Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia

Sore itu suasana begitu mempesona dengan semburat warna merah keemasan menenangkan bagi setiap mata yang melihatnya. Warung kopi Pak Cik terlihat begitu ramai oleh para penikmat kopi sejati. Insur yang baru saja datang segera memilih tempat di samping area warung kopi tersebut.

Warung kopi Pak Cik tersebut menghadap ke jalan besar yang searah ke jembatan Agung. Disamping warung tersebut terdapat aliran sungai yang airnya cukup jernih. Aliran sungai tersebut berbelok tepat di samping warung kopi pak Cik tersebut.

Kopi susu datang dihidangkan oleh pak Cik.

"Ini nih kopi susu spesial tanpa sendok"

"Waduh mantap pak Cik!! Gimana nih kabarnya?"

"Yah lumayan baik tapi ya itu, masih trauma aja kemaren waktu sempat tertangkap polisi."

Pak Cik menunduk menahan amarah, dan dia meneruskan berkata, "Ini semua gara - gara si Anci!!! Moga aja dia tetap ketangkap!!!"

"Iya Pak Cik saya juga berharap begitu. Sebenarnya ada hal penting yang ingin gua tanyain ke Pak Cik, ini tentang Mbezi...."

Waktu Insur menyebut nama Mbezi, Pak Cik langsung memutus pembicaraan.

"Ahhhh itu nanti saja kalau warung ini sudah tutup baru saya ceritakan. Saya pun juga ingin sekali bercerita tentang Mbezi pada nak Insur, tapi rasanya kurang Ngeh saja kalau saya bercerita sekarang. Nanti malam saja sekitar pukul 10 malam nak Insur kemari lagi...." Ucap Pak Cik sembari langsung kembali melayani pelanggan.

Ahhh benar juga, Pak Cik pasti sangat sibuk. Dihabiskannya kopi susu hingga tandas lalu Insur segera pulang berjalan kaki. Baru saja insur melangkahkan kaki keluar area warung kopi tersebut dia dipanggil oleh Pak Gaelani.

"Oooeee Suuur, udah mau pulang lu?"

"Iye pak Gaelani."

"Sini numpang aja becak gua, sekalian nih gua juga mau silaturrahim ke rumah pak Kaji Dauh."

"Ah kagak usah repot - repot pak Gaelani." Ucap Insur berusaha menolak secara halus karena memang sedang ingin jalan kaki.

Tiba - tiba dari arah belakangnya muncullah Dipaidi dengan motor bututnya.

"Udah sini gua anter aja lu Sur, gua juga kebetulan mau silaturrahim ke rumah pak Kaji Duah."

"Ehhh bentar - bentar, gua yang mau anterin Insur!"

"Biasa aja dong ngomongnya pak Gaelani, jangan nge gas!!!!"

"Gue? Gue yang nge gas? Hellloooooo.... hey tutup panci ngaca luuu! emang di rumah looo gak ada kaca?!!!"

"Oh gitu, gitu yeeee, sekarang berani luuu ma gua?!"

"Nah lu nantangin gua lagi Di?!"

"Looh hayuk. Gua sikat looo"

"Elooo yang gua sikat!"

"Eloo...!"

"Elooo....!"

"Elooo........!!!"

Dan mereka berdua pun terus bertarung kata - kata sementara Insur sudah buruan kabur dari area tersebut, susah ngurusin orang - orang ribet!

Di tengah jalan dia bertemu Pantam yang tampak sedang berjongkok di pinggir jalan sembari menatap lurus ke depan.

"Ngapain luuu Tam?"

"Oh elu Sur, gua kirain siapa. Ini nih gua lagi liatin mangga Pak Kaji Dauh."

"Lu masih mau nyolong lagi? Minta aja pasti dikasih kok sama pak Kaji Duah."

"Sur, mungkin luuu benar - benar gak paham arti manisnya buah mangga yang didapat dari kerja keras itu jauh lebih manis dari pada buah mangga yang didapat dengan mudah."

"Maksud luuu kerja keras itu nyolong kan?!! Dasar kampret!!"

"Sur, maaf dunia gua keras, ini dunia laki - laki sejati Suur!!"

"Dunia laki - laki sejati pala lu kampret!!! itu dunia pencuri, itu dunia kriminal kampret!!"

"Sur, di dunia laki - laki yang penting halal."

"Halal pala lu pecahhh!!! Elu mau nyuri kampret, halal dimananya?"

"Ah elu gak tahu dunia laki - laki sejati sih Sur!"

Mendengar jawaban terakhir sahabatnya itu Insur terdiam. Ahhh sudahlah mungkin percuma menghalangi Pantam yang mau mencuri mangga milik pak Kaji Dauh. Tidak ada yang mampu membuat perilaku sesorang berubah ketika dirinya sendiri sudah mengikhlaskan pribadinya tenggelam dalam perilaku tersebut. Sulit, sulit... Sulit, sulit...

Insur pun pulang, mandi dan menyalakan radio butut yang kemarin sempat disita oleh Faynem. Mendengarkan lagu - lagu campur sari memang nyaman sekali untuk suasana sore menjelang maghrib saat itu. Lalu dia iku berjamaah maghrib di masjid yang tak jauh dari tempat kos nya, itu pun Insur terpaksa setelah diseret oleh pak Kaji Dauh hingga sarungnya hampir melorot. Waktu pun bergulir cepat.

Tepat pukul 10 malam Insur berangkat kembali menuju warkop pak Cik. Dilihatnya pak Cik mulai bersih - bersih pertanda warung kopinya akan segera tutup.

"Malam pak Cik!"

"Ahhh elu Sur, sini - sini masuk! Tuh Pantam juga ada di dalam."

Ketika Insur memasuki sebuah ruangan, terlihatlah Insur sedang menyeduh kopi susunya lengkap dengan rokok yang sudah menyala dan tersempil diantara dua bibirnya yang gendut itu.

"Ahhh lu sur! sini - sini ngopi bareng!"

Insur pun segera duduk di samping Pantam. Tak selang berapa lama datanglah pak Cik membawa dua gelas kopi susu tambahan yang langsung dia sajikan pada Insur dan dirinya sendiri.

Setelah menyeruput kopi susu pekat itu pak Cik pun berkata, "Ahhh.... nikmat banget kopi susu sehabis kerja. Eh nak Insur bukannya tadi siang bertanya tentang Mbezi pada saya?"

"Iya pak Cik, cuma penasaran."

"Oh gitu ya. Jadi gini........"

Pak cik terdiam. Insur terdiam memandang Pak Cik. Pantam juga ikut terdiam.

"Nahhhh gitu ceritanya Sur" kata pak Cik setelah jeda tersebut

"Apaan wooooi? Gua gak paham!!!"

"Masak lu gak paham! baiklah gua ulangin lagi. Jadi gini...."

Pak Cik terdiam. Insur terdiam memandang pak Cik. Dan Pantam lagi - lagi ikut terdiam.

"Nahhh gitu ceritanya Sur..."

Dan langsung saja sebuah tendangan mendarat di muka pak Cik.

"Gua gak paham apa yang luuu maksud kampret!!!!" Teriak Insur setelah menendang wajah Pak Cik.

Dan tiba - tiba pintu di buka lalu menampilkan sosok Mbezi yang terlihat besar dan kejam.

Dia pun mulai membuka suara, "Pak Cik ini orangnya tidak terlalu pandai bercerita, jadi ijinkan gua aja yang bercerita pada lu Sur. Itung - itung sebagai rasa terima kasih gua karena Pak Cik sudah keluar dari kantor polisi."

Mbezi lalu duduk dengan punggung tegapnya. Pantam hanya melongo setengah ketakutan. Insur pun mengangguk saja, karena Pak Cik bebas sebenarnya bukan karena dirinya tetapi memang karena pak Cik terbukti di kepolisian bahwa dia tidak terlibat dengan peristiwa meledaknya bom di kantor pemerintahan.

Pak Cik yang saat itu tersungkur duduk kembali sembari membenahi mukanya setelah terkena tendangan Insur. Mereka berempat berkumpul di suatu sudut warung kopi pak Cik yang telah tutup itu, siap mendengarkan cerita Mbezi.

Sementara di luar terlihat Dipaidi yang menyalakan rokoknya, menghembuskan asapnya ke udara. Matanya menatap warung kopi Pak Cik dari kejauhan sembari tangannya memegang hape yang dia tempelkan di telinga dan berkata... "Siap Komandan". Aliran air sungai di malam hari, berbunyi gemericik seakan - akan menyembunyikan seluruh misteri......

Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!