Di ruang interogasi itu si Insur menundukkan kepalanya dengan tatapannya yang tanpa sinar kehidupan. Dia masih syok dengan apa yang telah terjadi. Di Depannya duduk pak Ladusong dengan mimik muka menyeramkan dan menyelidik.
"Insur, sebaiknya anda bisa kami ajak bekerja sama dengan baik, mengerti?!!" Bentak pak Ladusong menjelaskan.
Tetapi Insur tetap terdiam dan tidak menyahut. Lama kondisi diam itu dibiarkan begitu saja. Pintu diketuk, seorang polisi datang dengan membawa nampan berisi dua kopi susu, sebungkus rokok ber merk, dan juga asbak. Selesai menghidangkan semuanya dia unjuk diri berpamitan. Pak ladusong membuka bungkus rokok, menyulut rokok satu batus batang dan menghembuskannya ke depan menerpa wajah Insur.
"Hey Sur! Membunuh adalah kejahatan yang serius. Ini bukan permainan anak - anak. Kamu tau berapa orang meninggal gara - gara bom yang kamu bawa kemarin? Berapa banyak orang tidak bersalah harus menderita?"
Dengan tenang disruputnya kopi susu, lalu memandang Insur yang masih juga menunduk lesu. Pak Ladusong segera menarik kerah Insur dan menggebrak meja dengan kerasnya.
"Jawab kampret!!! Dasar pembunuh!!!"
Insur masih memandang kosong.
Pintu diketuk kembali, lalu terbuka dan nampaklah Faynem dan Pantam.
"Siapa anda? Ini ruang interogasi!!! Dilarang masuk tanpa ijin dari...."
Bruuuuaaaakkkk....
Pak Ladusong terjerambab dengan satu tendangan dari Faynem.
"Diam kamu anak muda. Ahhhh dasar anak muda jaman sekarang kurang sopan santun pada yang lebih tua. Tam, bawa Insur pulang!" Kata Faynem sambil berkacak pinggang.
"Apaan kamu nenek tua!!! Dia tersangka kasus bom yang...."
Bruaaaaaaakkk...
Lagi - lagi pak ladusong ditendang di muka oleh Faynem. Pantam langsung memapah Insur keluar dari ruang Interogasi yang remang - remang tersebut. Tinggalah si Faynem dan Pak Ladusong. Mereka berdua terdiam. Mereka berdua siap dalam posisi bertempur.
Ini tidak terelakkan lagi, pak ladusing maju memakai pukulannya pada Faynem si nenek tua keriput. Faynem menghindar ke samping. Tapi ternyata serangan pak Ladusong tidak terhenti di situ saja karena serangan beruntun berikutnya adalah Max Elbow, suatu serangan dengan sikut yang ditujukan pada kepala nenek Faynem.
Tidakkk ini tidak bisa dihindari!
Terpaksa Faynem memakai salah satu jurus andalannya, serangan Gigi Palsu Max Brillian!!! Serangan gigi palsu itu tepat mengenai muka pak Ladusong hingga target jurus Max Elbownya meleset dan mengenai tembok ruang tersebut.
Ddduuuuarrrr brrruuukkkk....
Suara Dinding yang jebol terdengar sangat keras. Kebetulan dinding yang jebol itu adalah dinding yang membatasi ruang interogasi dengan ruang toilet di sampingnya. Dan kebetulan lagi saat itu ada seorang anak buah pak Ladusong yang sedang buang air besar.
Pak Ladusong memandang anak buahnya yang bernama Dipaidi tersebut dengan terbelalak. Dipaidi pun memandangnya dengan mulut ternganga karena kaget.
"Kampreeerttt!! Bau banget Dipaidi!!!!"
"Eh eluuu yang kampret pak Ladusong!! Gua buang hajat enak - enak malah lu ganggu!!!"
Keduanya berdebat, masih dengan celana Dipaidi yang melorot setengah karena dia belum selesai buang air besar. Maklum lah akhir - akhir ini Dipaidi selalu kesulitan saat buang air besar, rasanya seperti batu yang sulit keluar, mungkin kesehatannya kurang baik, bisa jadi juga kurang minum air putih, makanya perbanyak makan air putih, makan sayuran, ingat selalu empat sehat lima sempurna, dan juga asupan protein dalam..... Kampretttt!!! Woooiii ceritanya melenceng jauh woooooiii!!! Dasar pengarang gak bermutu!!!
Ehmm ehhmmm, maaf. Kembali ke cerita pertarungan Faynem dengan Pak Ladusong, dan juga pertarungan Dipaidi dalam mengeluarkan susah buang air besarnya. Faynem kembali memungut gigi palsunya siap menghadapi Pak Ladusong di ronde kedua ini. Pak Ladusong pun siap menghadapi si nenek Faynem lagi. Sementara Dipaidi mengejan dengan muka merah padam karena sulit sekali rasanya buang air besar.
Suasana kembali memanas dengan bau yang jelas - jelas tak asing lagi dan pastinya berasal dari Dipaidi. Tiba - tiba pintu dibuka, dan seorang polisi masuk dan melapor, "Lapor pak Ladusong, ada perintah dari atasan untuk membebaskan Insur!"
Akhirnya pak Ladusong mengendurkan sikap siaga bertarungnya begitu juga dengan si Faynem. Sementara Dipaidi masih juga berjuang mengejan sekeras - kerasnya.
"Yaa sudah nenek tua keriput, karena ada perintah dari atasan maka saya rasa Insur memang boleh dibebaskan. Dan pertarungan kita tidak perlu dilanjutkan lagi." Kata Ladusong.
Faynem pun tersenyum dan berkata, "Baguslah kalau lu paham. Heeehh sulit di usia nenek untuk bertarung lagi."
Keduanya bernapas lega. tiba - tiba....
Bruuuuuuuutttt preeeeeeettttt.....!!!
Dan kali ini Dipaidi juga ikut lega.
-----
Insur yang dibawa pulang ke kos oleh Pantam langsung tertidur begitu saja. Pantam pun merokok di luar kamar. Ini rumit. Rumit sekali. Awalnya Insur bercerita dia bertemu Mbezi tadi malam dan sekarang malah ada acara bom meledak segala. Rokok mengalir lembut keluar dari sela - sela mulut dan hidung Pantam.
Bambang yang kebetulan lewat menyapu depan rumahnya segera menghampiri si Pantam.
"Hoi Tam ada dua kabar penting nih!"
"Kabar apaan?"
"Yang pertama itu tuh pak Cik ketangkap polisi tadi siang!!!"
"Ah yang bener lu Bambang?!"
"Iyeee, katanya diduga terlibat pengeboman kantor pemerintahan tadi pagi."
Nahhh ternyata pak Cik si penjaja kopi itu tertangkap. "Lalu si Anci?"
"Anci berhasil kabur, cuma kantor sama motor sport lamborgini nya udah disita ama polisi"
"Nahhh berarti bener kan pelakunya yang asli emang pak Cik sama Anci!"
"Waduh Tam kalau gua kagak tau gimana detailnya, kalo pak Cik beneran nangis - nangis bilang gak tau apa - apa karena sebenarnya itu semua rencana Anci ngejebak pak Cik sama Insur. Sementara Anci nya sampek skrg juha masih buron!"
Pantam menyedot dalam - dalam rokoknya lalu menghembuskannya. Bambang pun tanpa segan meminta rokok pada Pantam, menyalakannya dan menikmati aroma tembakau yang menggelitik syaraf ujung hidungnya.
"Trus kabar Penting yang kedua apaan?" tanya Pantam.
Bambang pun menyeringai jahat dengan tatapan licik dia berkata secara halus, "Buah mangga depan pak Kaji Dauh tadi gua lihat udah pada mateng Tam."
Mendengar kabar itu pun Pantam tergelak seakan tak percaya. Mereka berdua pun akhirnya sama - sama tersenyum jahat.
Dengan semangat menggebu - gebu layaknya kapten bajak laut mereka berdua segera mengatur siasat licik di sore yang kotor itu.
"Ok luuuu Bambang ntar tugasnya bertamu ke pak Kaji Dauh, luuu ngomong apa aja deh pokoknya buat perhatian pak Kaji Dauh teralihkan. Nahhh Gua nanti yang bagian ambil tuh mangga!! Setuju?"
"Setuju komandan!!! Siap laksanakan!!!!"
Keduanya pun menyelaraskan yel - yel untuk memompa semangat mereka guna mencapai tujuan bersama.
"Bersama kita teguh, bercerai kita kawin lagi!!!!" teriak mereka berdua dengan jilatan licik di mata keduanya.
Dan adzan maghrib pun terdengar. Keduanya akhirnya sholat dahulu, berdoa dengan khusyuk agar rencana pencurian mangga pak Kaji Dauh dapat terlaksana dengan lancar. Dan yang saat itu menjadi imam adalah pak Kaji Dauh sendiri. Ahhhh apakah ini nasib? Ruahahahahha.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments