"Lu mau udud juga, Min? Ambil aja, haha," kata Haris jahil sambil mainin HP. Seharian ini Haris terus berada di galeri furniture miliknya sehingga tidak ada waktu untuk ngobrol dan bercanda dengan Jasmin. Sama halnya dengan Jasmin, yang habis ada JOB sebagai MUA di salah satu hotel untuk perayaan sebuah bank swasta.
Jasmin bergidik. "Sok-sokan lu ngerokok. Gue jadi ingat waktu kita kemping SD dulu. Kita ngungsi di rumah pak RT di desa, terus lu asma gara-gara di rumah RT nya pakai obat nyamuk, hahaha ... gue kira umur lu bakal cuma sampai 10 tahun, Ris." Jasmin ngakak sehingga kedua matanya berair setelah bernostalgia mengingat kejadian belasan tahun yang lalu itu.
Haris bangun dari ranjang dan menghampiri Jasmin, mengambil bungkus rokok dan menyapit satu batang.
Haris duduk di tepi jendela, Jasmin duduk di atas meja belajar. Kelihatan wajah Haris stress sehingga dia tidak meladeni ocehan Jasmin. Di seberang rumah tempat tinggal mereka ada rumah Airin dan Surya yang tampak megah, tetapi sepi, beberapa lampu di dalam rumah tampak padam. Sang pemilik rumah tak kunjung datang dari liburan panjang. Jasmin menghela napas kasar, lupa bahwa Haris kini sudah menyulut api di ujung rokok dan mulai menghisapnya perlahan-lahan.
Jakun Haris naik turun, matanya kosong meski menatap pada langit yang agak mendung, begitupun Jasmin. Masa depan seakan berhenti pada malam itu yang akan terasa panjang karena berisi begitu banyak penantian.
Penantian pada yang tidak pasti, pada dia yang sudah menjadi istri, pada dia yang sudah menjadi suami. Oh, Jasmin dan Haris merasa sakit hati.
"Lu tahu nggak alasan gue ngerokok sekarang?"
Jasmin menaikkan sebelah alisnya, Haris tersenyum konyol.
"Dulu ... Airin punya cowok namanya Heri. Gue masih ingat waktu itu gue perform basket udah keren banget kayak Michael Jordan. Ada Airin di barisan penonton, ketawa-tawa manis banget, tepuk tangan setiap gue nge-shoot."
Jasmin memperhatikan suaminya dengan seksama, intinya Haris lagi kangen sama Airin. Dan cowok itu lagi-lagi curhat. Nggak papa gantian, kemarin-kemarin juga Jasmin curhat terus sama Haris.
"Tapi dukungan itu bukan buat gue, melainkan buat cowoknya, si Heri. Gue lihat Heri merokok, dan kelihatan keren banget. Pas gue baca di internet, ternyata rata-rata cowok perokok itu setia."
"Filosofi lu nggak nyambung sama sekali Haris!" bantah Jasmin jengkel. Haris cekikikan, rokoknya tidak habis karena hanya dihisap satu kali.
"Yang ada harusnya lu berusaha kayak mas Surya, jangan jadi Heri. Heri mah statusnya mantan, tuh mas Surya yang sekarang jadi suaminya. Susah lu mau nikung mas Surya, dia terlalu sempurna untuk ditikung, Marquez aja nggak mampu."
Haris mendelik tajam. "Ogah banget gue jadi Surya. Keenakan lu lah, entar lu nyerah ngejar Surya karena gue mirip Surya. Sorry ya Min, kita harus sama-sama susah, kalau jodoh lu sama gue terima aja. Harusnya lu juga jadi kayak Airin dong biar bisa tikung Airin dari Surya.
Jasmin manyun, kesal banget dengar Haris ngomong kayak gitu.
"Bacot ah!" timpal Jasmin sambil melempar bantal ke lantai.
"Kasar banget ngomongnya si Jubaedah!"
"Bodo!"
Jasmin beralih ke atas tempat tidur dan mulai bermalas-malasan di atas sana. Seprei bergambar Arsenal itu menjadi pembaringan yang nyaman untuk Jasmin. Haris hendak kembali merokok, tetapi ....
Ceklek
Pintu kamar terbuka dari luar, sontak Haris melempar rokok agar terjun bebas dari jendela. Mami Hani sudah berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang.
"Astaghfirullah!" ucap Haris kaget saat melihat wajah mertuanya tiba-tiba muncul di hadapannya. Jasmin yang sedang rebahan langsung duduk di atas tempat tidur dan menatap sang mami tidak kalah terkejut.
"Kenapa kaget gitu? Kalian nggak lagi ngapa-ngapain kan? Mami nggak ganggu'kan?" berondong Hani campur tak enak.
"Mami kenapa di sini? Mami main masuk rumah orang aja tanpa permisi!"
Hani mendekat ke arah Jasmin dan Haris, lalu duduk di tepi ranjang dan melotot galak ke arah Haris juga Jasmin.
"Ckck kalian ini pasang wajah tanpa dosa. Mami anterin makan malam buat kalian. Rumah dibiarin terbuka pintunya, udah tahu sekarang perumahan ini lagi santer rampok sama maling. Kamu juga nih Ris, sebagai suami bukannya jaga benar-benar. Kunci pintu sama jendela yang rapi, main dibiarin kebuka gitu aja!" omel Hani layaknya ibu-ibu pada umumnya.
Jasmin menunduk begitupun Haris, sepasang suami istri muda itu saling senggol dan menyalahkan satu sama lain.
"Malam ini mami nginep di sini, papa Dimas nyusul pulang juga ke rumah ini nanti jam 10 malam. Coba bayangin kalau mami nggak ada? Pasti rumah kalian kemalingan!"
Haris dan Jasmin langsung lemas, gawat, malam ini mereka kembali harus satu kamar.
"Mami kan udah bilang, nggak perlu lah kalian sok mandiri kayak Surya sama Airin. Mereka itu berbeda, mereka sudah siap lahir batin buat menikah dan berumah tangga. Enggak kayak kalian. Kalian itu anak-anak manja, yang masih butuh diurusin orang tua masing-masing," omel Hani lagi dengan kecepatan 120 rpm, padahal jelas-jelas Haris dan Jasmin baru saja selesai makan malam. Kenyang deh perut beserta telinga.
"Udah dong Mi ngomelnya ...," bujuk Jasmin sambil mengambil tangan Hani.
Hani tersenyum tipis.
"Mami nggak sedih apa sekarang nggak serumah lagi sama aku?" tanya Jasmin.
Hani mulai melembut dan mengusap lengan putrinya. Tiba-tiba suasana yang tadi sibuk dengan omelan berubah menjadi hangat, Hani juga menatap pada Haris yang tidak mengucapkan sepatah katapun selain istighfar ketika menyambut kedatangannya.
"Ris, mami titip Jasmin ya. Kalau kamu nggak sayang sama Jasmin, mami kayaknya bakalan sedih banget. Kamu juga Min, baik-baik ya jadi istri, jangan buat mami khawatir."
"Iya Mami," ucap Jasmin lembut, agak sedih, tetapi nggak sampai sedih banget karena Jasmin cukup jengkel dengan Haris yang sama sekali tidak bersuara, suaminya itu hanya mengangguk pelan mendengarkan wejangan ibu mertuanya.
"Oh iya, malam ini Surya sama Airin pulang dari Jepang. Makanya, mami nginep di sini biar sekalian nyambut mereka pulang. Kayaknya untuk sementara Surya sama Airin nginep di rumah ini dulu, rumah mereka kan masih berantakan soalnya si bibi pulang ke Garut buat nikahan anaknya."
"Hmm," gumam Haris. Jasmin melirik Haris sesaat, satu muslihat pun tercipta di antara senyum penuh maksud pasangan keras itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Zia Fahira
Hati2 jangan hanya main2 terus dengan pernikahanmu minha.
2022-04-11
0
dek
mantap thorr
2022-04-10
1