Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata

Siang itu Insur berpeluh keringat membersihkan kolam renang di salah satu rumah kawasan perumahan Bangau Putih. Dia sangat bersemangat dalam mengerjakan tugasnya itu karena pertama dia akhirnya mendapatkan pekerjaan walau pun masih serabutan. Dan yang kedua karena pemilik rumah tersebut ternyata Bu Dilla yang manis putih bersih. Dasar tokoh utama mata keranjang!!!! Ingat umur woooii ingat umur!!!

Insur mengelap keringat yang berkucuran di dahi nya. Gila bisa sampek sore nih ngerjainnya, batin Insur. Tetapi ketika dilihatnya Bu Dilla yang manis itu sedang mempersiapkan makanan dia pun bersemangat kembali.

"Sini Sur istirahat bentar. Makan siang dulu!" Panggil Bu dilla dari arah dapur.

Insur pun segera menghampiri. Setelah memasuki dapur dilihatnya makanan yang lengkap telah tersedia di meja makan.

"Makan yang banyak Sur."

"Iya Bu Dilla, siap!"

"Minum kopi atau teh? Sekalian saya buatkan."

"Kopi Bu Dilla."

Ahhhh benar - benar mantap kerja di sini, seru Insur membatin. Segera dilahapnya makan yang tersedia di meja. Ayam goreng yang lezat.... Terbayang oleh Insur kalau dirinya sudah lama tidak makan ayam goreng. Terakhir dia makan ayam goreng adalah ketika acara selamatan pak Kaji Dauh.

Selesai makan dan ngopi barang sejenak Insur kembali menyelesaikan tugasnya. Kadang dia diganggu juga oleh si Acni anaknya Bu Dilla.

"Om, om, si om kan waktu itu yang jadi wasit waktu TK Hamsyong lawan TK Prikituw ya?"

"Iya, om adalah wasit pertandingan itu!" Insur menjawab dengan sombongnya.

"Ohhhh pantesan kok kayaknya acni pernah liat wajah pengangguran si om, Acahahahah...."

Kampret!!!!! Si Insur segera naik pitam.

"Dasar tutup panci!"

Acni pun membalas, "Dasar kacang kwaci!"

Dan keduanya pun saling ejek mengejek.

"Acni..... Udah sini, jangan gangguin om Insur yang lagi kerja!"

Bocah kecil itupun segera menghampiri ibunya, tak lupa dia menoleh pada Insur menjulurkan lidahnya dan mencemooh, "Weeeeekkkk....."

Ohhhhhh dasar kutu kupret! Gerutu Insur dalam hati.

Dilanjutkannya pekerjaannya dan ternyata selesai juga pukul tiga sore itu. Kolamnya sudah bersih dan tinggal menunggu air dalam koam terisi penuh. Insur segera berpamitan.

"Kolamnya sudah bersih Bu Dilla, itu cuma tinggal menunggu kolamnya terisi penuh sudah bisa dipakai."

"Waduh ngerepotin banget looo, ini ada uang tambahan buat kamu Sur."

"Aduh gak usah Bu Dilla, repot - repot saja." Jawab Insur menolak tetapi tangannya segera mengambil uang di tangan Bu Dilla.

Insur pun berpamitan. Sekilas sebelum pintu gerbang depan rumah bu Dilla tutup, si Insur melihat sekelebat mata sebuah photo di ruang tamu tersebut. Ternyata..... Photo itu!!!!! Ahhhh sekarang semua menjadi jelas. Insur berjalan kaki ke arah jalan raya dan di sana telah ada Pantam yang menunggunya.

"Gimana Sur, beres kerjaan luuu?"

"Iya beres."

"Wah bayaran nih!"

"Yuk mampir ke warung kopi Pak Cik."

"Mantapppppp luuu bayarin kan? Kyahahhha....."

"Ya iyalah uang sudah di kantong, zehahahah....."

Kedua sahabat itu pun menuju ke warung kopi pak cik dengan sepeda butut Pantam.

"Tam, lu tau gak Bu Dilla?"

"Ya tau lah broooo. Pokoknya kalo daftar ibu - ibu cantik di desa kita udah gua hafal tuh semua! Kyahahaha....."

"Emmmm.... Suaminya kemana sur?"

"Waduh kalo itu sih gua gak tau Sur. Suaminya jarang di rumah."

"Jangan kaget ya Suuuur.. Sebenarnya tadi gak sengaja liat....."

"Liat semoknya pantat Bu Dilla kan? Santai aja Sur, sesama laki - laki gua paham. Kyahahaha..."

"Bukan kampret! Dengerin gua dulu jangan asal nyela."

Sepeda butut itu menuruni sebuah bukit kecil dengan tikungan di depannya. Angin malam lambat - lambat menerpa wajah kedua sahabat tersebut.

Insur pun meneruskan penjelasannya, "Tadi gua gak sengaja liat photo keluarga Bu Dilla, ternyata dia..."

Dan kembali Pantam menyela lagi perkataan Insur, "Ternyata lebih cantikan aslinya kan dari pada di photonya. Udah deh mulut semua laki - laki emang buaya, kita juga sama lah Sur! Kyahahaha!"

Insur pun membekap mulut Insur dari belakang jok sepeda.

"Lu dengerin gua selesai bicara dulu kampret!!! Ngerti kagak???!!!"

Pantam pun mengangguk ketakutan sambil terus mengayuh sepeda bututnya pelan - pelan.

"Jadi waktu gua lihat photo keluarga itu gua lihat photo si Anci!!!!"

"Apaan?!!! Beneran luu Sur?!?"

"Iya, pantesan aja anak bu Dilla namanya Acni, jelas karena bapaknya Anci Tam!!! Gua tadi juga lihat di garasinya terparkir mobil lamborgini sport yang sama persis kyak punya Anci waktu nganter gua buat kirim paket!!!"

"Ahhh ini gila, ini gilaaaaa!!!!"

Karena kagetnya itu Pantam tak melihat ke depan dan menabrak bokong Dipaidi yang tengah memeriksa ban motornya.

Makkkk Cuuuuuuussss Ssssllleeeeeebbbbzz!!!!

Ban depan sepeda Pantam melesat tepat menabrak pantat Dipaidi tepat di tengah nya!!! Iya kawan, benar - benar tepat di tengah nya!!!!

"Auuuuuuwwwww..............."

Dipaidi berteriak melolong histeris merasakan kesakitan yang mendalam di area pantatnya. Dia meringkuk di rerumputan jalan besar Agung tersebut. Dia mengejan dengan terlihat sedikit titik air mata di sudut matanya.

"Waduh maaf pak Dipaidi, kagak sengaja!" Seru Pantam meminta maaf dan merasa bersalah.

"Apaan lu enak aja asal minta maaf!"

"Beneran gua minta maaf."

"Minta maaf pala lu menyan!!!"

"Eh lu jangan nyolot dong, kan gua udah minta maaf!!!"

"Loh kok lu yang marah? Gua yang harusnya marah dasar tutup panci!"

"Apaan lo kacang kuaci!"

"Ohhh gitu ya? lu pikir nih lucu. Mulai sekarang gak usah lu sok kenal gue! lo, gue, end!!!"

"Eh pala bolu ngaca! Siapa juga yang mau temenan lo!"

"Lu nantangin?!"

"Ayok siapa takut! Sini looo!"

"Ok, gua jabanin, sini looo!"

Mereka berdua pun bergulat di rerumputan samping jalan raya tersebut. Insur menyalakan rokoknya. Matahati mulai tenggelam dengan siluet seorang pria yang tengah merokok sambil memandang dua orang yang bergulat di rerumputan. Insur terlihat santai saja sambil terus merokok. 10 menit kemudian Pantam dan Dipaidi sudah sama - sama babak belur.

"Ngapain lu jongkok di pinggir jalan Di?" Tanya Pantam setelah keduanya berbaikan.

"Itu ban motor gua bocor. Dari mana lu Tam?"

"Itu antar Insur pulang abis kerja bersihin kolamnya Bu Dilla."

"Owww abis dari rumah Bu Dilla yang cantik itu yaa... Diahahaha...."

"Oh ternyata lu tau juga ya Di, Kyahahaha...."

"Diahahaha...."

"Kyahahaha..."

Keduanya pun saling tertawa mesum. Ahhhhh apa memang sesama mesum saling terjadi keterikatan ya, mungkin ini yang dinamakan persaudaraan sesama mesum! Ruahahaha......

"Mampir dulu yuk ngopi di warung kopi Pak Cik." Ajak Insur pada Dipaidi.

Dipaidi tiba - tiba terdiam. Wajahnya menatap lurus serius pada Insur dan Pantam secara bergantian.

"Ini gua memang mau ke sana. Tapi gua saranin mendingan lu berdua langsung aja" Kata Dipaidi tampak misterius sambil langsung menggeber motor bututnya dengan ban belakang masih bocor......

Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!