Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?

Pagi hari itu pukul 4 pagi Insur tertidur lelap dengan memeluk jam wekernya yang baru dia beli dari mbak Hana si janda bahenol di desanya. Setelah 10 menit kemudian jam wekernya berbunyi keras....

"Dasar pengangguran.... dasar pengangguran...."

Insur tetap tertidur dengan pulasnya sementara suara jam weker sudah membuat gaduh daerah di sekitar tersebut.

"Wooooi jam weker sialan siapa itu??!!!" teriak Bambang dengan emosi berapi - api.

Dia pun mendobrak pintu Insur. Melihat Insur masih terlelap dengan santainya, ditendangnya pantat Insur hingga terjungkal.

"Apaan kamu Bambang?!"

"Kamu yang apaan, suara jam weker luuu berisik dasar tutup panci, matiin tuh jam weker atau kamu yang aku matiin!!"

Insur pun tersadar, oooohhhh bukannya hari ini dia akan wawancara kerja antar paket. Dia pun bergegas ke kamar mandi tanpa mendengar ocehan si Bambang di belakangnya.

Ahhhhh dingin sekali mandi sepagi itu, tapi apa daya, kekuatan uang mampu mengalahkan apapun! Dengan semangat berapi - api Insur mengguyur seluruh badannya dengan air dingin pagi hari yang layaknya bongkahan es antartika.

Selesai mandi dia pun bergegas ganti baju. Insur menyesuaikan style berpakaiannya agar terlihat elegan, berkelas, sportif, dan menawan serta nyaman. Kemeja yang sudah disetrika, Jas hitam menawan, bawahan celana hitam, dengan tambahan sentuhan dasi bertuliskan tut wuri handayani agar menampilkan sosok cerdas. Sempurna.

Insur berjalan sendirian di pagi hari yang dingin itu. menyusuri sungai di desanya yang lalu melewati jembatan besar. Jembatan itu dinamai jembatan Agung. Jembatan tersebut memiliki sejarah kelam di masanya, dimana semua orang sebenarnya tidak ingin mengingat hal itu kembali. Masa dimana darah berceran dengan seorang pemuda berdiri tegak seakan menantang langit, punggung pemuda tersebut terlihat mampu menelan dunia, angin yang berhawa dingin di suasana panas serta..... Ahhh sudahlah...

Insur menyusuri jembatan itu secepatnya. Di tengah jalan dia bertemu tukang becak, Pak Gaelani.

"Sur, mau kemana kamu?"

"Mau wawancara kerja pak Gae"

"Daerah

mana tuh?"

"itu kantor baru di alamat ini nih" Jawab Insur sembari menyodorkan secarik kertas lusuh pada pak Gaelani.

"Sini gua anterin"

"Ahhhhh gak usah pak Gae"

"Santai saja gratis kok"

"Ahhh gak usah ngerepotin nanti"

"Udah sini gua anterin"

"Loh kok elu maksa?!"

"Eluuu yang nyolot Sur!"

Keduanya pun baku hantam di atas jembatan Agung. Dari kejauhan si Pantam yang akan berangkat bekerja mulai mendekat.

"Ehhh ada apa ini? Sabar - sabar." Ucap Pantam mencoba melerai Insur dan pak Gaelani.

"Ini si Insur, udah gua tawarin naik becak gratis malah nyolot!" Kata Pak Gaelani.

"Gua? gua yg nyolot?! Elu yang maksa dasar pala panci. Kan udah gua bilang gua..." Ucap Insur.

Gubrakkkkk!

Pantam memukul belakang kepala Insur hingga pingsan. Lalu dinaikkan tubuh Insur yang pingsan itu di atas becak.

"Nahhh gini kan cepet beres. Udah anterin tuh Insur, gua berangkat kerja dulu yaaa pak Gae" Ucap Pantam dengan santai.

Pak Gaelani hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata pun melihat Insur pingsan di becaknya, sementera Pantam telah menjauh menggenjot sepedanya menuju tempat kerja. Bentar - bentar, ada yang janggal tapi apa yaa, batin pak Gaelani. Kampret!!!! ini serasa gua kayak mafia pembuang mayat!!!!

Pak Gaelani mulai memacu becaknya, dia membalap. Sesegera mungkin dia ingin mengantarkan Insur brengsek ini agar reputasi becaknya tidak ternodai. Selama karir perbecakan yang telah ditempuhnya, pak Gaelani selalu cepat tangkas, sat set wat wet istilahnya.Becak tersebut melaju kencang, ada mobil di depan.

"Minggir luuuu! Ngehalaangin jalan, dasar lambat!" Teriak pak Gaelani sembari menyalip mobil ber merk negara italia di depannya.

Masih dengan kecepatan yang sama Pak Gaelani membuat manuver cantik dengan becak kesayangannya, sungguh gerakan manuver seorang pembecak sejati di tikungan yang hampir 90 derajat itu.

"Bagus Rudolfo, bagus" kata pak Gaelani pada becaknya yang dia namai Rudolfo.

Di depan jalan, terlihat nenek - nenek sedang menyeberang jalan tertatih. Di tendangnya nenek itu begitu saja oleh pak Gaelani hingga terjerambab di rerumputan sisi kiri jalan.

"Maaf nek, lagi buru - buru, ini penting, rekor gua di dunia perbecakan sedang dipertaruhkan!"

"Rekor pala luuuuu!!! dasar kacang kuaci!!!!" Umpat si nenek berteriak - teriak menggerutu tak karuan.

Dan ternyata nenek tua bangka itu adalah si Faynem! wahhhh Insur sudah ditandain, bakal bonyok dia nanti dihajar si Faynem.

Cittttt.........!!!!

Rem becak berderit keras di depan sebuah kantor tempat tujuan Insur. Pak Gaelani menyeka keringat di dahinya dengan senyum bangga. Dia lihat jam tangan Rolex nya, pukul 5 kurang sepuluh menit. ahhh leganya, rekor baru di dunia perbecakan telah dibuatnya.

Diangkatnya tubuh Insur yang pingsan lalu diletakkannya di depan pintu kantor, dan ditinggalkan begitu saja. Pak Gaelani memacu becaknya kembali menjauhi kantor tersebut.

Insur masih pingsan. Lalu dia merasakan ada yang menggoyang - goyangkan tubuhnya.

"Bangun woooi bangun ngapain luuu tidur di depan pintu kantor gua?!!" Ucap pria gendut.

Insur mulai terbangun lalu ditatapnya pria gemuk bermata licik di depannya.

"Siapa kamu?" Tanya Insur.

"Seharusnya gua yang nanya elu siapa"

"Ehhhh iya maaf - maaf, gua Insur pelamar kerja sebagai kurir."

"Ohhhh..... ya udah"

Si pria gemuk itu masih berjongkok di depan Insur. Insur pun masih dengan pose tidurnya. Keduanya saling bertatapan.

"Terus?" tanya Insur memecah keheningan.

Tiba - tiba ditendang si Insur hingga merangsek ke samping sambil berteriak, "Ngapain lu ngehalangin jalan gua?!!!! minggir gua mau buka kamtor kamprettt."

Si Insur mulai terbangun dan berkata dengan terbatuk - batuk, "uhuk uhuk iya maaf pak"

"Sini ikutin gua" Kata si pria gemuk tersebut sembari memasuki ruangan kantor tersebut.

Mereka memasuki lift, lift tersebut turun ke lantai bawah yang pengap. Suasana lantai bawah tersebut sunyi, agak gelap remang - remang. Si pria gemuk berjalan dengan diikuti Insur di belakangnya. Mereka memasuki lorong mencekam. Di ujung lorong terdapat perahu kecil yang muat pas untuk dua orang.

"Naik, ikut dayung!" Perintah si pria gemuk pada Insur. tanpa ba bi bu lagi Insur menaiki perahu kecil tersebut dengan si pria gendut dan mendayung bersama. Kapal kecil tersebut melaju mengikuti arus sungai bawah tanah.

"Kalo gua bilang lompat, maka kita bareng - bareng lompat samping kanan, ok?" perintah si pria gemuk.

"ok." Jawab Insur singkat.

Aliran sungai tersebut ternyata melewati lorong yang gelap, di ujung lorong terlihat cahaya menyilaukan, mereka keluar dari sebuah gua. Dan mereka tiba di kawasan hutan liar. Pohon - pohon yang besar, kicauan suara burung yang memabukkan bagi pecinta kicau burung. Sungguh alam yang indah.

Insur menghirup udara itu dalam - dalam, sungguh - sungguhhhh.... Bau...!!!!!!! Bau apaan in??!!

"Kampret bau apaan nih?!" Teriak Insur.

Si pria gendut nyengir dan berkata, "Maaf, perut saya lagi mules, jadi keluar deh gas nya dikit - dikit."

Dikit pala luuuuu!!!!! hampir saja Insur menendang pantat si gendut tapi ditahannya karena mengingat dia butuh pekerjaan ini karena gajinya yang 40 juta.

"Sekarang lompat!!!!" Ucap si gendut tersebut secara mendadak.

Insur kaget, tapi mengikuti instingnya dia segera melompat ke samping kanan dengan si pria gendut tersebut. Keduanya terjerembab di rerumputan besar. Si pria gendut segera bangkit. kampreeeettt mau interview jadi kurir aja ribet banget!!!!!

"Bos kalau boleh tau namanya siapa?" kata Insur sambil ngos - ngos an menata jantungnya.

Mereka berdua berpandangan dan terdiam sejenak. Ternyata dari tadi mereka belum berkenalan! Novel macam apa ini! Kenalin woooi nama tokohnya!!!

"Siapa kamu?"

"Elu siapa?"

"Gua Insur, elu siapa?"

"Nama tidaklah penting." Jawab si pria gendut memalingkan badan dan berjalan kembali.

Insur melotot, kampreeeettt sok misterius nih gendut!!!! Keduanya pun kembali menyusuri hutan tersebut sembari menelan kalimat "Siapa kamu?" dengan dalam - dalam. Nama woooiii nama!!!! Dasar pengarang tak bermutu!!!!

Terpopuler

Comments

tintakering

tintakering

apalah arti sebuah nama😁

2022-08-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!