OFFSIDE - Diluar Batas
🌊Tiga tahun yang lalu, tsunami itu telah melenyapkan segalanya, rumah, mobil dan surat berharga lainnya telah hanyut terbawa tumpahan air yang datang tiba-tiba.
Bahkan anak keduanya pun hilang entah kemana.
Namun mereka masih berharap Arsya masih selamat. walaupun kecil kemungkinan hal itu bisa terjadi, mengingat usianya Baru 3 tahun saat bencana itu terjadi.
Bukan hanya itu, salah satu penghasilan terbesarnya pun sirnah, seakan hilang dan menjauh dari harapan.
🤵Fachrisyah namanya.
Seorang pesepakbola profesional asal Jakarta.
pindahan dari Persija Jakarta ke Persiraja Banda Aceh dengan nilai transfer yang sangat fantastis membuat Fachrisyah menjadi pesepak bola yang kaya raya.
Iya, itu saat tsunami belum meluluhlantahkan Kota Banda Aceh.
Namun kini....
Kaki kirinya sudah diamputasi karena terjepit keruntuhan saat gelombang dahsyat menerjang Banda Aceh.
Kini hidupnya dalam masa sulit, makin tidak menentu, mungkin inilah yang disebut azab dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Dahulu Fachri panggilan akrab Fachrisyah hidup berkecukupan, iya disibukkan dengan urusan duniawi saja, hingga lupa akan akhirat, meninggalkan sholat adalah hal yang biasa dia lakukan.
Dengan tubuh yang tidak sempurna lagi, Fachri berusaha untuk tetap semangat menjalani hidup.
Dia yakin, kelak dia akan kembali berjaya karena dia memiliki modal yang yang tak ternilai harganya.
Modal itu adalah istri yang setia dan anak yang sholeh, yang senantiasa berdoa dan mengingatkan dia untuk bertobat, dan tidak melupakan akan kuasa Allah subhanahu wa ta'ala yang telah menciptakannya.
Fachri menitipkan istri dan anaknya kepada Iqbal. Iqbal adalah sopir pribadinya sekaligus sahabatnya yang dulu saat masih berjaya. Dia berniat untuk kembali ke Jakarta.
🌞Hari itu, pagi-pagi sekali Fachri melangkahkan kaki menuju Jakarta ditemani tongkatnya yang telah menjadi bagian dari hidupnya.
"Bismillahirohmanirohim..... mencoba peruntungan dengan berbekal semangat untuk menghidupi istri dan anak sampai akhir hayat", ucapnya dalam hati.
Iqbal meminjamkan uang lima ratus ribu rupiah kepadanya.
"ini terlalu banyak untukku", ujar Fachri.
"Sudahlah.... kamu lebih membutuhkan", tambah Iqbal sambil memasukkan uang itu ke dalam saku kemeja Fachri yang sudah mulai usang.
Begitulah Iqbal, dia memang tipikal sahabat yang setia.
Fachri menumpang setiap kendaraan yang melintas menuju ke arah selatan pulau Sumatera, mulai dari truk pengangkut kayu, mobil bak terbuka yang mengangkut kambing, dengan harapan uang lima ratus ribu rupiah ini cukup untuk mengantarkannya menuju Jakarta.
PEMMMM.....
PEMMMMMM......
🚢Suara kapal Feri itu menyertai Fachri menyeberang selat Sunda.
"Ini kapal penuh amat ya.....", teriaknya dalam hati.
Kapal Feri itu sudah tidak nyaman lagi tidak ada celah untuk rebahan walaupun hanya sebentar saja.
"Ya Allah..... mudahkanlah perjalananku ini menuju Jakarta aamiin", doa Fachri saat itu di tengah-tengah desakan para penumpang yang sudah mulai resah karena kesempitan.
Tepatnya 15 hari perjalanan dari Aceh ke Jakarta, sangat berbeda saat dulu pindah dari Jakarta ke Aceh, tidak lebih dari 2 jam karena pakai pesawat terbang, bahkan sekarang ketika tiba di pelabuhan merak tidak ada satupun yang menyambutnya seperti dulu saat masih ngetop-ngetop nya.
Langkahnya sudah mulai terseok-seok, kepala mulai pening, maklum sudah 2 hari belum bertemu nasi.
"Kangen sih.... tapi ini uang kurang bersahabat dengan kantong ku hehehe....", tawanya dalam hati.
Fachri mulai bingung apa yang harus dikerjakan di sini, jadi buruh panggul rasanya tidak mungkin, wong bawa badan saja butuh bantuan tongkat. Perlahan pandangannya mulai kabur dan seketika itu tubuhnya tersungkur di trotoar.
👮Fachri terbangun dari tidurnya di antara puluhan polisi yang sedang bertugas memantau situasi pelabuhan.
"Pak..... Pak.... Alhamdulillah sudah siuman dia", seorang yang pemuda menepuk lengan nya.
"Aduh kepalaku.... ini di mana ya?.... kayak kantor polisi.... kok saya bisa ada di sini?", sambil memegang kepala Fachri mencoba bangkit untuk duduk.
"Bapak ditemukan tergeletak di trotoar oleh anak ini", tegas pak polisi sambil menengok ke arah pemuda itu.
"Bapak namanya siapa? Mengapa tidak bawa KTP?" polisi itu bertanya sambil memberikan air mineral gelas dan sedotannya.
"Nama saya Fachrisyah", jawab Fachri
"Silakan diminum dulu", perintah Pak polisi
Setelah minum langsung Fachri menjelaskan kenapa dia bisa sampai disini, tidak banyak pertanyaan yang mereka layangkan, sepertinya mereka pernah mengenal muka yang mirip Fachri di layar kaca tapi mereka enggan bertanya maklum sudah setahun yang lalu rambut kumis dan jenggot nya tidak pernah dicukur lagi, berbeda saat masih aktif memainkan si kulit bundar dijamin tidak ada wanita yang berkedip kecuali lagi kelilipan.
Lalu Fachri dianjurkan untuk kembali ke Aceh karena tidak memiliki KTP dan tujuan yang jelas, dengan sedikit intimidasi mereka memaksa dan mengancamnya bahkan mengancam sampai akan dimasukkan ke penjara.
Untunglah saat terdesak pemuda yang menolongnya tadi menawarkan jasanya untuk membantu dan menjamin keberadaan Fachri di sini.
"Siapa namamu nak?" tanya Fachri saat bergegas keluar dari kantor polisi.
"Ali Reza.... biasa dipanggil Ali", jawab pemuda itu sambil tersenyum.
Entah apa yang ada dipikiran pemuda itu, tapi sepertinya dia senang dengan kehadiran Fachri.
"Bapak pasti tidak mau pulang ke Aceh kan?" tegas Ali bernada harap.
"bener, susah payah saya melintasi pulau ini, terima kasih nak Ali atas bantuannya", sambil menggenggam tangan Ali.
"Kalau begitu ikut Ali ke rumah", sambil menarik tangannya, Ali menyetop bus jurusan Merak menuju Tangerang
Di dalam bus Ali mengeluarkan 2 buah roti dan memberikan roti itu ke Fachri.
"Ini ada sedikit makanan buat ganjel perut kita, 10 menit lagi kita akan sampai di rumah", kata Ali.
"baaaang... kiri....", teriak Ali sambil berdiri.
🕌Gapura Pondok Pesantren Fatahillah berdiri di hadapan mereka saat mereka turun dari bus.
"Assalamualaikum....", teriak Ali saat menghampiri rumah yang sederhana di dalam pesantren itu.
"Wa alaikum salam", perempuan tua itu menjawab salam dari Ali dengan lemah lembut.
"Umi kenalin ini Pak Fachri dari Aceh", Ali memperkenalkan Fachri kepada ibunya.
"Kebetulan Umi masak sayur lodeh, ayo bersih-bersih terus segera makan sama Umi", kata Umi Ali.
"Subhanallah..... Allah telah mengarahkan diriku ke jalan Nya", bisik Fachri dalam hati.
"Pak Fachri", sahut Ali.
"Saya punya tugas untuk membersihkan masjid, sebelum zuhur kita sudah harus ada di masjid", tambah Ali.
Ali begitu bersemangat seakan-akan tidak kenal lelah walaupun baru saja menempuh perjalanan jauh.
Fachri pun ikut bersemangat menjalani kehidupannya hari ini.
"Pesantren ini sepi? Pada ke mana santrinya?" tanya Fachri sambil menengok sekeliling pesantren.
"Lagi pada libur Pak, sebagian besar mereka pulang ke daerah masing-masing", jawab Ali sambil menyapu lantai masjid.
Tiba-tiba muncul sosok pemuda dari samping masjid dengan pakaian sederhana menghampiri mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
kalau gak salah 2004 gak sih
2022-11-15
1
Authophille09
holla kak👋 aku mampir nih, udh d favorite kan juga🤭 kuy mampir di karya ku yang judulnya "Janji Aksara"
2022-11-07
1
🔵🌻⃟MbaK_KuNt!🌞⃠
Wow keren loh Bg Agus
Karya pertama
Fell berasa dapet banget
So Ry ngerasa novel non fiksi nih
Time Travel Lia mampir
2022-10-09
1