Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta

Insur akhirnya tiba di toko mbak Hana tepat saat toko tersebut akan tutup. Mbak Hana yang terkenal janda paling semok di desa menamai tokonya dengan nama toko Maju Mundur.

Pernah suatu ketika mbak Hana ditanya perihal nama tokonya dia menjawab "Yaaa soalnya kalo maju terus kan gak enak, tapi kalo maju mundur lebih asik."

Tentu saja jawaban mbak Hana itu membuat pikiran Insur menjadi liar tak terkendali. Biasalah bujang lapuk pengangguran memang kadang diberkahi imajinasi kotor yang berlebih.

Maaf, saya koreksi bukan imajinasi kotor, tapi imajinasi sampah!!!! Ruahahahaha.....

Kembali ke sore itu saat Insur akan membeli jam weker di toko mbak Hana. Dan ternyata mbak Hana saat itu tengah akan menutup tokonya. Tentu saja hal itu membuat Insur panik dan segera menambah kecepatan larinya.

Tepat saat mbak Hana ingin menutup tokonya saat itu juga Insur menerjang memegangi pintu toko agar tidak tertutup. Tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan mbak Hana, tangan mereka bersentuhan. Suasana terdiam. Insur memandang mbak Hana. Dan Mbak Hana juga memandang Insur. Keduanya bertatapan.

Ini tidak terkendali, rasa dalam diri mbak Hana tidak terbendung lagi, dia...... muak!

Plaaaakkkkk!!

Ditamparnya Insur hingga tersungkur.

"Ngapain kamu Sur pegang - pegang tangan aku trus memandang pakek mesum segala!" Kata mbak Hana dengan nada meninggi.

Insur pun gelapan menjelaskan pada mbak Hana, dia berkata, "Bu... bu... bukan begitu maksud saya mbak Hana, tadi tidak sengaja. Terburu - buru soalnya aku butuh jam weker dan aku melihat tadi mbak Hana mau menutup toko. Makanya......"

Belum selesai Insur menjelaskan mbak Hana sudah berpaling dan berjalan masuk kembali ke toko dengan sikap acuh tak acuh. Insur terdiam terkapar di jalan.

Mbak Hana berpaling dan berkata, "kamu ngapain masih disitu! Katanya mau beli jam weker! Cepetan aku mau keburu pulang!"

Tanpa ba bi bu lagi Insur segera bangkit dan menyusul mbak Hana memasuki toko.

Mereka berdua masuk melalui depan pintu toko kecil tersebut lalu menuju ruang belakang. Tepat di samping ruang belakang di dinding balik pintu terdapat sebuah ruangan 2 x 2 meter. Mbak Hana masuk ke dalam nya, Insur masih bengong.

"Waduh mau diajak ngapain nih sama mbak Hana?" batin Insur dengan disertai air liur.

"Ngapain kamu masih di situ, masuk! jadi butuh jam weker atau tidak?!" Bentak mbak Hana.

"I.. ii...iiiya mbak Hana." jawab Insur sembari mengelap air liurnya sebelum memasuki ruangan tersebut.

Lalu mbak Hana terlihat memencet nomor pada dinding di ruangan tersebut. Tiba - tiba ruangan bergetar dan menimbulkan suara semacam gempa kecil.

Greeekkkk.... greeekkk... grekkk...!!

Insur pun ketakutan, emang ini ruangan kayak seperti lift saja!!

Mbak Hana membuka pintu dan suasana di luar pintu bukan seperti saat dia masuk tadi tetapi sudah berganti. Suasana ruangan saat ini yang terlihat adalah kolam renang yang buuuuueeeesaaar sekali.

"Oh maaf salah pencet Sur, ini ruangan kolam renang pribadi gua." mbak Hana menjelaskan dengan santainya.

Insur pun melotot dan masih bingung mendengar penjelasan dari mbak Hana.

"Ini apaan? jadi ruangan 2 x 2 m ini lift?!! ini beneran lift??!!!" Tanya Insur dengan kaget.

"Iya." Jawab mbak Hana dengan santai.

"Dan kamu punya kolam renang di bawah tokomu?!!" Tanya Insur lagi.

"Iya, biasa aja kenapa sih Sur." Ucap mbak Hana.

Insur pun hanya bisa membatin, wooooi apaan yang biasa wooooi!!! Ini mah sultan!!!

Insur dan mbak Hana terdiam kembali di ruangan 2 x 2 m yang kembali bergetar setelah mbak Hana memencet beberapa nomor.

Grekk.... greeeekkkk... greeekkk....!!

Getaran berhenti. Mbak Hana membuka pintu lagi dan suasana diruangan kedua ini lebih gelap.

"Mbak Hana gua beli jam wekernya yang suaranya kringnya keras ya, soalnya aku jarang bisa bangun kalo pagi." Pinta Insur.

"Bentar aku pilihin dulu ya." kata mbak Hana sembari memilah beberapa barang di ruangan gelap tersebut. Ada Gatling gun, senapan tangan, howitzer, senapan laras panjang, senapan otomatis, bom asap, rudal balistik, eh bentar.... tunggu - tunggu... Gua butuhnya jam weker kenapa di sini yang ada senjata api semua kampret!!!!!

"Oh maaf ternyata ini gudang senjata. Kita salah ruangan lagi Sur." kata mbak Hana dengan santainya dan melenggang masuk kembali dalam ruangan 2 x 2 m tersebut.

Insur masih berkeringat dingin. Kampret!!!! Penjual toko macam apaan yang punya berbagai macam senjata api di gudangnya!!!!

Lalu kembali mbak Hana dan Insur berada di ruangan 2 x 2 m.

Greeeekkkk.... grekkkk.. grekkkk.....!!

Getaran berhenti dan mereka sampai di ruang bawah tanah lainnya.

"Tooolooonggg...!!" "Tolooong!!!"

Di ruangan itu banyak sekali manusia dirantai di leher, kaki, perut, tangan mereka. Mereka ditempatkan di sel sel tahanan layaknya budak. Darah mereka menetes. Insur ketakutan dan berkeringat dingin, ini ruangan apalagi kampret!!!!

"Ehhh mbak Hana, sebaiknya saya cari jam weker di toko lain aja ya, hehehe." Kata Insur yang berkeringat dingin dan tertawa hambar.

"Tidak bisa. Motto toko saya adalah memberikan kenyamanan pada pelanggan." Ucap mbak Hana.

Dasar kacang kuaci!!!! Nyaman apanya wooooi pala lu kena meteor???!!!

"Ahhhh.... Tampaknya kita salah ruangan lagi Sur, ini ruangan pribadiku. Aku sebut ini ruang cinta dan kasih sayang. Jadi malu." Kata mbak Hana dengan muka memerah karena malu.

Mata Insur semakin melotot. Ruang pribadi? Ruang cinta dan kasih sayang? Apanya yang cinta dan kasih sayang??!!! Kamu memperbudak mereka kampret!!!

Mereka pun kembali memasuki ruangan 2 x 2 m tersebut. Kali ini getarannya cukup lama.

Greeekkk.... greeeekkkk..... Gubrakkkk!!!

Akhirnya getaran berhenti. Mbak Hana membuka pintu dan ternyata mereka kembali di tempat awal semula. Mbak Hana pergi ke depan toko, mendekati salah satu kusen, dan mengeluarkan 2 jam weker.

"Yang ini harganya 100 ribu karena suara kringnya 'siap bos... siap bos...', trus yang ini 500 ribu suara kringnya 'gua bosnya... gua bosnya...' nah kamu pilih yang mana Sur?" Tanya mbak Hana.

Insur terdiam sejenak dan bertanya, "Klo jam wekernya disini trus ngapain tadi masuk bawah tanah segala sih mbak Hana?"

Mbak Hana terdiam untuk sesaat sembari menatap Insur penuh arti. Lalu sambil mendekatkan wajahnya pada Insur dia berkata lembut, "Yaa sekalian klo kamu ingin membeli penjualnya berarti kan harus tahu segala tentangnya."

Insur menghela napas berat. Dia lalu membeli jam weker murahan dengan harga 50 ribu. Itupun dia berhutang 40 ribu pada mbak Hana.

Di perjalanan pulang Insur bersiul puas mendapat jam weker, apalagi dia bisa ngutang dulu. Maklum lah pengangguran memang harus pintar - pintar hemat dan berkelit kalo masalahnya duit. Ruahahaha....

Sesampainya di kos Insur masih juga terngiang akan paras manis mbak Hana saat tersenyum. Tapi lamunannya tersadarkan ketika jam wekernya tak sengaja tersenggol dan berbunyi nyaring.....

"Dasar pengangguran... dasar pengangguran...."

Terpopuler

Comments

tintakering

tintakering

mbak hana jualannya komplit😁

2022-08-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!