Enam bulan telah berlalu sejak perkenalan antara Kai dan Jasmin lewat perantara Haris yang mengenalkan keduanya. Tidak butuh waktu lama buat Kai bisa meluluhkan Jasmin dan menjadikan gadis itu sebagai pacarnya di bangku kelas 2 SMA. Jasmin dan Kai LDR sebab keduanya berada di sekolah yang berbeda. Kai dan Haris sekelas, kakak kelas mereka adalah Airin yang tak lain dan tak bukan adalah gebetan Haris. Sementara Jasmin sekolah di SMA lain bersama kawan-kawannya.
"Anterinnya sampai sini aja," ucap Jasmin sembari menekuk bibirnya. Kai hanya bisa menghela napas kasar, cowok itu masih duduk di atas motor, tidak ikhlas membiarkan Jasmin pulang naik angkot.
"Kenapa? Selalu gitu. Aku anterin sampai rumah aja, sekalian sapa mami kamu."
Jasmin bergidik, maminya pasti marah besar kalau tahu Jasmin pacaran. "Ish, bukannya aku nggak mau. Nanti kalau kepergok bisa bubar jalan kita!"
Enggak bukan gitu jawaban Jasmin, melainkan : "aku bakal dimarahin mami kalau pacaran. Aku masih kelas 1 SMA. Mami bilang aku harus fokus sekolah dulu, kamu ngerti dong," bujuk Jasmin pada Kai yang masih terlihat bete dan gusar.
Selalu saja Kai mengantar Jasmin sampai tikungan dekat minimarket yang cukup jauh dari rumah Jasmin.
"Ah, aku ada ide. Gimana kalau aku sambil main ke rumah Haris!" seru Kai dengan wajah berbinar.
Jasmin ceria, tapi di detik berikutnya gadis itu langsung cemberut, "Mamiku kepo. Dia pasti tanya-tanya kamu, kita kan beda sekolah..." Kai cemberut lagi.
"Duh susah yaa... yaudah deh, aku anterin kamu sampe sini..." Kai akhirnya menyerah, cowok itu juga menyerahkan tas Jasmin yang sedari tadi digendong olehnya. Jasmin menerima tasnya dan tidak lupa memberikan senyum termanis untuk sang pacar.
"Thank you.. nanti kalo aku udah kuliah mami pasti bolehin pacaran. kamu boleh anter jemput aku," ujar Jasmin dengan ditambahi bola-bola mono sodium glutamat diatas senyumannya. (monosodium glutamat \= penambah rasa sedap)
"Hehe, iyaa.. hati hati yaa. kalo naik angkot jangan deket deket sama cowok. Pilih tempat duduk yang sebelahan sama mbak-mbak." Kai mengusap sisi kanan kepala Jasmin dengan lembut, Jasmin senyam-senyum.
"Kamu juga, kalo napas pilih-pilih yaa, banyak polusi, nanti kamu sakit." peringat Jasmin pada Kai, membuat cowok itu tertawa kecil.
"Okee sayang! Aku pergi yaa."
"Neng masih lama nggak pacarannya!" teriak mamang angkot yang sejak 15 menit lalu menunggu Jasmin beres perpisahan sama Kai. Penumpang dalam angkot pun berbisik jengkel karena ulah Jasmin yang nyegat angkot, tapi pas mau naik lamaaaa.
"Iya mang, sabar atuh!" kata Jasmin jutek, lalu naik angkot sambil melambaikan tangannya pada Kai, tidak mau berpisah karena cowoknya ganteng banget!
***
Sementara itu di rumah Haris dihadiri banyak orang, pekarangan rumahnya pun dipenuhi oleh mobil yang terparkir di sana-sini, terlihat Pak RT dan pengurus komplek serta ibu-ibu komplek berkumpul di kursi yang tertata rapi di bawah tenda.
Jasmin yang berjalan melewati rumah Haris tampak tersita pandangannya pada pemandangan itu, pemandangan yang tidak biasa. Iseng, Jasmin menyapa pak RT dan pengurus komplek serta ibu komplek yang diketuai oleh Tante Sunny si mungil nan cantik.
"Tante... ini ada apaan?"
"Hei, baru pulang? Mamimu ada di dalem," jawab tante Sunny dengan ceria. Jasmin masih bingung.
"Rumah Haris kok rame, ada tenda biru segala... ada apa sih, Tan?"
"Mamanya Haris kan mau menikah."
"APA?!" Jasmin kaget, begitupula pak RT yang sejak tadi berada di sisi Jasmin.
"Kok nggak bilang-bilang?"
"Bilang-bilang kok, cuma menikahnya sederhana engga di gedung. Cuma orang-orang deket yang diundang."
Jasmin lemes, gadis itu langsung masuk rumah Haris dengan seragam SMA yang melekat di tubuhnya. Saat masuk dia melihat sang mami mendampingi tante Fanny yang berhias pengantin, ditambah om-om tampan yang menggandeng lengan tante Fanny dengan mesra. Dan ada....
"Airin?" ucap Jasmin lirih.
Jasmin tidak mempedulikan Airin, maminya atau kecantikan dan ketampanan pengantin baru. Satu hal yang Jasmin cari di ruang ramai itu, Haris!
Segitu sibuknya Jasmin sampai tidak tahu kalau sobat dekat maminya menikah lagi.
"Ris!" Jasmin berhasil menemukan Haris, yang duduk terpekur di sudut ruang kamarnya. Haris terlihat mengenakan batik, celana jeans dan wajah suram menghiasi ekspresinya siang itu. Haris tidak menjawab sapaan kawannya, Haris tidak berselera bahkan untuk sekedar membuka mulut.
Jasmin duduk di ranjang, berjarak satu meter dengan Haris yang membelakanginya.
"lu tadi bolos?" tanya Jasmin hati-hati.
"Ris, ada seblak enak loh deket sekolah gue. Tadi gue beli sama Kai di sana. Pedes loh. Pake daging ayam," ucap Jasmin dengan mata agak dipejamkan, kalo masih gak direspon Haris beneran marah.
Lima menit Haris tak kunjung menjawab Jasmin, cowok itu masih diam dan hanyut dalam lamunannya.
"Hun? Marah yaa... maafin gue," kata Jasmin sembari menepuk pundak Haris.
Haris berbalik, sambil melepas headset dari telinganya. "Ehh, ada elu Min?" kata Haris sambil cengengesan.
"Eh Lu dari tadi nggak nyadar gue ada di belakang lu?!"
Haris tertawa kecil, "Hehe sorry, gue tadi nonton video terlalu fokus.
"Sialan ah!" Jasmin dengan jengkel memukul pelan pundak Haris, tapi tak lama gadis itu menangis sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya. Membuat Haris bingung.
"Lah, kok lu mewek? kenapa?" tanya Haris sambil berusaha melihat wajah Jasmin dengan jelas.
"Huhu.. kenapa ga bilang mama lu nikah lagi hari ini?!" kata Jasmin sambil agak membentak.
Haris tersenyum kecut, "Sorry... gue gak mau ganggu lo aja sih."
Jasmin mengusap air matanya, lalu menatap Haris prihatin.
Segitu sibuknya Jasmin pacaran dan sekolah sampai dia melupakan Haris yang selama ini selalu bernasib sama sepertinya. Berada ditengah keluarga broken home dan dibesarkan oleh ibu tunggal. Sekarang, Haris justru harus menerima kenyataan untuk memiliki Papa tiri yang akan sangat sulit buat dia terima.
"Kenapa lo kasih izin?"
Haris mengendikkan bahunya cuek. "Mau gimana lagi.. mama gue udah kelamaan sendiri. Dia juga masih muda. Gue jahat dong kalo ga kasih izin."
"Lu juga, kalo nyokap lu punya temen deket cowok dan dia mau nikah. Lu harus kasih izin, Min..."
"Kita harus damai sama kenyataan yang nggak selalu menyenangkan, kita juga nggak boleh egois. Orang tua kita punya pilihan, dan kita harus dukung pilihan itu dengan kepala dingin."
"Ris... tapi, gue tadi liat Airin di bawah... itu siapanya?"
"Airin itu... kakak tiri gue mulai hari ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments