Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!

Insur menggeliat pagi itu. Arrrghhhh nikmatnya hidup santai pengangguran. Heemmmm aroma kopi, suasana tenang pagi hari, dan gurihnya tembakau yang terbakar begitu sedap di dadanya. Sungguh suasana pagi hari yang nyaman, suasana pagi hari yang menenangkan hati, suasana pagi hari yang........

Brruaaaakkkkkk!!!

Suara pintu kos yang dibuka secara kasar membuat suasana pagi hari Insur hancur sudah.

"Siapa itu kampret?! Ketuk pintu yang santai woooooiii!" Teriak Insur mulai naik pitam.

"Maaf Sur gua buru - buru ada kabar penting buat luuu!!!" Jawab pantam yang ngos - ngosan karena berlari.

Tampaknya Pantam sungguh terburu - buru menyampaikan berita yang tampaknya amat sangat penting untuk disampaikan itu.

"Ada kabar penting apa Tam?" Tanya Insur.

"Iya ada kabar penting buat lu Sur." Jawab Pantam.

"Iya kabar apaan?"

"Jadi gua lari sampek ngos - ngos an tadi soalnya ada kabar penting!"

"Makanya kabar apaan itu?"

"Tau gak gua sampek haus looo...."

"Gak peduli kampret, kabarnya apaan?!!!"

Mereka berdua berdua berpandangan. Saling terdiam.

"Lu ngajak ribut Tam?" Tanya Insur.

"Sabar, kamu dengerin dulu kabar ini."

"Iya trus kabarnya apa?"

"Kabar ini amat sangat penting."

Insur terdiam, tidak bertanya lagi. Dia menyeruput kopinya dengan tatapan menahan emosi yang siap meledak.

"Jadi ini kabar penting buat luuu Sur." Lanjut Pantam.

Insur tetap terdiam, dinyalakannya sebatang rokok.

"Nahhh jadi karena kabar ini penting makanya gua tadi berlarian buat nyampein ke elu Sur."

Insur masih terdiam. Dia menyedot pelan hembusan demi hembusan rokoknya. Setelah 30 menit kemudian.....

"Jadi gini Sur, kan ini kabar penting..........Aaaaargggghhh...."

Gubraaaaakkkkkk.......!!!

Pantam tertendang tepat di muka dan menabrak pintu kos hingga terjerembab di halaman depan.

"Elu terlalu bertele - tele kampret!!!!! Ngajak ribut lu??!! sini!!!" Insur berteriak penuh amarah.

Bambang yang merupakan tetangga dekat kos Insur sampai kaget.

"Sabar Sur, ada masalah apa Sur? Pantam lu bangun sini, kita selesaikan masalahnya baik - baik." kata Bambang mencoba melerai Insur dan Pantam.

Pantam yang mukanya bonyok mulai berdiri dengan susahnya karena badannya memang besar sehingga pantam pernah mendapat julukan: sekali duduk susah berdiri!

"Jadi gini Bambang, gua kan cuma kasih berita, eh tiba - tiba Insur marah - marah gak jelas!" Ucap Pantam membela diri.

"Eh siapa yang gak jelas, lu atau gua??!! Jadi gini Bambang, si Pantam mau kasih kabar tapi ribet gak jelas gitu. Muter - muter!!" Ucap Insur menjelaskan.

"Yang bener luuu!!! Elu yang ribet, gitu Bambang!"

"Dia yang ribet, kenapa nyalahin orang, Bambang!"

"Ngaca dong, Bambang!!"

"Gua? gua? gua?!!! Eluuu, Bambang!!"

"Dasar Bambang!"

"Pala lu Bambang!"

Dan.......

Duuuuaaaghhh!!!

Keduanya pun ditonjok mukanya oleh Bambang.

"Lu kalo berdua kalo mau berantem ya berantem aja, ngapain nama gua lu bawa - bawa!!!" Teriak Bambang marah - marah.

Bambang pun mengamuk, diambilnya sapu lidi lalu diayunkannya layaknya akrobat kera sakti memainkan tongkat saktinya. Insur dan pantam mulai ketakutan dan saling berpelukan.

"Sabar bambang, sabar...." Ucap Insur sembari gemetaran karena takut.

"Tidak ada maaf bagi kalian berdua anak muda, rasakan pukulan ini.... ciaaaat... ciattt......" Teriak Bambang sembari memukulkan sapu lidi berkali - kali ke arah Insur dan Pantam.

Keduanya terkapar di tanah dengan tidak berdaya setelah menerima jurus 106 pukulan sapu lidi milik bambang. Melihat Insur dan Pantam yang terkapar, Bambang pun iba.

"Kasihan sekali kalian berdua, maaf, sebagai permintaan maaf sini gua genapin pukulan jadi 200!!!" Ucap Bambanh dengan penuh semangat berapi - api.

"Luuuu gila!!! itu bukan kasihan tapi kesadisan Bambang!!!" teriak Insur dan Pantam bersama - sama sembari lari terbirit - birit.

Bambang tidak mengejar mereka berdua. Dia hanya melihat dari kejauhan keduanya berlari menuju sungai dekat daerah tersebut. Sungai itu adalah sungai Tasbran. Satu - satunya sungai di desa KangAgung. Ukuruan sungai Tasbran itu lebar sekali walaupun tidak terlalu dalam.

Setelah dilihatnya Insur dan Pantam yang mulai menghilang dari pandangan, lalu Bambang mulai melanjutkan menyapu rumahnya kembali.

Di tepi sungai Insur dan Pantam duduk berselonjor kaki karena kelelahan berlari. Mereka berdua sama - sama kehabisan napas. Maklumlah kalau usia semakin tua pasti stamina juga semakin menurun. Begitu juga stamina pada duo sahabat kocak ini.

"Jadi ada kabar yang perlu gua sampein nih Sur... hoshhh... hoshhh...." Kata Pantam dengan napas tersengal - sengal.

"Kabar apaan Tam? hoshhh... hossshhh" Tanya Insur yang napasnya juga ikut tersengal - sengal.

"Ada loker jadi tukang antar paket... hosshhh... hoshhh..." Lanjut Pantam.

"Trusss? hoshhh... hossshhh..." Tanya Insur yang mulai fokus pada perkataan Pantam.

"Kerjanya cuma sehari, satu kali antar itu aja, tapi gajinya lumayan gedhe. hoshhh... hoshhh..."

"Emang berapa gajinya? hosh.... hoshhhh..."

"40 juta. hoshhh... hosshhh..."

Mendengar gaji yang begitu banyaknya itu seketika Insur terdiam. Insur lalu bangkit berdiri dengan penuh semangat.

"Ini dia kerja yang gua tunggu - tunggu Tam. haaah, akhirnya hari dimana gua akan bekerja dimulai. Kerja yang benar - benar sesuai dengan jiwa malas gua. Sekali kerja bayaran gedhe, terus malas - malasan lagi. Zehaahahahahha...." Insur tertawa jahat dengan kerasnya.

"Kyahahahhaha...." Pantam pun ikut tertawa jahat.

"Zehahahah...."

"Kyahahahahaa...."

"Zehahahaa...."

"Kyahahahha...."

Keduanya tertawa jahat bersama layaknya tokoh jahat dalam sebuah film sembari diterangi cahaya sore di tepi sungai itu. Sungguh duo sahabat sepemikiran dalam hal kepicikan, ruahahaha....

"Besok wawancaranya pukul 5 pagi Sur." Kata Pantam memberi penjelasan lebih lanjut.

Insur tiba - tiba melotot pada Pantam.

"Apaan dasar tutup panci?! Jadwal gua bangun pagi itu pukul 10 pagi! Ingat 10 pagi Tam!!! Lagian ngapain wawancara pukul 5 pagi?!!" Gerutu Insur.

"Gak tau gua. tertulisnya gitu Sur, wawancara pukul 5 pagi." jelas Pantam.

"Gawat.... gawat..... berati gua harus beli jam weker Tam agar gua bisa bangun jam segitu" Kata Insur sembari berjalan ke kiri dan ke kanan layaknya orang kebingungan.

"Iya beli aja tuh di toko mbak Hana, banyak disana." Ucap Pantam memberi masukan pada Insur.

"Ohhh iya ya Tam! Wah kok aku gak kepikiran ya. Ya udah aku berangkat ke toko mbak Hana dulu Tam.... makasih infonya!" Ucap Insur.

Insur pun bergegas berlari ke toko mbak Hana yang dikenal sebagai janda paling bahenol dan seksi di desa KangAgung itu. Mbak Hana merupakan salah satu dari beberapa perempuan desa KangAgung yang pernah dinobatkan sebagai perempuan pemersatu bangsa desa KangAgung. Ruahahaha....

Tapi kini Insur tidak terpikir untuk ke arah sana, karena saat ini segala pikiran Insur hanya tertuju satu hal untuk besok, yaitu "paketttt!!!!!!". Sore itu segalanya indah.... Kaki Insur yang telah lama diseret akhirnya akan dihentakkan kembali.... Sekalipun tertatih, secercah harapan yang mungkin bagi orang lain itu hanya hal kecil, tapi bagi Insur itu adalah Oase di tengah gurun Sahara.

Terpopuler

Comments

tintakering

tintakering

mantap ini duo kocak😁😁😁

2022-08-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!