Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!

Di warung kopi Pak Cik yang sudah tutup itu keempat manusia saling duduk melingkari sebuah meja kecil. Mereka adalah Insur, Pantam, Pak Cik dan Mbezi. Ditengah - tengah mereka berserakan bungkus rokok, kacang godog dan juga kacang goreng. Tentunya tak lupa masing - masing di depan mereka tersedia kopi susu khas buatan Pak Cik.

Mbezi pun menyeruput kopi susu nya dengan khidmat.

Sruuuuuuutttt....

Ahhh... Begitu gurihnya kopi susu itu melewati tenggorokan.

"Ehmmm.. ehmm... baiklah, gua akan ceritain awal mula gua ketemu Pak Cik dan mengapa selama ini saya merasa hutang budi yang besar pada Pak Cik." Kata Mbezi memulai ceritanya.

Insur, Pantam, dan juga Pak Cik terdiam, mendengarkan dengan seksama.

"Kamu masih ingat kan dulu saat perang besar empat tahun yang lalu Sur. Nah saat itu terdapat dua kubu berseberangan yang sama kuat. Yang satu gerakan menamakan dirinya Elang Langit, sementara yang satunya adalah serigala tanah. Nah Sur kamu pasti masih ingat karena kamu dulu adalah...."

"Udah diem lu. Ini cerita tentang lu, bukan gua."

"Ok akan gua lanjutin."

"Langsung aja intinya."

"Iya gua akan cerita intinya."

"Jangan muter - muter!"

"Iya kagak muter - muter."

"Jangan makan."

"Iya."

"Jangan minum."

"Iya."

"Jangan hidup."

Gubrrraaaaaakkkkkkkk!!!!

Mbezi memukulkan tangannya yang mengepal ke meja sambil berteriak, "Gua boleh cerita apa kagak nih??!!!!

Semuanya terdiam. Mereka mulai menyimak cerita Mbezi lagi.

"Saat itu gua bergabung dengan serigala tanah. Bagi kami lebih baik mati dari pada mengemis!"

Mbezi mengambil jeda sejenak lalu menyulut satu batang rokok yang langsung dia sedot dengan rakusnya.

"Saat itu di serigala tanah terdapat dua pembunuh yang tidak pernah gagal dalam menjalankan misinya. Bukannya sombong tapi yang pertama adalah gua si Mbezi, siapapun yang pernah mendengar nama gua pasti tahu kalau tidak ada satu korban pun yang pernah gua biarkan dalam keadaan hidup."

"Trus yang kedua siapa?" Tanya Pantam sembari memakan kacang di meja dengan cekatan hingga pipinya yang gendut semakin mengembung.

"Yang kedua adalah sesosok pembunuh yang sampai sekarang belum diketahui identitasnya. Walaupun gua berada di kubu yang sama tetapi tidak pernah sekalipun berhadapan dengannya. Dia dijuluki white snow. White yang artinya putih, dia selalu membunuh mangsanya dengan rapi, snow yang artinya salju, dia berhati sedingin salju ketika membunuh para korbannya. Sadis, keluar dari imajinasi yang kita bayangkan terhadap suatu pembunuhan."

Mbezi kembali meneguk kopi susu nya, meletakkan cangkirnya dengan hentakan kuat.

"Nahhhh cerita gua ini dimulai saat gua mendapat suatu tugas untuk membunuh salah satu petinggi Elang langit, namanya adalah.... Ladusong!"

Pantam langsung kaget ketika mendengar bahwa salah satu petinggi Elang langit adalah Ladusong yang saat ini menjabat sebagai komandan polisi setempat.

"Ahhh pastinya kamu tahu, kebanyakan orang yang menjabat di pemerintahan adalah orang - orang kubu elang langit. Itu sudah bukan rahasia lagi, pemenang lah yang menulis sejarah....."

Tiba - tiba Pantam ijin ke belakang mau pipis.

"Aduh Tam di sini gak ada kamar mandi, noh luu buang kecil di balik semak - semak aja!" Seru Pak Cik.

Pantam lalu melihat ke arah semak - semak yang gelap tanpa penerangan itu. Rasa ngeri menjalar di tubuhnya dan membuat bulu kuduknya berdiri. Tapi apa ada daya, panggilan alam sudah tidak dapat dia bendung lagi!!

Pantam segera berlari - lari kecil ke arah semak - semak tersebut yang jaraknya lumayan jauh dari tempat mereka mengobrol.

Dipaidi yang dari tadi mengawasi mereka di balik semak - semak segera menyembunyikan dirinya dengan duduk mendepis di antara semak - semak ketika melihat Pantam berlari ke arahnya. Waduh mau ngapain nih badak jawa berlari ke arah gua, batin Dipaidi bertanya - tanya.

Pantam berhenti tepat di depan semak - semak dimana Dipaidi bersembunyi. Ditariknya resleting, lalu dia keluarkan senjatanya, dan.... cuuuuuuurrrrr......... Air suci menyirami semak - semak di depannya beserta Dipaidi di tengah kegelapan.

Dipaidi megap - megap terkena siraman air suci Pantam, tapi Dipaidi menahan diri untuk berkata - kata. Ahhhh kampret luuu Pantam!!!! Gerutu Dipaidi dalam hati.

"Ahhhh leganya...." Seru Pantam sembari menarik resletingnya dan kembali ke dalam warung kopi Pak Cik.

Setelah dilihatnya Pantam telah menjauh, Dipaidi pun keluar dari tempat bersembunyi dengan berbagai sumpah serapah keluar dari mulutnya, "Dasar banci kaleng! Tutup odol! kacang kwaci! Tutup panci!!!!!!!"

Pantam telah kembali duduk, merasa lega telah mengeluarkan sesuatu yang selama tadi dia tahan. Mbezi hanya melihat sekilas kedatangan Pantam lalu melanjutkan ceritanya, "Nahh akhirnya ada pertempuran tak terelakkan antara gua dengan Ladusong. Ladusong memiliku jurus max elbow yang lumayan berbahaya, tapi bagi gua itu masih bisa gua hindari. Gua daratkan pukulan great punch gua hingga dia terjerembab berdarah - darah dan tidak berkutik lagi. Tapi ternyata itu semua jebakan!!!! Saat gua mau bunuh Ladusong, tiba - tiba muncul sekitar sepuluh orang dengan bandana beelambangkan serigala tanah. Gua kira mereka mau membantu gua membunuh Ladusong, nyatanya......."

Cerita Mbezi terhenti, dia nyalakan sebatang rokok lagi dengan mata merah menyala menahan amarah.

"Tapi nyatanya mereka membantu Ladusong dan mengeroyok gua!!!! Padahal mereka juga sama - sama satu kubu serigala tanah dengan gua!!! Saat itu gua masih bisa meladeni mereka, tapi sepuluh orang itu ternyata orang - orang terlatih sehingga mereka cukup menyulitkan gua!!! Dan di sela - sela itulah Ladusong menusuk punggung gua!!!! Sungguh biadab!!! sungguh perbuatan pengecut!!! Gua pun terpaksa kabur dengan menabrakkan diri pada kaca jendela dengan darah masih terus becucuran. Gua terus berlari hingga akhirnya terjatuh di sungai ini. Dan Gua tidak sadarkan diri."

Mbezi kembali menyecap rasa kopi susu yang tertinggal di mulutnya, lalu dia melanjutkan, "Gua tidak sadar diri cukup lama. Ketika Gua sadar gua sudah ditolong Pak Cik. Gua gak tau kalo selama gua pingsan telah terjadi dan nama luuu cukup menggema saat itu Insur. Lu disebut - sebut sebagai....."

Insur pun cepat - cepat menyela "hey hey, kan udah gua bilang gua cuma mau dengar cerita tentang lu, bukan tentang gua kampret!!!"

Mata Insur serius menatap lurus pada Mbezi. Mbezi pun terdiam sejenak, lalu dia melanjutkan kisahnya, "Saat gua terbangun ternyata telah terjadi perang besar di jembatan yang kini disebut jembatan Agung itu. Pemenangnya adalah dari Kubu Elang Langit, jadi pemerintah yang berkuasa saat ini sebagian besar adalah orang - orang dari kubu Elang Langit. Gua yang saat itu ranpa tujuan diterima dan dihidupi oleh Pak Cik. Gua gak mungkin untuk keluar karena kubu Elang Langit pasti akan segera menangkap gua, sementara kalau gua kembali ke kubu Serigala Tanah juga tidak mungkin karena mereka telah mengkhianati gua!!!!!"

Kalimat terakhir itu ditutup dengan emosi meluap dari Mbezi. Lalu setelah tenang kembali Mbezi pun menatap Pak Cik dengan penuh rasa hormat.

"Kini, cuma Pak Cik satu - satunya orang yang paling gua hormati dan gua percaya." Ucap Mbezi penuh ketulusan.

Malam itupun berakhir. Insur pulang bersama dengan Pantam jalan kaki menyusuri tepian sungai.

"Elu percaya cerita Mbezi tadi Sur?" Tanya Pantam.

"Ini bukan masalah percaya atau tidak, tapi gua merasa ada yang janggal entah itu apa..."

Malam semakin larut, dan Insur teringat bahwa dia harus tidur cepat - cepat karena besok pagi dia harus jadi wasit pada pertandingan voli akbar antara TK Hamsyong dan TK Prikitiuw. Malam turun, tirai kehidupan pun ditutup.

Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!