Part 12

"Lu mau udud juga, Min? Ambil aja, haha," kata Haris jahil sambil mainin HP. Seharian ini Haris terus berada di galeri furniture miliknya sehingga tidak ada waktu untuk ngobrol dan bercanda dengan Jasmin. Sama halnya dengan Jasmin, yang habis ada JOB sebagai MUA di salah satu hotel untuk perayaan sebuah bank swasta.

Jasmin bergidik. "Sok-sokan lu ngerokok. Gue jadi ingat waktu kita kemping SD dulu. Kita ngungsi di rumah pak RT di desa, terus lu asma gara-gara di rumah RT nya pakai obat nyamuk, hahaha ... gue kira umur lu bakal cuma sampai 10 tahun, Ris." Jasmin ngakak sehingga kedua matanya berair setelah bernostalgia mengingat kejadian belasan tahun yang lalu itu.

Haris bangun dari ranjang dan menghampiri Jasmin, mengambil bungkus rokok dan menyapit satu batang.

Haris duduk di tepi jendela, Jasmin duduk di atas meja belajar. Kelihatan wajah Haris stress sehingga dia tidak meladeni ocehan Jasmin. Di seberang rumah tempat tinggal mereka ada rumah Airin dan Surya yang tampak megah, tetapi sepi, beberapa lampu di dalam rumah tampak padam. Sang pemilik rumah tak kunjung datang dari liburan panjang. Jasmin menghela napas kasar, lupa bahwa Haris kini sudah menyulut api di ujung rokok dan mulai menghisapnya perlahan-lahan.

Jakun Haris naik turun, matanya kosong meski menatap pada langit yang agak mendung, begitupun Jasmin. Masa depan seakan berhenti pada malam itu yang akan terasa panjang karena berisi begitu banyak penantian.

Penantian pada yang tidak pasti, pada dia yang sudah menjadi istri, pada dia yang sudah menjadi suami. Oh, Jasmin dan Haris merasa sakit hati.

"Lu tahu nggak alasan gue ngerokok sekarang?"

Jasmin menaikkan sebelah alisnya, Haris tersenyum konyol.

"Dulu ... Airin punya cowok namanya Heri. Gue masih ingat waktu itu gue perform basket udah keren banget kayak Michael Jordan. Ada Airin di barisan penonton, ketawa-tawa manis banget, tepuk tangan setiap gue nge-shoot."

Jasmin memperhatikan suaminya dengan seksama, intinya Haris lagi kangen sama Airin. Dan cowok itu lagi-lagi curhat. Nggak papa gantian, kemarin-kemarin juga Jasmin curhat terus sama Haris.

"Tapi dukungan itu bukan buat gue, melainkan buat cowoknya, si Heri. Gue lihat Heri merokok, dan kelihatan keren banget. Pas gue baca di internet, ternyata rata-rata cowok perokok itu setia."

"Filosofi lu nggak nyambung sama sekali Haris!" bantah Jasmin jengkel. Haris cekikikan, rokoknya tidak habis karena hanya dihisap satu kali.

"Yang ada harusnya lu berusaha kayak mas Surya, jangan jadi Heri. Heri mah statusnya mantan, tuh mas Surya yang sekarang jadi suaminya. Susah lu mau nikung mas Surya, dia terlalu sempurna untuk ditikung, Marquez aja nggak mampu."

Haris mendelik tajam. "Ogah banget gue jadi Surya. Keenakan lu lah, entar lu nyerah ngejar Surya karena gue mirip Surya. Sorry ya Min, kita harus sama-sama susah, kalau jodoh lu sama gue terima aja. Harusnya lu juga jadi kayak Airin dong biar bisa tikung Airin dari Surya.

Jasmin manyun, kesal banget dengar Haris ngomong kayak gitu.

"Bacot ah!" timpal Jasmin sambil melempar bantal ke lantai.

"Kasar banget ngomongnya si Jubaedah!"

"Bodo!"

Jasmin beralih ke atas tempat tidur dan mulai bermalas-malasan di atas sana. Seprei bergambar Arsenal itu menjadi pembaringan yang nyaman untuk Jasmin. Haris hendak kembali merokok, tetapi ....

Ceklek

Pintu kamar terbuka dari luar, sontak Haris melempar rokok agar terjun bebas dari jendela. Mami Hani sudah berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang.

"Astaghfirullah!" ucap Haris kaget saat melihat wajah mertuanya tiba-tiba muncul di hadapannya. Jasmin yang sedang rebahan langsung duduk di atas tempat tidur dan menatap sang mami tidak kalah terkejut.

"Kenapa kaget gitu? Kalian nggak lagi ngapa-ngapain kan? Mami nggak ganggu'kan?" berondong Hani campur tak enak.

"Mami kenapa di sini? Mami main masuk rumah orang aja tanpa permisi!"

Hani mendekat ke arah Jasmin dan Haris, lalu duduk di tepi ranjang dan melotot galak ke arah Haris juga Jasmin.

"Ckck kalian ini pasang wajah tanpa dosa. Mami anterin makan malam buat kalian. Rumah dibiarin terbuka pintunya, udah tahu sekarang perumahan ini lagi santer rampok sama maling. Kamu juga nih Ris, sebagai suami bukannya jaga benar-benar. Kunci pintu sama jendela yang rapi, main dibiarin kebuka gitu aja!" omel Hani layaknya ibu-ibu pada umumnya.

Jasmin menunduk begitupun Haris, sepasang suami istri muda itu saling senggol dan menyalahkan satu sama lain.

"Malam ini mami nginep di sini, papa Dimas nyusul pulang juga ke rumah ini nanti jam 10 malam. Coba bayangin kalau mami nggak ada? Pasti rumah kalian kemalingan!"

Haris dan Jasmin langsung lemas, gawat, malam ini mereka kembali harus satu kamar.

"Mami kan udah bilang, nggak perlu lah kalian sok mandiri kayak Surya sama Airin. Mereka itu berbeda, mereka sudah siap lahir batin buat menikah dan berumah tangga. Enggak kayak kalian. Kalian itu anak-anak manja, yang masih butuh diurusin orang tua masing-masing," omel Hani lagi dengan kecepatan 120 rpm, padahal jelas-jelas Haris dan Jasmin baru saja selesai makan malam. Kenyang deh perut beserta telinga.

"Udah dong Mi ngomelnya ...," bujuk Jasmin sambil mengambil tangan Hani.

Hani tersenyum tipis.

"Mami nggak sedih apa sekarang nggak serumah lagi sama aku?" tanya Jasmin.

Hani mulai melembut dan mengusap lengan putrinya. Tiba-tiba suasana yang tadi sibuk dengan omelan berubah menjadi hangat, Hani juga menatap pada Haris yang tidak mengucapkan sepatah katapun selain istighfar ketika menyambut kedatangannya.

"Ris, mami titip Jasmin ya. Kalau kamu nggak sayang sama Jasmin, mami kayaknya bakalan sedih banget. Kamu juga Min, baik-baik ya jadi istri, jangan buat mami khawatir."

"Iya Mami," ucap Jasmin lembut, agak sedih, tetapi nggak sampai sedih banget karena Jasmin cukup jengkel dengan Haris yang sama sekali tidak bersuara, suaminya itu hanya mengangguk pelan mendengarkan wejangan ibu mertuanya.

"Oh iya, malam ini Surya sama Airin pulang dari Jepang. Makanya, mami nginep di sini biar sekalian nyambut mereka pulang. Kayaknya untuk sementara Surya sama Airin nginep di rumah ini dulu, rumah mereka kan masih berantakan soalnya si bibi pulang ke Garut buat nikahan anaknya."

"Hmm," gumam Haris. Jasmin melirik Haris sesaat, satu muslihat pun tercipta di antara senyum penuh maksud pasangan keras itu.

Terpopuler

Comments

Zia Fahira

Zia Fahira

Hati2 jangan hanya main2 terus dengan pernikahanmu minha.

2022-04-11

0

dek

dek

mantap thorr

2022-04-10

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15 : Flashback
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18 : Flashback
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35 : Anak Mantan
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Episode 42 : Masa lalu tak selalu Indah
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57 : Pesona Haris
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61 : Pernikahan pura-pura
62 Part 62 : Hey Arnold
63 Part 63 : Ungkapan
64 Part 64 : Ke Belanda
65 Part 65 : Papi mertua
66 Part 66: Nafkah batin
67 Part 67 : Di pagi hari
68 Part 68 : LDR
69 Part 69 : Anak cowok atau cewek
70 Part 70 : Rumah baru
71 PART 71 : Mantan
72 PART 72 : Reuni
73 PART 73 : Dua garis
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80 : Reuni 2
81 Part 81 : Reuni 3
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89 : Flashback
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15 : Flashback
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18 : Flashback
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35 : Anak Mantan
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Episode 42 : Masa lalu tak selalu Indah
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57 : Pesona Haris
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61 : Pernikahan pura-pura
62
Part 62 : Hey Arnold
63
Part 63 : Ungkapan
64
Part 64 : Ke Belanda
65
Part 65 : Papi mertua
66
Part 66: Nafkah batin
67
Part 67 : Di pagi hari
68
Part 68 : LDR
69
Part 69 : Anak cowok atau cewek
70
Part 70 : Rumah baru
71
PART 71 : Mantan
72
PART 72 : Reuni
73
PART 73 : Dua garis
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80 : Reuni 2
81
Part 81 : Reuni 3
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89 : Flashback
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!