Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti

Di ruang interogasi itu si Insur menundukkan kepalanya dengan tatapannya yang tanpa sinar kehidupan. Dia masih syok dengan apa yang telah terjadi. Di Depannya duduk pak Ladusong dengan mimik muka menyeramkan dan menyelidik.

"Insur, sebaiknya anda bisa kami ajak bekerja sama dengan baik, mengerti?!!" Bentak pak Ladusong menjelaskan.

Tetapi Insur tetap terdiam dan tidak menyahut. Lama kondisi diam itu dibiarkan begitu saja. Pintu diketuk, seorang polisi datang dengan membawa nampan berisi dua kopi susu, sebungkus rokok ber merk, dan juga asbak. Selesai menghidangkan semuanya dia unjuk diri berpamitan. Pak ladusong membuka bungkus rokok, menyulut rokok satu batus batang dan menghembuskannya ke depan menerpa wajah Insur.

"Hey Sur! Membunuh adalah kejahatan yang serius. Ini bukan permainan anak - anak. Kamu tau berapa orang meninggal gara - gara bom yang kamu bawa kemarin? Berapa banyak orang tidak bersalah harus menderita?"

Dengan tenang disruputnya kopi susu, lalu memandang Insur yang masih juga menunduk lesu. Pak Ladusong segera menarik kerah Insur dan menggebrak meja dengan kerasnya.

"Jawab kampret!!! Dasar pembunuh!!!"

Insur masih memandang kosong.

Pintu diketuk kembali, lalu terbuka dan nampaklah Faynem dan Pantam.

"Siapa anda? Ini ruang interogasi!!! Dilarang masuk tanpa ijin dari...."

Bruuuuaaaakkkk....

Pak Ladusong terjerambab dengan satu tendangan dari Faynem.

"Diam kamu anak muda. Ahhhh dasar anak muda jaman sekarang kurang sopan santun pada yang lebih tua. Tam, bawa Insur pulang!" Kata Faynem sambil berkacak pinggang.

"Apaan kamu nenek tua!!! Dia tersangka kasus bom yang...."

Bruaaaaaaakkk...

Lagi - lagi pak ladusong ditendang di muka oleh Faynem. Pantam langsung memapah Insur keluar dari ruang Interogasi yang remang - remang tersebut. Tinggalah si Faynem dan Pak Ladusong. Mereka berdua terdiam. Mereka berdua siap dalam posisi bertempur.

Ini tidak terelakkan lagi, pak ladusing maju memakai pukulannya pada Faynem si nenek tua keriput. Faynem menghindar ke samping. Tapi ternyata serangan pak Ladusong tidak terhenti di situ saja karena serangan beruntun berikutnya adalah Max Elbow, suatu serangan dengan sikut yang ditujukan pada kepala nenek Faynem.

Tidakkk ini tidak bisa dihindari!

Terpaksa Faynem memakai salah satu jurus andalannya, serangan Gigi Palsu Max Brillian!!! Serangan gigi palsu itu tepat mengenai muka pak Ladusong hingga target jurus Max Elbownya meleset dan mengenai tembok ruang tersebut.

Ddduuuuarrrr brrruuukkkk....

Suara Dinding yang jebol terdengar sangat keras. Kebetulan dinding yang jebol itu adalah dinding yang membatasi ruang interogasi dengan ruang toilet di sampingnya. Dan kebetulan lagi saat itu ada seorang anak buah pak Ladusong yang sedang buang air besar.

Pak Ladusong memandang anak buahnya yang bernama Dipaidi tersebut dengan terbelalak. Dipaidi pun memandangnya dengan mulut ternganga karena kaget.

"Kampreeerttt!! Bau banget Dipaidi!!!!"

"Eh eluuu yang kampret pak Ladusong!! Gua buang hajat enak - enak malah lu ganggu!!!"

Keduanya berdebat, masih dengan celana Dipaidi yang melorot setengah karena dia belum selesai buang air besar. Maklum lah akhir - akhir ini Dipaidi selalu kesulitan saat buang air besar, rasanya seperti batu yang sulit keluar, mungkin kesehatannya kurang baik, bisa jadi juga kurang minum air putih, makanya perbanyak makan air putih, makan sayuran, ingat selalu empat sehat lima sempurna, dan juga asupan protein dalam..... Kampretttt!!! Woooiii ceritanya melenceng jauh woooooiii!!! Dasar pengarang gak bermutu!!!

Ehmm ehhmmm, maaf. Kembali ke cerita pertarungan Faynem dengan Pak Ladusong, dan juga pertarungan Dipaidi dalam mengeluarkan susah buang air besarnya. Faynem kembali memungut gigi palsunya siap menghadapi Pak Ladusong di ronde kedua ini. Pak Ladusong pun siap menghadapi si nenek Faynem lagi. Sementara Dipaidi mengejan dengan muka merah padam karena sulit sekali rasanya buang air besar.

Suasana kembali memanas dengan bau yang jelas - jelas tak asing lagi dan pastinya berasal dari Dipaidi. Tiba - tiba pintu dibuka, dan seorang polisi masuk dan melapor, "Lapor pak Ladusong, ada perintah dari atasan untuk membebaskan Insur!"

Akhirnya pak Ladusong mengendurkan sikap siaga bertarungnya begitu juga dengan si Faynem. Sementara Dipaidi masih juga berjuang mengejan sekeras - kerasnya.

"Yaa sudah nenek tua keriput, karena ada perintah dari atasan maka saya rasa Insur memang boleh dibebaskan. Dan pertarungan kita tidak perlu dilanjutkan lagi." Kata Ladusong.

Faynem pun tersenyum dan berkata, "Baguslah kalau lu paham. Heeehh sulit di usia nenek untuk bertarung lagi."

Keduanya bernapas lega. tiba - tiba....

Bruuuuuuuutttt preeeeeeettttt.....!!!

Dan kali ini Dipaidi juga ikut lega.

-----

Insur yang dibawa pulang ke kos oleh Pantam langsung tertidur begitu saja. Pantam pun merokok di luar kamar. Ini rumit. Rumit sekali. Awalnya Insur bercerita dia bertemu Mbezi tadi malam dan sekarang malah ada acara bom meledak segala. Rokok mengalir lembut keluar dari sela - sela mulut dan hidung Pantam.

Bambang yang kebetulan lewat menyapu depan rumahnya segera menghampiri si Pantam.

"Hoi Tam ada dua kabar penting nih!"

"Kabar apaan?"

"Yang pertama itu tuh pak Cik ketangkap polisi tadi siang!!!"

"Ah yang bener lu Bambang?!"

"Iyeee, katanya diduga terlibat pengeboman kantor pemerintahan tadi pagi."

Nahhh ternyata pak Cik si penjaja kopi itu tertangkap. "Lalu si Anci?"

"Anci berhasil kabur, cuma kantor sama motor sport lamborgini nya udah disita ama polisi"

"Nahhh berarti bener kan pelakunya yang asli emang pak Cik sama Anci!"

"Waduh Tam kalau gua kagak tau gimana detailnya, kalo pak Cik beneran nangis - nangis bilang gak tau apa - apa karena sebenarnya itu semua rencana Anci ngejebak pak Cik sama Insur. Sementara Anci nya sampek skrg juha masih buron!"

Pantam menyedot dalam - dalam rokoknya lalu menghembuskannya. Bambang pun tanpa segan meminta rokok pada Pantam, menyalakannya dan menikmati aroma tembakau yang menggelitik syaraf ujung hidungnya.

"Trus kabar Penting yang kedua apaan?" tanya Pantam.

Bambang pun menyeringai jahat dengan tatapan licik dia berkata secara halus, "Buah mangga depan pak Kaji Dauh tadi gua lihat udah pada mateng Tam."

Mendengar kabar itu pun Pantam tergelak seakan tak percaya. Mereka berdua pun akhirnya sama - sama tersenyum jahat.

Dengan semangat menggebu - gebu layaknya kapten bajak laut mereka berdua segera mengatur siasat licik di sore yang kotor itu.

"Ok luuuu Bambang ntar tugasnya bertamu ke pak Kaji Dauh, luuu ngomong apa aja deh pokoknya buat perhatian pak Kaji Dauh teralihkan. Nahhh Gua nanti yang bagian ambil tuh mangga!! Setuju?"

"Setuju komandan!!! Siap laksanakan!!!!"

Keduanya pun menyelaraskan yel - yel untuk memompa semangat mereka guna mencapai tujuan bersama.

"Bersama kita teguh, bercerai kita kawin lagi!!!!" teriak mereka berdua dengan jilatan licik di mata keduanya.

Dan adzan maghrib pun terdengar. Keduanya akhirnya sholat dahulu, berdoa dengan khusyuk agar rencana pencurian mangga pak Kaji Dauh dapat terlaksana dengan lancar. Dan yang saat itu menjadi imam adalah pak Kaji Dauh sendiri. Ahhhh apakah ini nasib? Ruahahahahha.......

Episodes
1 Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2 Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3 Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4 Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5 Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6 Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7 Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8 Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9 Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10 Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11 Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12 Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13 Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14 Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15 Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16 Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17 Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18 Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19 Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20 Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21 Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22 Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23 Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24 Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25 Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26 Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27 Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28 Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29 Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30 Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31 Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32 Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33 Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34 Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35 Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36 Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37 Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38 Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39 Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40 Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41 Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42 Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43 Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44 Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45 Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46 Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47 Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48 Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49 Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50 Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51 Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52 Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53 Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54 Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55 Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56 Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57 Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58 Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59 Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60 Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61 Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62 Bab 2 Chapter 12: Aku
63 Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64 Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65 Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66 Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67 Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68 Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69 Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70 Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71 Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72 Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73 Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74 Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75 Bab 2 Chapter 25: Berirama
76 Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77 Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78 Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79 Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80 Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81 Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82 Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83 Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84 Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85 Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86 Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87 Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88 Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89 Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90 Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91 Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92 Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93 Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94 Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95 Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96 Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97 Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98 Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99 Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100 Bab 2 Chapter 50: The End
101 Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102 Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103 Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Chapter 1: Awal Mula
2
Bab 1 Chapter 2: Paket!!!!!
3
Bab 1 Chapter 3: Antara Cinta (Nafsu) dan Harta
4
Bab 1 Chapter 4: Siapa kamu?
5
Bab 1 Chapter 5: Wawancara
6
Bab 1 Chapter 6: Keterkaitan Keterikatan
7
Bab 1 Chapter 7: Kekosongan, Kehampaan...
8
Bab 1 Chapter 8: Mengalir Tanpa Henti
9
Bab 1 Chapter 9: Mangga dan Bulan Purnama
10
Bab 1 Chapter 10: Sepakat? Sepakat!
11
Bab 1 Chapter 11: Pancing terusss.....
12
Bab 1 Chapter 12: Ngopi Dulu Jangan Panik!
13
Bab 1 Chapter 13: Rahasia dalam Rahasia
14
Bab 1 Chapter 14: Luka Lama, Lama - lama Jadi Luka!
15
Bab 1 Chapter 15: Sama - sama Lapor
16
Bab 1 Chapter 16: Smash!!! Smashhh!!!
17
Bab 1 Chapter 17: Sisi Penasaran
18
Bab 1 Chapter 18: Ternyata Oh Ternyata
19
Bab 1 Chapter 19: Alam Cerah, Jiwa Sepi
20
Bab 1 Chapter 20: Tekad yang Diwariskan
21
Bab 1 Chapter 21: Kecil Pandanganmu, Besar Pandanganku
22
Bab 1 Chapter 22: Daun Kering Terjatuh
23
Bab 1 Chapter 23: Dia Kembali?!
24
Bab 1 Chapter 24: Dia Datang, Dia Pasti Datang
25
Bab 1 Chapter 25: Kuda - kuda
26
Bab 1 Chapter 26: Kabut Putih
27
Bab 1 Chapter 27: Kisah Lama yang Usang
28
Bab 1 Chapter 28: Waduh, waduh, waduh.....
29
Bab 1 Chapter 29: Mungkin Malam Itu
30
Bab 1 Chapter 30: Bunga Kejahatan
31
Bab 1 Chapter 31: Rasa Cinta yang Alami
32
Bab 1 Chapter 32: Aku Tidak Setuju!
33
Bab 1 Chapter 33: Tetaplah Hidup meskipun Tidak Berrguna!
34
Bab 1 Chapter 34: Bahkan Kebodohan pun adalah Nikmat
35
Bab 1 Chapter 35: Hari Yang Dinanti
36
Bab 1 Chapter 36: Hewan Buas
37
Bab 1 Chapter 37: Hey Ganteng....
38
Bab 1 Chapter 38: Berakhir Seperti Ini?
39
Bab 1 Chapter 39: Urusan Anak Muda
40
Bab 1 Chapter 40: Tidak Memukul, Hanya Menendang
41
Bab 1 Chapter 41: Dendam Rudolfo
42
Bab 1 Chapter 42: Geleng dan Angguk
43
Bab 1 Chapter 43: Harus Tetap Hidup
44
Bab 1 Chapter 44: Orang Pingsan Tidak Merasakan
45
Bab 1 Chapter 45: Boneka ya boneka
46
Bab 1 Chapter 46: Penghalang Bikin Ribet
47
Bab 1 Chapter 47: Sebuah Rahasia
48
Bab 1 Chapter 48: Pengarang Tidak Bermutu
49
Bab 1 Chapter 49: Dok bukan Dog!!!
50
Bab 1 Chapter 50: Tekad Seseorang
51
Bab 2 Chapter 1: Aku Memperlihatkan Siang dan Malam
52
Bab 2 Chapter 2: Dibalik Bayangan
53
Bab 2 Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
54
Bab 2 Chapter 4: Hidup Kembali
55
Bab 2 Chapter 5: Membutuhkan Orang Lain
56
Bab 2 Chapter 6: Semoga, Semoga Saja...
57
Bab 2 Chapter 7: Kesepakatan
58
Bab 2 Chapter 8: Batu darah
59
Bab 2 Chapter 9: Sejarah Desa
60
Bab 2 Chapter 10: Siap, Laksanakan!
61
Bab 2 Chapter 11: Indahnya Pantai Kecoak
62
Bab 2 Chapter 12: Aku
63
Bab 2 Chapter 13: Artis Desa Balatara
64
Bab 2 Chapter 14: Auw, auww, auuwww...
65
Bab 2 Chapter 15: Imut sih tapi...
66
Bab 2 Chapter 16: Ngambek
67
Bab 2 Chapter 17: Pertarungan Tepi Pantai
68
Bab 2 Chapter 18: Badai datang
69
Bab 2 Chapter 19: Rapat Besar Empat Pilar
70
Bab 2 Chapter 20: Kantor Militer Membara
71
Bab 2 Chapter 21: Kloning Ladusong vs Tengud
72
Bab 2 Chapter 22: Keberkahan dan Neraka
73
Bab 2 Chapter 23: Aliran ilmu pedang Surin
74
Bab 2 Chapter 24: Kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi
75
Bab 2 Chapter 25: Berirama
76
Bab 2 Chapter 26: Kapal Besar Desa Magala
77
Bab 2 Chapter 27: Kerja sama
78
Bab 2 Chapter 28: Pencurian Tengah Malam
79
Bab 2 Chapter 29: Langkah Angin dan Masuk Angin
80
Bab 2 Chapter 30: Seperti yang Orang Lain Lakukan
81
Bab 2 Chapter 31: Keputusan Zhou
82
Bab 2 Chapter 32: Satu yang Lebih Baik dari Seribu
83
Bab 2 Chapter 33: Pemberontak, Desa Magala, dan Desa KangAgung
84
Bab 2 Chapter 34: Cinta Mendalam yang Sederhana
85
Bab 2 Chapter 35: Bambang dan Jurusnya
86
Bab 2 Chapter 36: Bantuan Desa Balatara
87
Bab 2 Chapter 37: Tinggal selangkah lagi
88
Bab 2 Chapter 38: Manusia Baik, Manusia Rusak
89
Bab 2 Chapter 39: Manusia Sampah
90
Bab 2 Chapter 40: Sepersekian Detik
91
Bab 2 Chapter 41: Becak Rudolfo Beraksi
92
Bab 2 Chapter 42: Sekarang Bukanlah Dulu
93
Bab 2 Chapter 43: Bola Slime Raksasa
94
Bab 2 Chapter 44: Kemenangan Desa KangAgung
95
Bab 2 Chapter 45: Pertarungan di Dasar Laut
96
Bab 2 Chapter 46: Pertarungan Pembalap
97
Bab 2 Chapter 47: Kelicikan vs Kelicikan
98
Bab 2 Chapter 48: Naga Angin di Puncak Gunung Kembar
99
Bab 2 Chapter 49: Pertarungan Tekad!
100
Bab 2 Chapter 50: The End
101
Bab 3 Chapter 1: Awal mula kedua
102
Bab 3 Chapter 2: Terang dan Gelap
103
Bab 3 Chapter 3: Sisa Semangat Hidup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!