Pagi hari itu pukul 4 pagi Insur tertidur lelap dengan memeluk jam wekernya yang baru dia beli dari mbak Hana si janda bahenol di desanya. Setelah 10 menit kemudian jam wekernya berbunyi keras....
"Dasar pengangguran.... dasar pengangguran...."
Insur tetap tertidur dengan pulasnya sementara suara jam weker sudah membuat gaduh daerah di sekitar tersebut.
"Wooooi jam weker sialan siapa itu??!!!" teriak Bambang dengan emosi berapi - api.
Dia pun mendobrak pintu Insur. Melihat Insur masih terlelap dengan santainya, ditendangnya pantat Insur hingga terjungkal.
"Apaan kamu Bambang?!"
"Kamu yang apaan, suara jam weker luuu berisik dasar tutup panci, matiin tuh jam weker atau kamu yang aku matiin!!"
Insur pun tersadar, oooohhhh bukannya hari ini dia akan wawancara kerja antar paket. Dia pun bergegas ke kamar mandi tanpa mendengar ocehan si Bambang di belakangnya.
Ahhhhh dingin sekali mandi sepagi itu, tapi apa daya, kekuatan uang mampu mengalahkan apapun! Dengan semangat berapi - api Insur mengguyur seluruh badannya dengan air dingin pagi hari yang layaknya bongkahan es antartika.
Selesai mandi dia pun bergegas ganti baju. Insur menyesuaikan style berpakaiannya agar terlihat elegan, berkelas, sportif, dan menawan serta nyaman. Kemeja yang sudah disetrika, Jas hitam menawan, bawahan celana hitam, dengan tambahan sentuhan dasi bertuliskan tut wuri handayani agar menampilkan sosok cerdas. Sempurna.
Insur berjalan sendirian di pagi hari yang dingin itu. menyusuri sungai di desanya yang lalu melewati jembatan besar. Jembatan itu dinamai jembatan Agung. Jembatan tersebut memiliki sejarah kelam di masanya, dimana semua orang sebenarnya tidak ingin mengingat hal itu kembali. Masa dimana darah berceran dengan seorang pemuda berdiri tegak seakan menantang langit, punggung pemuda tersebut terlihat mampu menelan dunia, angin yang berhawa dingin di suasana panas serta..... Ahhh sudahlah...
Insur menyusuri jembatan itu secepatnya. Di tengah jalan dia bertemu tukang becak, Pak Gaelani.
"Sur, mau kemana kamu?"
"Mau wawancara kerja pak Gae"
"Daerah
mana tuh?"
"itu kantor baru di alamat ini nih" Jawab Insur sembari menyodorkan secarik kertas lusuh pada pak Gaelani.
"Sini gua anterin"
"Ahhhhh gak usah pak Gae"
"Santai saja gratis kok"
"Ahhh gak usah ngerepotin nanti"
"Udah sini gua anterin"
"Loh kok elu maksa?!"
"Eluuu yang nyolot Sur!"
Keduanya pun baku hantam di atas jembatan Agung. Dari kejauhan si Pantam yang akan berangkat bekerja mulai mendekat.
"Ehhh ada apa ini? Sabar - sabar." Ucap Pantam mencoba melerai Insur dan pak Gaelani.
"Ini si Insur, udah gua tawarin naik becak gratis malah nyolot!" Kata Pak Gaelani.
"Gua? gua yg nyolot?! Elu yang maksa dasar pala panci. Kan udah gua bilang gua..." Ucap Insur.
Gubrakkkkk!
Pantam memukul belakang kepala Insur hingga pingsan. Lalu dinaikkan tubuh Insur yang pingsan itu di atas becak.
"Nahhh gini kan cepet beres. Udah anterin tuh Insur, gua berangkat kerja dulu yaaa pak Gae" Ucap Pantam dengan santai.
Pak Gaelani hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata pun melihat Insur pingsan di becaknya, sementera Pantam telah menjauh menggenjot sepedanya menuju tempat kerja. Bentar - bentar, ada yang janggal tapi apa yaa, batin pak Gaelani. Kampret!!!! ini serasa gua kayak mafia pembuang mayat!!!!
Pak Gaelani mulai memacu becaknya, dia membalap. Sesegera mungkin dia ingin mengantarkan Insur brengsek ini agar reputasi becaknya tidak ternodai. Selama karir perbecakan yang telah ditempuhnya, pak Gaelani selalu cepat tangkas, sat set wat wet istilahnya.Becak tersebut melaju kencang, ada mobil di depan.
"Minggir luuuu! Ngehalaangin jalan, dasar lambat!" Teriak pak Gaelani sembari menyalip mobil ber merk negara italia di depannya.
Masih dengan kecepatan yang sama Pak Gaelani membuat manuver cantik dengan becak kesayangannya, sungguh gerakan manuver seorang pembecak sejati di tikungan yang hampir 90 derajat itu.
"Bagus Rudolfo, bagus" kata pak Gaelani pada becaknya yang dia namai Rudolfo.
Di depan jalan, terlihat nenek - nenek sedang menyeberang jalan tertatih. Di tendangnya nenek itu begitu saja oleh pak Gaelani hingga terjerambab di rerumputan sisi kiri jalan.
"Maaf nek, lagi buru - buru, ini penting, rekor gua di dunia perbecakan sedang dipertaruhkan!"
"Rekor pala luuuuu!!! dasar kacang kuaci!!!!" Umpat si nenek berteriak - teriak menggerutu tak karuan.
Dan ternyata nenek tua bangka itu adalah si Faynem! wahhhh Insur sudah ditandain, bakal bonyok dia nanti dihajar si Faynem.
Cittttt.........!!!!
Rem becak berderit keras di depan sebuah kantor tempat tujuan Insur. Pak Gaelani menyeka keringat di dahinya dengan senyum bangga. Dia lihat jam tangan Rolex nya, pukul 5 kurang sepuluh menit. ahhh leganya, rekor baru di dunia perbecakan telah dibuatnya.
Diangkatnya tubuh Insur yang pingsan lalu diletakkannya di depan pintu kantor, dan ditinggalkan begitu saja. Pak Gaelani memacu becaknya kembali menjauhi kantor tersebut.
Insur masih pingsan. Lalu dia merasakan ada yang menggoyang - goyangkan tubuhnya.
"Bangun woooi bangun ngapain luuu tidur di depan pintu kantor gua?!!" Ucap pria gendut.
Insur mulai terbangun lalu ditatapnya pria gemuk bermata licik di depannya.
"Siapa kamu?" Tanya Insur.
"Seharusnya gua yang nanya elu siapa"
"Ehhhh iya maaf - maaf, gua Insur pelamar kerja sebagai kurir."
"Ohhhh..... ya udah"
Si pria gemuk itu masih berjongkok di depan Insur. Insur pun masih dengan pose tidurnya. Keduanya saling bertatapan.
"Terus?" tanya Insur memecah keheningan.
Tiba - tiba ditendang si Insur hingga merangsek ke samping sambil berteriak, "Ngapain lu ngehalangin jalan gua?!!!! minggir gua mau buka kamtor kamprettt."
Si Insur mulai terbangun dan berkata dengan terbatuk - batuk, "uhuk uhuk iya maaf pak"
"Sini ikutin gua" Kata si pria gemuk tersebut sembari memasuki ruangan kantor tersebut.
Mereka memasuki lift, lift tersebut turun ke lantai bawah yang pengap. Suasana lantai bawah tersebut sunyi, agak gelap remang - remang. Si pria gemuk berjalan dengan diikuti Insur di belakangnya. Mereka memasuki lorong mencekam. Di ujung lorong terdapat perahu kecil yang muat pas untuk dua orang.
"Naik, ikut dayung!" Perintah si pria gemuk pada Insur. tanpa ba bi bu lagi Insur menaiki perahu kecil tersebut dengan si pria gendut dan mendayung bersama. Kapal kecil tersebut melaju mengikuti arus sungai bawah tanah.
"Kalo gua bilang lompat, maka kita bareng - bareng lompat samping kanan, ok?" perintah si pria gemuk.
"ok." Jawab Insur singkat.
Aliran sungai tersebut ternyata melewati lorong yang gelap, di ujung lorong terlihat cahaya menyilaukan, mereka keluar dari sebuah gua. Dan mereka tiba di kawasan hutan liar. Pohon - pohon yang besar, kicauan suara burung yang memabukkan bagi pecinta kicau burung. Sungguh alam yang indah.
Insur menghirup udara itu dalam - dalam, sungguh - sungguhhhh.... Bau...!!!!!!! Bau apaan in??!!
"Kampret bau apaan nih?!" Teriak Insur.
Si pria gendut nyengir dan berkata, "Maaf, perut saya lagi mules, jadi keluar deh gas nya dikit - dikit."
Dikit pala luuuuu!!!!! hampir saja Insur menendang pantat si gendut tapi ditahannya karena mengingat dia butuh pekerjaan ini karena gajinya yang 40 juta.
"Sekarang lompat!!!!" Ucap si gendut tersebut secara mendadak.
Insur kaget, tapi mengikuti instingnya dia segera melompat ke samping kanan dengan si pria gendut tersebut. Keduanya terjerembab di rerumputan besar. Si pria gendut segera bangkit. kampreeeettt mau interview jadi kurir aja ribet banget!!!!!
"Bos kalau boleh tau namanya siapa?" kata Insur sambil ngos - ngos an menata jantungnya.
Mereka berdua berpandangan dan terdiam sejenak. Ternyata dari tadi mereka belum berkenalan! Novel macam apa ini! Kenalin woooi nama tokohnya!!!
"Siapa kamu?"
"Elu siapa?"
"Gua Insur, elu siapa?"
"Nama tidaklah penting." Jawab si pria gendut memalingkan badan dan berjalan kembali.
Insur melotot, kampreeeettt sok misterius nih gendut!!!! Keduanya pun kembali menyusuri hutan tersebut sembari menelan kalimat "Siapa kamu?" dengan dalam - dalam. Nama woooiii nama!!!! Dasar pengarang tak bermutu!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
tintakering
apalah arti sebuah nama😁
2022-08-17
1