Malam itu setelah selesai sholat maghrib berjamaah, si Pantam dan Bambang mengendap - endap mengawasi rumah pak Kaji Dauh.
"Lu siap Bambang?"
"Gua siap, lu siap Pantam?"
"Gua siiiiiiap dong, lu siap Bambang?"
"Gua selalu siap, lu siap Pantam?"
"Gua amat sangat siap, lu siap Bambang?"
"Aku siap, aku siap, lu siap Pantam?"
Mereka pun bertukar pertanyaan persiapan hingga 40 menit. Kadang persiapan dan perencanaan semakin terlalu matang maka semakin tidak berguna dan terlihat konyol. Benar - benar gak guna.
Mangga matang milik pak Kaji Dauh terlihat begitu menyilaukan, apalagi saat tertimpa cahaya bulan di malam yang cerah tak berawan saat itu. Bambang dan Pantam menggeliat menahan nafsunya untuk segera mencicipi mangga tersebut. Semuanya harus sesuai strategi yang telah mereka rencanakan baik - baik
Mulailah mereka menjalankan rencana mereka ketika Pak Kaji Dauh terlihat sedang bersantai di teras dengan rokok terselip di jari - jari tangan kanannya. Si Bambang pura - pura pulang melewati rumah pak Kaji Dauh.
"Permisi pak Kaji Dauh"
"Oh lu iya Bambang, dari mana lu"
"Tadi abis dzikir kelamaan di masjid pak Kaji"
"Ahhh mulai bertobat rupanya kau. Duahahaha....., Mampir sini dulu nak Bambang."
"Boleh."
Bambang pun masuk halaman rumah pak Kaji Dauh, duduk di samping pak Kaji Dauh dan mengambil satu batang rokok dan menyalakannya tanpa meminta izin yang punya. Hoho sungguh mulia dan beradab sekali si Bambang ini, dasar kampret!!!
"Ada perlu apa ya nak Bambang?"
"Kagak ada perlu apa - apa, kan tadi pak Kaji Dauh yang nyuruh saya mampir"
"Ohhh iya - iya, gua lupa. Maklum sudah tua. Duahahaha.... Gimana kabar Insur? Udah mulai membaik?"
"Udah pak Kaji Dauh, tapi kan butuh waktu juga buat pulih dengan kejadian bom tersebut."
Akhirnya Bambang dan pak Kaji Dauh ngobrol ke sana kemari tak karuan. Pantam yang tadi sembunyi di semak - semak mulai keluar, dia mulai beraksi layaknya sang ahli di bidangnya. Dia memberi kode kepada Bambang.
"Meeeoooong........" Seru Pantam menirukan suara kucing.
"Siapa itu?!!" Seru pak Kaji Dauh kaget mendengar suara kucing di balik keremangan samping halamannya yang luas.
"Kuuuciiiinggg...." Jawab suara Pantam
Merasa ada yang salah pantam segera membenahi kalimatnya, "Eh salah, meeeeeoooooonggg...."
"Ohhh kucing." Kata pak Kaji Dauh.
Merasa ada kode dari Pantam maka Bambang segera mengajak pak kaji Dauh masuk untuk ngobrol di ruang tamu rumah pak Kaji Dauh. Pantam melihat dari kejauhan si Bambang dan pak Kaji Dauh yang masuk rumah. Inilah saatnya! seru Pantam dalam hati. Dilihatnya mangga pak Kaji Dauh yang menggantung dengan gagahnya yang seakan - akan berteriak pada Pantam "ambil gua, ambil gua".
Pantam pun bergegas menghampiri pohon mangga tersebut dan bersiap untuk memanjatnya. Huppp hiyahhhh... Pantam yang berukuran gendut itu mulai berjuang memanjat pohon mangga tersebut, dan ternyata.... Kampret!!!! Pohon mangga tersebut sudah dilumuri minyak bening sehingga sulit untuk dipanjat!!!! Betapa liciknya pak Kaji Dauh menjaga buah mangga nya.
Pantam tidak menyerah, dilihatnya sebuah galah di samping rumah, dia ambil galah itu. Saat dipegangnya galah itu, ternyata galah itu juga jebakan dengan semut yang besar - besar keluar dari celah galah dan menggigiti tangan Pantam. Kampreeeetttt! Pantam menahan berteriak sembari segera mengibaskan tangannya membersihkan dari semut tersebut.
Pantam tidak menyerah, dilihatnya pohon mangga ini bersebelahan dengan pohon nangka besar. Tanpa ba bi bu lagi si Pantam segera memanjat pohon nangka itu. Dimana ada usaha disitu ada jalan! Dengan tubuh gendutnya Pantam memanjat pohon nangka tersebut, saat akan berada di puncaknya, dia kaget, dia tak menyangka karena......
Di atas pohon nangka itu sudah ada Insur!!!
"Hah lu udah sadar sur?"
"Iya udah dari tadi."
"Ngapain lu di sini Sur?"
"Ya sama kayak elu Tam."
"Ohhh mau ngaji bareng ya?"
"Pala lu ngaji, mau curi mangga kampret!"
"kyahahaha...."
"Zehahaha..."
Kedua sahabat ini tertawa bersama - sama di atas pohon nangka tersebut.
"Gua ambil mangga duluan yee Sur..." Kata pantam sembari siap melompat dari pohon nangka ke pohon mangga.
"Eh gak bisa dong! Masa lu duluan yang ambil, kan gua yang tuba duluan!" Seru Insur sambil mendekap tubuh Pantam dari belakang, menghalangi Pantam agar tidak bisa melompat.
"Apaan sih luu Sur?!"
"luu yang apaan!! gua duluan kampret!!"
Kedua sahabat ini akhirnya berjibaku di atas pohon nangka. Pergulatan itu cukup sengit, hingga akhirnyaaa......
Debummmmmmmmm!!!!
Keduanya terjatuh dari pohon nangka tersebut. Mendengar suara dentuman keras dari halaman, pak Kaji Dauh dan Bambang pun segera berlari keluar dan mereka melihat Insur dan Bambang yang mengaduh kesakitan.
"Duahahahahahaha....." Tawa pak Kaji Dauh terdengar keras hingga tersengal - sengal melihat keduanya.
Bambang berkeringat dingin, aduh si Pantam ketahuan matih gua nanti kalo kena juga, dan si Insur ikut - ikutan pula...
Pak kaji Dauh melingkarkan tangannya ke leher Bambang sambil berkata, "Udah - udah, gua udah tau lu bertiga mau ambil mangga gua. Udah entar gua kasih. Duahahahaha..."
Insur masih sewot aja.
"Udah ayuk sekarang ke masjid dulu, udah isyak!"
mereka bertiga pun menuju masjid bersama pak Kaji Dauh. Sepulangnya dari masjid mereka bertiga kembali ke rumah pak Kaji Dauh dan mengobrol bersama dengan hidangan mangga segar yang sudah dikupas di depan mereka.
"Jadi gimana menurut lu sur?"
"Kayaknya dalang dari peristiwa bom itu justru di Anci bukan Pak Cik."
"Nahh setuju. Jadi semua berpusat di Anci ya"
"Iya sih. Tapi saat ketemu Mbezi, katanya gua disuruh jauhin pak Cik bukannya Anci."
Mendengar nama Mbezi disebut Bambang pun kaget ketakutan dan tersedak buah mangga. Sementara Pantam masih makan mangga dengan lahapnya.
Setelah habis sudah mangga, mereka bertiga berpamitan pada pak Kaji Dauh dan pulang menyusuri jalan setapak tepi sungai.
"Baik banget ya pak Kaji Dauh itu." Kata Pantam sambil mengelus - elus perut super buncitnya.
"Si tua itu cukup cekatan di usia tuanya Tam."
"Maksud lu Sur?"
"Luu tau kenapa tadi pagi gua bisa bebas dengan mudahnya dari kantor interogasi pemerintahan? Yaitu karena pengaruh pak Kaji Dauh"
"Wah wah, ternyata sempat punya nama juga ya tuh kakek ******"
"Iya, dia dulu...."
Bammmmmm!!!!!!
Tiba - tiba tanah bergetar karena muncul mbezi tanpa diduga.
"Guararararra.... Tampaknya ini malam purnama yang tepat Insur. Mari kita tentukan hasil pertandingan seri sebelumnya... Guarrarara...." Ucap Ladusong bersemangat.
Di bawah bulan purnama dingin itu nampak siluet Mbezi di satu sudut, dan siluet 3 orang yang menahan paniknya di sudut lain. Mbezi tersenyum kejam serta menjilat bibirnya sendiri yang dipenuhi banyak luka. Monster ini menyeringai karena telah menemukan rival yang mampu memompa semangat hidupnya kembali! Dan orang yang dianggapnya rival sepadan itu adalah Insur!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments