Tok... Tok.... Tok...
Bunyi dari arah pintu kamar
“Mas…"
"Mas Fachri..."
"Sudah Subuh mas…?"
"Bangun… bangun…”
“Mas..... Bangun…” sapa Diana.
“Allahu Akbar…."
"Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur...."
"Yo.. yo.. mas udah bangun...... makasih ya de.” sambil ngulet saya menjawab sapaan Diana.
Pintu kamar pun bukanya, terlihat sosok Diana yang berdiri tegak didepan pintu, sambil membawa lembaran kertas hasil print out.
“Maaf ya…. mas bangunnya kesiangan.” sapa Fachri.
“Ini proposal..."
"Ini surat izin...."
"Ini formulir pendaftaran..."
"Famplet..."
"Ini format struktur kepengurusan..."
"Ini format jadwal latihan dan lain-lain.” Kata Diana.
🤩“Subhanallah...... dengan apa mas bisa membalas semua kebaikan mu.” seru Fachri yang saat itu matanya berkaca-kaca saat melihat pekerjaan Diana yang begitu rapih.
“Diana ikhlas melakukan ini semua..."
"Karena Diana juga suka dengan sepakbola.” ujar Diana.
“Proposal dan surat perizinan ini berikan aja ayah...."
"Biar ayah yang urus...."
"Dan hari ini Diana minta maaf ya...."
"Ndak bisa nemenin mas Fachri.” Tambah Diana.
“Ndak pa pa..."
"Ini sudah lebih dari cukup membantu..."
"Do’akan ya...... moga lancar.” pinta Fachri.
“Aamiin…” jawab Diana
Hari itu Fachri ditemani pak Andi mengurus surat perizinan dari mulai Kelurahan....
Sampai Walikota bahkan sampai ke kantor PSSI....
Atas bantuan pak Andi semua itu bisa diurus hari itu juga.....
Kata pak Andi..... beginilah Indonesia...... asal ada uang semuanya beres......
Pak Fachri mencoba mengikuti alur dan sepertinya semua berkas sudah siap.......
Lalu berkisar jam empat sore....... mereka mendatangi Stadion Tugu.
“Stadion ini kurang tergarap dengan baik..."
"Moga dengan berdirinya sekolah sepakbola ini.... "
"Muncul bibit-bibit berbakat untuk menunjang prestasi persepakbolaan di Indonesia.” ujar pak Andi.
“Saya dan Diana berharap banyak sama pak Fachri.” tambah pak Andi.
Kala itu Fachri hanya bisa terdiam terpaku....... begitu bersemangatnya mereka......
harapan dan keinginan yang besar disandarkan dipundaknya.........
“Nah..."
"Besok pak Fachri sudah bisa buka pendaftaran siswa baru...."
"Dan sepertinya tugas saya sudah selesai..." "Sekarang silahkan pak Fachri lanjutkan.” sambil menepuk pundak Fachri...... pak Andi melangkah kepintu mobil dan merekapun kembali pulang.
🏠Sesampainya dirumah......
Fachri bergegas mandi sholat dan makan malam.
Agenda aktivitas Fahri hari ini memang sangat melelahkan.
Mamun Fahri terlihat sangat senang karena apa yang diimpikannya sudah mulai menampakan hasil.
"Gimana mas..."
"Sudah beres?” Tanya Diana.
“Alhamdulillah berkat do’amu...."
"Semua berjalan lancar.” jawab Fachri.
“Ini spanduknya mas...."
"Sesuai dengan disain yang mas Fachri kasih kemarin...."
"Trus ini... logo dan nama sekolah yang mas Fachri inginkan.” Ujar Diana.
“Subhanallah...."
"Cepat sekali!!!” tanggap Fachri.
“Nah..."
"Tapi ada yang ingin Diana tanyakan,"
“Em....... biasanya kan Barokah....."
"Kenapa Harokah.....?" tanya Diana.
"Anak cerdas..."
"Pertanyaan yang bagus..." ujar Fachri
"Emang ne opo artine mas......?” Diana kembali bertanya.
“Kalo Barokah artinya Berkah..."
"Sedangkan Harokah artinya Gerak atau bisa juga Pergerakan..." jawab Fachri
"Menurut mas Fachri, sepakbola adalah olahraga yang penuh dengan gerak dan pergerakan.”
"Jadi, HAROKAH adalah nama yang cocok untuk sekolah sepakbola kita," jelas Fachri yang ternyata sudah cukup banyak berdiskusi dangan ustadz Fadhlan.
“Jadi, Diana suka kah dengan nama HAROKAH?” tanya Fachri.
“Jangankan sama nama sekolahnya..." "wong.......... sama yang ngasih namanya saja Diana suka...” canda Diana🤭
“Jadi melayang nih.” sahut Fachri. Hahahahaha...........😁
Hari demi hari terus berlalu....
Spanduk pendaftaran sudah terpasang di sekitar Jakarta Utara...
Siswa yang mendaftar sudah mencapai tiga puluh orang...
Merupakan jumlah yang fantastis untuk pemula.
Padahal untuk pendaftaran dikenakan biaya satu juta rupiah.....
Dan uang bulanan lima ratus ribu rupiah....
Namun semangat mereka melebihin biaya yang kami harus keluarkan
Latihan sudah berjalan minggu kemarin... masyarakat begitu antusias dengan dibukanya sekolah sepakbola disini....
Seminggu tiga kali adalah waktu yang ideal untuk usia dini...
Selasa sore...
Kamis Sore dan Ahad Sore menjadi pilihan Fachri.
"Sudah berapa bocah yang daftar?" tanya Fachri.
"Tiga puluh orang mas...." jawab Diana.
Diana bekerja begitu profesional.....
Dia menselaraskan antara hobi, pekerjaan dan cita-cita...
Dari tiga puluh siswa...
Ada tujuh orang yang memiliki bakat sepak bola yang baik.
Bahkan mereka mempunyai usia yang sama yaitu delapan tahun.
Adapun ketujuh orang itu adalah......
Firdaus Sholeh biasa dipanggil Firdaus, keturunan Malaysia dan berkacamata......
Faizal Chaniago biasa dipanggil Minang, mungkin karena kelahiran Padang……
Ahmad Danies biasa dipanggil Danies,
ayahnya berasal dari Papua, dan ayahnya mu’alaf setelah nikah dengan anak kyai di Koja….
Bambang Sukoco biasa dipanggil Bambang, asli Malang, orangnya pemdiam…..
Imam Suswanto biasa dipanggil Imam, bertipikal pemain belakang, sangat sulit pemain depan melewati hadangannya, walau sedang mondok dipesantren dia tetap diperbolehkan latihan walau seminggu sekali…
Dimas Prasetyo biasa dipanggil Dimas,
lincah dan cekatan, kalau pernah lihat Lionel Messi ya…..
beda beda tipis lah…..
hehehe…..
Dan yang satu ini...
sangat misterius...
namanya Saiful Malook biasa dipanggil Saiful.....
anak orang kaya....
selalu dianter pake mobil ditemani sopir pribadinya....
dan anehnya......
kata Diana dia mirip sekali dengan pak Fachri...... ^_^
Kira-kira itulah siswa-siswa Harokah Football Club yang memiliki bakat dan kemampuan diatas rata-rata.
"Mas.... mas.... sini dech...." ajak Diana.
"Kenapa De....?" tanya Fachri.
"Coba mas perhatikan anak itu," kata Diana sambil menunjuk kearah Saiful Malook.
"Kenapa Saiful Malook?" tanya Fachri.
"Anak itu..... mirip sekali dengan kamu mas..." jawab Diana rada membandingkan.
"Masasih?" kata Fachri.
Fachri jadi teringan dengan anaknya yang bernama Arsya.
Arsya yang hilang saat gelombang tsunami melanda Kota Banda Aceh.
Jika disamakan kira-kira usia Arsya sama dengan usai Saiful Malook.
Namun sayang....
Fachri belum pernah bertemu dengan kedua orang tua Saiful Malook.
Tiap anak itu latihan selalu diantar sopirnya.
"Mas.... mas.... kapan kira-kira kita bisa sparing dengan tim lain,"
"Aku sudah tidak sabar melihat perkembangan anak-anak kita," kata Diana.
😜"Apa....? Anak-anak kita?"
"Belom juga nikah.... masa punya anak?" canda Fachri.
"Maksud Diana, anak didik kita mas Fachri...," jelas Diana
"Oh..... kirain....hehehe" balas Fachri.
Hidup harus tetap berjalan....
meski masalah dan cobaan terus berdatangan....
Menyerah bukan pilihan....
jika kita sedang berjuang menggapai sesuatu....
Jangan pernah menyerah sebelum segala cita-cita yang diharapkan dapat tercapai.....
Gagal merupakan hal yang wajar.....
yang terpenting adalah terus mencoba dan jangan pernah berhenti di tengah jalan....
Segala cobaan berat yang kita lalui akan berakhir dengan sesuatu yang manis.....
jika kita melewatinya dengan keikhlasan....
tidak mengeluh, dan penuh semangat....
Selain itu....
selalu berpikir positif dan menjauhkan diri dari sifat pesimistis....
dapat membantumu mendapatkan kehidupan yang lebih baik....
😉Insya Allah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
GHIBRAN ASSEGHAF
Harokah
2022-09-17
0
Nadira
Diana ikhlas membantu karena cinta sepak bola atau karena cinta Fakhri??😀😀🤭🤭
2022-09-03
1
Arsya
sama... kenapa Harokah ?
2022-07-30
1