Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!

Pagi insur terbangun lebih dulu dari pada jam wekernya. Insur terduduk, sekarang ingin rasanya dia balas dendam. Biasanya jam wekeernya lah yang menunggu, tapi kali ini ohhh jangan kira kawan, Insur lah yang ingin menunggu jam weeker itu berbunyi. Selang beberapa menit jam weker itu pun berbunyi nyaring....

"Dasar pengangguran... dasar pengangguran...."

Segera Insur mematikan jam wekernya dan mendengus puas. Hari ini rasanya kemenangan telah berada di genggaman tangannya. Tapi menang atau kalah, pengangguran tetaplah pengangguran. Ruahahahhaha......

Kembali ke cerita. Insur langsung menuju kamar mandi umum, tak disangka di dalam kamar mandi itu sudah ada Bambang yang mandi sambil bernyanyi.

"Lihat kebun ku penuh dengan bunga, ada yang putih dan ada yang merah....."

Kampretttt bener ini Bambang, suara nyanyiannya bikin sebel. Intonasinya gak dapet, pitch nya kurang, secara irama sih it's ok gua setuju bangetz kalo asik, cuman tolong deh mimik muka itu harus dapet, trus kontrol tebal dan tipis suara itu harus..... Bentar - bentar, kenapa pengarang jadi serasa dewan juri acara musik!!!! Sadar wooooiii sadar!!!!

Jadi Insur mulai ngambek mendengar Bambang yang nyanyi tak karuan udah gitu mandinya lama banget.

"Eh elu kalo mandi yang cepet Bambang!!"

"Apaan? Gua yang mandi kenapa elu yang sewot?!!!"

"Gua ngantri nya lama kampret! Keburu siang dasar kacang kuaci!!!"

"Urusan luu bukan urusan gue"

"Oh gitu, dasar tutup panci!"

"Eh berani luu ya Sur!"

"Apaan sini looo!"

"Eluu yang sini, belum tau siapa gua?"

"Siapa?"

"Tuu kan lu pikun, udah tau gue Bambang, dasar pikun luuu Sur!!"

Dan pertarungan mulut mereka pun beradu panas. Untung saat itu ada Faynem yang melerai mereka berdua. Dan pagi itu semua berjalan seperti biasanya. Amat sangat seperti biasanya.

Setelah mandi dan berpakaian necis Insur segera berjalan kaki menuju warung kopi Pak Cik. Sudah lama rasanya tidak merasakan gurihnya kopi susu spesial buatan Pak Cik. Di tengah jalan dia bertemu Dipaidi yang merupakan polisi anak buah komandan Ladusong.

"Mau kemana Sur?"

"Biasa, ngopi di tempatnya Pak Cik"

"Nahhh kebetulan, hari ini gua juga pengen kesana. Mumpung bebas tugas Sur. Yok sini nebenh gua aja!"

Tawaran dari Dipaidi langsung diterima oleh Insur. Dia segera menaiki jok belakang motor butut milik Dipaidi.

"Okkaaay, siap beraksi Fransisco?"

"Siapa Fransisco?"

"Ini, motor gua, namanya Fransisco..... Are you ready Fransisco?" Kata Dipaidi sembari menggeber motornya, ngeeeeeeng ogrok ogrok ngeeeeeeeng ogrok ogrok.... Dan motornya pun macet.

"Waduh gawat Sur!"

"Kenapa motor lu mogok gini?"

"Gua lupa isi bensin si Fransisco"

"Aahhhh kampret lu!"

"Bantu dorongin lah Sur!"

Mau tak mau Insur akhirnya mendorong motor butut yang bernama Fransisco ini hingga ke tempat tokonya mbak Hana. Insur ngos - ngos an istirahat di bawah pohon jambu milik mbak Hana sambil sesekali melirik mbak Hana yang dikenal janda paling bahenol di desa itu.

Dan tak sengaja mbak Hana pun juga menatap mata Insur. Dan keduanya saling menatap sepersekian detik, iya, sepersekian detik yang paling membahagiakan bagi keduanya. Dan mbak Hana pun tersenyum tersipu malu, aduuuuuhhhh manis sekali, seberapa manis kadar gula dalam senyumannya.

"Wooooi Sur!!! Ayuk! Udah di isi penuh nih bensinnya!!!" Teriakan Dipaidi membuat Insur tersentak dan segera naik jok belakang motor dan langsung motor tersebut melesat di jalanan. Mbak hana hanya melihat sambil tersenyum ketika motor tersebut mulai menjauh.

Di jalan yang searah jembatan Agung itu memang jalan yang cukup besar, cukup lah untuk empat jalur mobil. Tetapi jalanan tersebut selalu sepi. Pagi, siang, sore, malam.... Selalu sepi. Bahkan tidak ada truk pengangkut barang yang pernah melewati satu - satu nya jalan aspal di desa tersebut.

Ngeeeeng groook grokk grokk ngeeeengg grok grok grokkk....

Suara deru motor butut Dipaidi itu memenuhi jalan itu. Tiba - tiba dari arah belakang muncullah Pak Gaelani dengan becaknya yang dia beri nama Rudolfo.

"Woooooiii lu berdua!!!!"

Insur dan dipaidi kaget mendengar teriakan Pak Gaelani. Mereka pun berhenti.

Pak Gaelani memandang keduanya dan berkata, "Hemmmm berani juga ya lu berdua melenggang di wilayah gua dengan santainya."

"Maksud lu apaan Pak Gaelani?" Tanya Dipaidi, sementara Insur hanya terdiam.

"Gua raja jalanan di sini, dan gua lihat motor lu ok juga buat lawan tanding becak gua."

"Ooooohhh lu nantangin motor gua ya, kenalin namanya Fransisco!"

"Ahhh elu belum tau aja kekuatan dari becak gua, namanya Rudolfo"

"Ah lu nantangin?"

"Hayuk siapa takut!"

Keduanya pun sepakat melakukan yang finish nya adalah warung kopi Pak Cik. Keduanya bersiap. Tanpa Hitungan, keduanya serempak menngenjot kendaraan mereka bersama - sama. Awalnya motor dipaidi berada di depan, tetapi ternyata itu tidak bertahan lama!!! Dengan segera becak Pak Gaelani menyusul dan mereka pun sejajar kembali.

Ini adalah balapan paling fantastis dan membahana abad ini. Terlihat di depan ada tikungan 90 derajat yang mematikan.

Pak Gaelani tersenyum dan berkata "Ahhh inilah tikungan manuver yang paling gua kuasai.... Rasakan ini anak muda...."

Dan ternyata Becak milik pak Gaelani berhasil masuk melalu celah sempit di tikungan dan berhasil mengasapi motor Dipaidi dan Insur. Tapi Finish masih jauuuuhhh, apa pun masih bisa terjadi, tidak ada kata pasti dalam dunia balapan kawan. Terlihat di depan ada jalan later S yang berbahaya.

"Ahhhh inilah saatnya aku unjuk gigi, tak kan kubiarkan becak itu mengalah Fransisco!!! Majuuu Fransisco!!!" teriak Dipaidi.

Dan ternyata benar! motor butut itu merangsek dengan manuver yang amat sangat cantik melewati becak pak Gaelani yang selama ini menguasai legenda jalanan di daerah tersebut.

Ini spektakuler!!!! Ini Bombastis!!!

Tapi finish masih belum terlihat, dan masih ada kesempatan Becak Pak Gaelani untuk melakukan take over sekali lagi!!! Jalan yang terakhir adalah lurus. Ini sudah bukan masalah adu tanding antara skill yang dimiliki Dipaidi ataupun Pak Gaelani, tetapi lebih kepada kekuatan yang dimiliki oleh motor bernama Fransisco dengan becak bernama Rudolfo!!!

Ini rintangan terakhir bagi keduanya karena warung kopi Pak Cik sebagai tanda finish mulai terlihat.... Motor dan becak itu digeber semaksimal mungkin..... Awalnya motor Dipaidi yang berada di depan.

"Rasakan asapku ituuuuu.... majuuu fransisco!!!!" Teriak Dipaidi merasa yakin kalau dia sudah menang.

Tapi dia tidak tau apa yang akan terjadi. Pak Gaelani tersenyum dan berkata, "Masih terlalu cepat seribu tahun bagimu untuk mengalahkanku anak muda, maju Rudolfooooo!!!"

Entah bagaimana secara tiba - tiba becak pak Gaelani yang dikenal memiliki akselerasi paling top itu meluncur dengan cepat.....

Dan Finish mulai terlihat.....

Dan keduanya sudah mencapai batas maksimal dari kendaraan masing - masing....

Dan finish!!!!!!!!!

Dipaidi dan Pak Gaelani sama - sama berpeluh keringat. Keduanya sama - sama tersenyum. Karena keduanya finish bersamaan!!! Artinya mereka seri!!!!

"Tidak buruk juga lu Dipaidi."

"Ahhh anda juga masih sangat kuat Pak Gaelani."

Keduanya pun berpelukan, sementara Insur meninggalkan mereka berdua dan langsung menuju ke tempat Pak Cik.

"Pak Cik Kopi Susu satu, yang manis!" Teriak Insur. Dia merasa bodho amat dengan Dipaidi dan pak Gaelani. Iya benar. Bodho amaaaaat!!

Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!