🌜Malam harinya
“Belum tidur nak Ali..." sapa Fachri, saat suara jangkrik berbunyi nyaring bersahutan, saat yang lain telah tertidur nyenyak, saat suasana pesantren gelap dan sepi.
“Eh pak Fachri... belum! Lagi ngga bisa tidur...” sambil mempersilahkan Fachri duduk disampingnya.
Saat itu Ali memandang Fachri penuh misteri.
Fachri terdiam sambil berfikir sepertinya ada yang ingin Ali katakan.
“Sepertinya...? wajah pak Fachri sudah tidak asing lagi dimata saya..." jelas Ali sambil mengerutkan jidatnya.
“Dari kita bertemu di pelabuhan... saya juga sudah menduga... kayaknya pak Fachri tidak asing Dimata saya... mangkanya pak Fachri saya bawa kesini...!“ Jelas Ali mengulangi kalimat yang sama.
Makin tidak mengerti Fachri dibuatnya, Ali membuatnya makin terus berfikir.
🤩“Rupanya pak Fachri adalah pemain bola idola saya di Persija Dulu...” tebak Ali sambil memegang tangan Fachri.... Ali sepertinya sudah sangat mengenal sosok idola sepakbolanya itu.
“Akhirnya pesantren ini akan mempunyai pelatih bola yang sangat hebat.” sindir Ali sambil tersenyum.
“Maksudmu...?” ujar Fachri sambil mengerutkan jidat.
“Mungkin kyai Hasan benar... pak Fachri memang cocok jadi pelatih sepakbola...” Ujar Ali.
“Ah... ente bisa aje... saya mantan pemain... bukan pelatih...” bantah Fachri.
“Oh...ya... besok pagi saya akan ajak pak Fachri ke Markas kami...” Tegas Ali.
“Kami...?” Fachri bingung apa dimaksud dengan kami.
“Pokoke sekarang kita tidur, semoga besok menjadi hari yang indah, aamiin…” tambah Ali
🌄Keesokan harinya. Disebuah lapangan sepakbola
“Bagaimana...? Bagus bukan...?” Ali memamerkan lapangan sepakbola kepada Fachri.
😭Fachri terdiam, tak terasa satu demi satu airmatanya menetes membasahi pipi.
“Apa ada pak... apa ada kata-kata saya yang salah...?” tanya Ali yang bingung melihat Fachri menangis.
“Tidak ada yang salah.” Jawab Fachri sambil mengusap air mata.
Hampir tiga tahun tak pernah lagi mencium aroma lapangan sepakbola. Fachri mencoba mengingat masa lalu.
“Trus, siapa saja yang latihan disini...?” Tanya Fachri pada Ali
“Para santri dan warga sekitar pesantren...” Jelas Ali sambil mengeluarkan bola dari tasnya.
“Paling sebentar lagi juga pada datang...” jelas Ali kembali saat Fachri mengangguk-angguk.
Tak lama kemudian
“Assalamu’alaikum.” Muncul tiga orang dari laki-laki masuk dari sisi kiri lapangan bola.
“Wa’alaikum salam.” Jawab mereka serempak.
“Kenalkan ini pak Fachri, pelatih baru kita...” Ali memperkenalkan fachri dengan sebutan pelatih pada tiga pemuda yang baru datang itu.
😁Sontak Fachri tatap mata Ali, dibalas cengiran oleh Ali.
Tak lama kemudian datang seorang anak kecil, usia berkisar 10 tahun menghampiri kami dengan seragam sepakbola lengkap dengan sepatu bola warna biru.
“Nah ini striker andalan kita baru dateng...” Seru Ali dengan suara yang cukup mengagetkan.
“Kenalin ini Sameer anaknya Kyai Hasan...” Dengan suara khasnya Ali memperkenalkan Fachri dengan Sameer.
“Alhamdulillah bang Sameer! Kita kedatangan pelatih baru... pak Fachri namanya...” Tambah Ali.
“Toyyib (bahasa arabnye baik), kita mulai saja latihan hari ini.” Ujar Ali dengan penuh semangat.
⚽Fachri langsung memimpin latihan mulai pemanasan sampai dengan teknik pasing dan menghentikan bola, beberapa materi saat awal masuk club sepakbola Fachri ajarkan pada mereka.
Walau masih menggunakan tongkat....... dia masih bisa menendang menahan bola dengan dada bahkan menjugling bola.
🌻Hari demi hari terus berlalu.
Lima hari sudah Fachri berada di pesantren itu, sepertinya santri-santri yang sering latihan bola itu mulai suka pada gaya Fachri dalam melatih.
”Benar apa yang dikatakan Kyai Hasan........ hidupku di sepakbola,” Fachri berkata dalam hati.
KUKURUYUK🐓
“Pak Fachri, tunggu...!” Ali memanggil dari arah belakang saat Fachri berjalan menuju masjid.
“Ada apa mas Ali, baru jam setengah empat pagi udah lari-lari.” Tanya Fachri pada Ali yang sepertinya terburu-buru menghampiri.
“U..hu..uu..hu.. pak Fachri... u..hu..uu..hu.” Sambil mengatur nafasnya Ali memandang pak Fachri penuh harap.
“Tenang... tenang dulu... tarik nafas... tahan… keluarkan…” Fachri coba menenangkan Ali.
“Nah... gimana? Ada apa nih? Kenapa ente tergesa-gesa...?” Tanya Fachri pada Ali.
“Ada kabar gembira...” Jawab Ali.
“Kita dapat tantangan dari jawara kampung seberang sungai...” Tambah Ali
“Mereka Juara bertahan tingkat kabupaten... ya…. lumayan lah buat tim yang baru merintis seperti kita...” Jelas Ali.
“Kapan mereka mau bertanding dengan kita.” tanya Fachri pada Ali.
“Nah… itulah, kenapa saya lari-lari... mereka ingin tandingnya hari ini jam delapan pagi.” Jelas Ali.
“Okey…Habis sholat Subuh kita kumpul di lapangan... hubungi yang lain...” Perintah Fachri pada Ali.
“Siap Pak Pelatih...” Canda Ali.
Pagi itu tim Ali sudah kumpul dilapangan, namun ada satu yang kurang, Sameer belum datang sehingga jumlah kami baru 10 orang.
“Ali... mana Sameer...? Apa sudah diberitahu...?” Tanya Fachri pada Ali
“Sudah pak pelatih...” Jawab Ali.
“Namun sepertinya bu Hajjah tidak mengizinkan Sameer untuk bermain.” Jelas Ali
Sejenak mereka terdiam.
“Okey… kita tetap tanding mesti 10 orang, jadi sekarang siap siap untuk pemanasan...” seru Fachri kepada Ali dan kawan-kawan.
”Eit... tunggu dulu... ini ada nasi bungkus dari ummi...” Seru Ali menawarkan nasi bungkus.
“Alhamdulillah.”
😆begitu kompaknya mereka... mungkin saking laparnya... hahaha.
“Assalamu’alaikum...” Serombongan pemuda memberi salam.
“Wa’alaikum salam.” Jawab Ali dan kawan-kawan membalas salam.
Ternyata kesebelasan MATARAM FC sudah datang dengan berpasukan lengkap.
”Lapangan ente bagus juga Ustadz.” salah seorang laki-laki tua menyalami Fachri dan memanggilnya dengan sebutan ustadz.
“Maaf, saya bukan ustadz, tapi mirip ustadz.” Jawab Fachri.
Ha..ha..ha.. mereka tertawa mengakrabkan suasana.
“Ali cepat segera cari pengganti Sameer, kalo bisa dua orang satu buat cadangan.” Fachri memerintahkan Ali dengan nada berbisik.
Sepuluh menit kemudian Ali membawa dua orang santri. Yang satu adalah santri yang sering adzan di pesantren Joko namanya, mereka pernah berkenalan saat hari pertama di pesantren ini.
“Pak Pelatih.” Sahut Ali pada pak Fachri saat datang membawa pemain yang diminta.
“Ini pemain yang pak pelatih minta.” Tambah Ali.
“Ente Joko kan?” Tanya pak Fachri.
”Kalo ente?” Tanyanya kembali pada santri yang kedua.
“Nama saya Sugiyanto anak kampung sini.” Jawab Sugiyanto sambil menunjuk arah rumahnya yang dekat sekali dengan lapangan.
“Saya sering melihat latihan disini... saya pun suka bermain bola tapi tidak ada yang ngajak main... jadi saya enggan untuk ikut latihan disini...” Sugi menjelaskan perihal dirinya pada pak Fachri.
“Baik kita sudah tak punya banyak waktu...” Tegas Fachri sambil bergegas berjalan menuju lapangan.
“Oke... karena kita kekurangan penyerang... kita mengandalkan serangan balik.” Fachri memerintahkan pasukannya dengan begitu sigapnya.
“Kita pakai formasi Empat Lima Satu... Empat bertahan Lima Gelandang dan Satu Penyerang...” Fachri menerangkan formasi dengan nada bicara sangat serius.
“Tak ada pilihan....... Ali antum kiper...... Ahmad antum penyerang tunggal, gunakan kecepatan antum untuk mengecoh penjagaan lawan, sehingga gelandang yang lain bisa shooting tendangan dari luar kotak penalti, dan tugas antum menanti bola muntah.” Jelas Fachri kepada seluruh pemain.
“Dan Sugi, mohon bersabar antum cadangan, kita perlu bicara dulu untuk menentukan posisi antum sebagai apa.” Tambah Fachri
"Ayo semuanya semangat....." teriak Fachri
💪"Semangat...." balas semua peserta ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hwaiting ya Bg Agus
Time Travel Lia mampir
2022-10-12
1
GHIBRAN ASSEGHAF
bocil... bocah kecil
2022-09-17
2
BungaMatahari
itu ayam knp ngikut aja
2022-09-04
1