini. Pantam dan Pak Gaelani saling menatap penuh arti satu sama lain. Keduanya saling tersenyum. Tanpa aba - aba keduanya langsung menggenjot kendaraan masing - masing.

Becak Pak Gaelani menerobos sisi kiri jalan dari jalur sepada butut Pantam. Pantam pun merespon cepat dengan menutup jalur sisi kirinya menghalangi laju becak Pak Gaelani yang ingin menyusulnya.

Oh ternyata anak muda ini memiliki insting pembalap yang cukup bagus juga, batin Pak Gaelani.

Pak Gaelani tidak langsung menyerah, dia berpura - pura mengambil jalur kanan, Pantam pun segera membanting setir ke kanan menutup jalur yang tersebut. Tepat saat Pantam menutup jalur kanan maka Pak Gaelani segera merubah jalur menyalipnya di sisi kiri kembali dan......

Wussshhhhhh...

Sepeda butut milik Pantam tersalip!

"Inilah kekuatan dari pembalap berpengalaman, gaeahahahahah.......!!!" Teriak Pak Gaelani tertawa penuh kemenangan.

Tapi bukan Pantam namanya kalau menyerah begitu saja. Dengan emosi meluap - luap dia gunakan jurus balapan andalannya, The slashing slashing slashing sing sing song song! Sepeda butut nya mengeluarkan asap panas, dan kecepatannya memancal sepeda bertambah 4 kali lipat. Dilibasnya begitu saja becak milik Pak Gaelani.

Melihat dirinya disalip Pak Gaelani masih cukup tenang. Tampaknya dia masih memiliki kartu as yang belum dia gunakan. Ketika finish mulai terlihat, yaitu perumahan Bangau Putih, Pak Gaelani mengeluarkan tabung nitrogen dan dipasangnya di sisi kiri serta kanan becak sembari tetap mengayuh becaknya.

"Inilah saatnya, rasakan ini anak muda!!!!" teriak Pak Gaelani dengan penuh semangat lalu memencet tombol merah di becaknya!!! Dan.... Wuuuuussssshhhhhhhhh......

Becak melaju amat sangat kencang karena tambahan dorongan NOS atau disebut Nitro Oksida System tersebut!!!!

Ciiiiiittttttt..............!!!!

Suara rem dadakan terdengar berdecit begitu keras.

Pak Gaelani memenangkan pertandingan tersebut. Ditatapnya Pantam dengan kesombongan.

"Bagaimana Tam? Gaeahahahha....." Tanya Pak Gaelani.

"Apaan yang gimana? Curang luuuu!!!" Ujar Pantam dengan marah - marah.

"Tidak ada kecurangan dalam perang dan cinta. Balapan adalah medan perang gua!!!"

"Dasar orang tua keriput!"

"Eh apaan lu? kalau kalah ya kalah aja!"

"Elu tuh yang apaan!"

"Ohhh Dasar tutup panci!"

"Muka lu yang kayak kacang kwaci!"

Dan keduanya saling berperang kata - kata.

Insur tinggalkan mereka dengan muka datarnya. Bodho amat sama mereka berdua!

Dilangkahkan kakinya menuju perumahan Bangau Putih. Dia menuju alamat yang tertera, nomor 36B. Ehhh? Nih nomor kayak nomor ukuran apa gitu ya? Batin Insur.

Dia bunyikan bel depan rumah tersebut. Seorang wanita paruh baya yang cantik putih bersih keluar membukakan pintu.

"Pagi, saya Insur ingin bekerja membersihkan kolam ibu."

"Ohhhh kamu Insur yang ingin bekerja membersihkan kolam saya?"

"Iya bu."

"Insur yang kemarin jadi wasit waktu pertandingan voli anak saya kan?"

"Iya bu."

"Yang kemarin mukanya diinjak - injak sama ibu - ibu kan?"

"I... ii... iya bu."

Ahhh kampret nih ibu - ibu!!! Jangan - jangan dia kemarin juga yang ikut - ikut injak gua!! Batin Insur.

"Oh kenalkan saya Dilla. Anak saya kemaren ikut maen voli, namanya Acni."

"Oh iya bu Dilla salam kenal"

Keduanya pun saling berjabat tangan.

"Kemaren lumayan seru ya Sur pertandingannya."

"Iya bu Dilla."

"Yang paling seru itu ketika ibu - ibu menginjak kamu. Karena rasanya seru banget akhirnya saya ikut - ikutan menginjak kamu... Dan beneran ternyata memang seru looo! Dialalahahaha...."

Kampret, kampret... jadi nih bu Dilla salah satu dari ibu - ibu yang menginjak gua!!! Dasar ibu - ibu masokis!! Gerutu Insur dalam batinnya sementara dia hanya bisa tersenyum saat itu.

"Ya udah sini masuk. Itu kolam renangnya ada di belakang." kata Bu Dilla sembari mengajak Insur masuk ke rumahnya.

Gilaaaaa.... nih rumah gedhe amat yak. Porselennya pun mengkilat, cat tembok yang dikenakan juga bermerk dan menampilkan sisi elegan dan glamor. Di garasi depan terlihat mobil lamborgini sport mewah terparkir. Eh? Kayaknya familiar sama tuh mobil. Tapi Insur kesuliyan mengingatnya. Dia pun langsung masuk sembari membuyarkan lamunannya dalam mengingat tentang mobil itu.

"Mama..... aku mau renang!!!" tiba - tiba terdengar rengekan seorang anak kecil yang turun dari tangga.

"Sayang, ini kolamnya mau dibersihin dulu sabar yaaa." Ucap Bu Dilla pada Acni.

Acni si anak kecil itu terus merajuk sembari memeluk Bu Dilla. Insur segera menuju belakang rumah. Dilihatnya kolam besar yang agak kotor itu. Daun - daun kering berserakan, lumut - lumut hijau yang menggunung dan mengerak, ada berbagai sampah di kolam tersebut. Insur segera menguras kolam tersebut terlebih dahulu. Sembari menunggu kolam terkuras bersih dia duduk - duduk merokok sambil sesekali melirik ke bu Dilla yang tengah menggendong menenangkan Acni yang ngambek. Aduuuuhhhh cantik bener nih Bu Dilla, beruntung banget nih suaminya! Gerutu Insur dalam hatinya. Tapi perasaan janggal masih menggelayuti hati Insur, tapi apaaa yaaa? Insur kembali menghembuskan rokoknya dalam - dalam.

Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!