Insur mulai memutar gagang pintu kos nya dan membuka pintu tersebut. Ternyata...... di dalam kamar kosnya sudah berkumpul Faynem, Pantam, dan juga mbak Hana yang super duper buuuahenol di desanya itu.
'Kejutaaaan......"
Duarrrrrrrrr!!
Dan balon meletus tepat di muka Insur.
"Kampret! Apaan nih?!!"
"Selamat Sur, akhirnya lu besok ada kerjaan!!!" Teriak Pantam penuh dengan kegembiraan.
Mbak Hana pun tersenyum, aduuuuhhhh senyum manisnya itu.... berapa karat manis senyumnya!!!! Muuuanis sekali brooo!!!
"Selamat ya Sur, akhirnya lu kerja juga setelah ber abad - abad hibernasi."
"Hibernasi? emang gua beruang kutub?"
"Kyahahahaha...." Pantam tertawa puas.
"Iya selamat Sur. Gak gua sangka pecundang pengangguran tingkat akut macam elu akhirnya punya kerjaan juga. Ahhh... Padahal selama ini gua cuma nganggap lu sampah gak guna!" Ucap nenek Faynem sesenggukan menahan haru.
"Trus sekarang?"
"Kalau sekarang sih gua nganggap elu sampah plastik" "Intinya gua tetep sampah kampret!!!!"
"Kyahahahahha...." Tawa pantam menggema kembali.
"Udah - udah. Sini sur kita rayain acara lu jadi sampah plastik hari ini" ucap mbak Hana sembari menata meja yang telah dipenuhi berbagai camilan, kue, kopi, dan rokok.
"intinya gua tetep sampah kan?" ucap Insur ngambek sambil duduk di meja yang telah ditata tersebut. "Kyahahahhaa...." Pantam masih saja tertawa.
"Kampret luuuu ketawa mulu...."
Dan acara kecil - kecilan itu pun berjalan dengan santai. Berbagai obrolan ngawur, kopi yang diedarkan, asap rokok yang mengepul memenuhi ruangan tersebut. Kegembiraan yang sederhana. Tawa - tawa renyah yang sebenarnya hanya penutup kesedihan sehari - hari.
Tetapi itulah kebahagiaan yang datang secara sederhana, tidak direncanakan, tidak perlu usaha keras bertahun - tahun untuk menggapainya. Kebahagiaan yang datang begitu saja, dan itulah kebahagiaan yang benar - benar sederhana.
Empat puluh menit kemudian si Faynem berdiri, nenek tua bangka itu pamit karena maklum lah orang kalo sudah tua sudah tidak bisa lagi menahan dinginnya malam lama - lama. Rematik bro rematik.
Di depan pintu Faynem berkata sebelum pergi, "Sur, mata lu masih begitu aja"
"Udah - udah jangan bahas aneh - aneh nenek tua!!" Sergah Insur.
Mbak Hana pun ikut pamit.
"Perlu saya anterin mbak Hana?" Tanya Insur.
"Boleh." Jawab mbak Hana.
Insur pun pergi mengantar mbak Hana, sementara Pantam juga pamit dan segera menggenjot sepeda butut miliknya.
"Hati - hati mbak Hana, Insur tuh perjaka tua yang gampang nafsuan!" pesan Pantam.
Mbak Hana hanya tersenyum mendengar perkataan Pantam.
"Kampret luuu!!!!" hardik Insur ingin menendang Pantam tetapi Pantam telah jauh, yang terdengar hanya tawanya yang khas menggema di ujung jalan yang gelap "Kyahahahahhaha......"
"Gak usah dengerin si Pantam. Mari mbak Hana gua anter pulang."
Insur dan mbak Hana pun berjalan beriringan. Di desa tempat mereka tinggal jarang ada lampu, maklum desa tersebut memang belum begitu tersentuh pengembangan proyek listrik. Apalagi kisah beberapa tahun yang lalu yang menyelimuti desa tersebut layaknya sebuah dongeng, sangat itu Insur.... ahhh sudahlah kenapa ceritanya jadi kemana - kemana.
Kembali pada cerita Insur mengantar pulang mbak Hana berjalan kaki. Jalan yang belum kesemuanya ada lampu membuat suasana hening dengan beberapa sudut gelap kiri dan kanan. Mereka berdua menyusuri jalan setapak di samping sungai menuju jembatan Agung.
"Sur elu mulai kerja dong besok?"
"Iya mbak hana, tapi cuma sekali kerja ajeee"
"Loh? terus abis itu nganggur lagi?"
"Kagak mbak hana, ini sekali kerja bayarannya gedhe!! 40 juta!!! jadi sekali kerja besok uangnya langsung bisa ane jadiin modal buat buka usaha kecil - kecil an biar gak nganggur lagi gitu." Jelas Insur berapi - api.
Mbak tersenyum melihat Insur bercerita tentang apa yang akan direncanakannya.
"Kalo udah buka usaha terus gimana Sur?"
"Ya berarti gua udah gak nganggur lagi kan mbak Hana"
"Maksud gua trus luu nikah?"
"Nikah?"
"Iya, nikah Sur."
Insur terdiam menatap mbak Hana yang kini juga menatap dengan penuh arti. Tiba mereka berdua terdiam sesaat. Hanya sesaat karena dibalik keremangan pojok jalan muncul siluet bayangan sosok orang mencurigakan mendekati mereka berdua.
Insur segera siaga, dia merentangkan tangannya layaknya pelindung bagi mbak Hana yang ada di belakangnya.
"Kamu yang tadi siang bertemu pak Cik?"
"Iya. siapa kamu?"
"Kamu gak usah tau siapa aku. Apa hubunganmu dengan pak Cik?" Tanya orang tersebut dengan suara parau sembari mulai mendekat, dan terlihat lah wajahnya.
Ternyata dia Mbezi!!!! Si Pembunuh bayaran kelas kakap di era perang beberapa tahun lalu! Namanya cukup menggema saat itu sehingga seakan - akan tidak ada yang tidak gentar jika sudah didatanginya.
"Bukan urusan lu" Jawab Insur sekenanya.
Gila, gila, gilaaaaa.... matih gua didatengin Mbezi!!! batin Insur tetapi dia tetap terlihat tenang. Sementara mbak Hana meringkuk ketakutan di belakang Insur.
"Lu tau gua?" Tanya Mbezi.
"Lu tau gua?" Tanya Insur balik.
"Kagak." Jawab Mbezi.
"Ya udah sama, gua juga kagak tau dan kagak mau tau!" Jawab Insur dengan ketus.
Pertarungan tak dapat terelakkan lagi, Mbezi dengan garangnya maju memukul kepala Insur, Insur pun juga maju memukul kepala Mbezi.
Duuuuuazzzzhhhhh!!!
Keduanya sama - sama terkena pukulan! Insur berdarah, berdiri agak sempoyongan. Begitu juga Mbezi berdarah, dia jilat darah di sudut bibirnya lalu tersenyum dan menatap Insur dalam - dalam.
"Baru kali ini gua merasa seri saat bertukar pukulan dengan seseorang. Ini menarik! Siapa nama mu bung?"
"Kacang kwaci" Jawab Insur sekenanya.
"Benar - benar pribadi yang menarik. Kali ini gua biarin lu lolos karena kayaknya ada suara polisi datang." Kata Mbezi dengan senyuman yang seakan - akan dia telah menemukan lawan yang tepat yang selama ini dia cari.
"Bodho amat!" Gerutu Insur sambil membatin ternyata si Mbezi ini pukulannya keras juga!!!! kampret!!!!
Wiuww wiuwww...
Suara sirene mobil polisi mendekat. Ternyata mbak Hana yang tadi ketakutan di belakang telah menelepon polisi. Mendengar suara langkah polisi yang semakin mendekat maka Mbezi pun lari menghilang di balik kegelapan malam saat itu dengan tawanya yang khas, "Guarrararararraraaa......."
Empat polisi tiba di lokasi melihat Insur yang dipapah mbak Hana.
"Dimana si pembunuh bayaran Mbezi itu?" Tanya salah satu yang polisi yang merupakan komandan pada mbak Hana.
"Dia sudah kabur pak Ladusong. Aduhhh saya ketakutan setengah mati. Dan ini si Insur mulai kena pukul."
"Ahhh beruntung sekali kalian berdua masih hidup, biasanya si Mbezi tidak pernah meninggalkan korbannya dengan masih bernyawa" Kata pak Ladusong sembari menatap Insur.
Mereka pun bubar. Mbak Hana diantar polisi menuju rumahnya, sementara Insur pulang sendiri karena tidak mau diantar.
Di kos nya Insur merebahkan diri sembari berpikir, "Apaan sih ini, kenapa si Mbezi jadi ada hubungannya dengan pak Cik ya?"
Akhirnya Insur tertidur setelah menenangkan jiwanya dengan menonton beberapa film dewasa di hapenya...... bentar - bentar, kampret!!!! dasar tokoh utama bejat!!!! seppuku!!! bunuh diri loe kampret pengangguran!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments