Waktu itu Haris pulang dari sekolah setelah mengikuti ekskul basket. Sebenarnya ini adalah hari Sabtu, tetapi karena sebentar lagi akan diselenggarakan turnamen basket tingkat provinsi, maka dengan senang hati Haris ikut latihan. Toh, ada Airin yang alumni SMA nya main ke sekolah setelah setahun lalu Airin lulus. Haris kangen banget deh sama Airin, sumpah. Namun, ada aja yang membuat Haris nyesek seribu kali lipat dibandingkan nggak ketemu Airin setelah cowok itu lulus.
Jasmin yang pulang bareng Haris dari depan komplek pun tampak terheran-heran memperhatikan rupa sahabatnya sejak SD itu. Jasmin menyenggol badan Haris yang agak keringatan dengan pinggang rampingnya. Jasmin nyengir ketika Haris hanya menoleh malas.
"Kenapa Nold?" tanya Jasmin dengan nada bercanda, tidak lupa Jasmin juga menaruh sedikit mimik usil di wajahnya. Jasmin sudah lima belas menit jarang bareng Haris, tetapi baru kali ini dalam sepanjang sejarah mereka tidak berbincang sama sekali.
Haris berdecak pelan. "Capek!" katanya galak.
Jasmin hanya manggut-manggut. "Duh, cewek cantik gini lu anggurin. Biasanya kalau cowok capek liat cewek cantik langsung semringah, hehe ...." Jasmin nyengir lagi, Haris menatapnya dengan lamat-lamat, memperhatikan wajah Jasmin yang pakai bedak ketebalan macam bayi baru dimandiin sama neneknya.
"Bentar-bentar, dari sebelah mananya lu cantik. Dilihat dari ujung Monas aja kelihatan banget muka lu kayak kue putri salju, wkwkwk."
Jasmin cemberut dibuat-buat, tetapi ujung-ujungnya ia tersenyum karena membuat Haris tertawa setelah mengejeknya.
"Siapa yang bedakin lu, Min?" tanya Haris ketika mereka mampir dulu ke minimarket untuk membeli keperluan titipan masing-masing.
Jasmin diminta mami Hani membeli mi instan, sementara Haris disuruh beli kecap sama sarden.
"Dila, kan sekarang gue gabung di tim tata rias sekolah. Cantik, kan?" ucap Jasmin bangga sembari memamerkan polesan wajahnya. Sesekali Jasmin juga bercermin lewat layar HP
nya.
Haris menggembungkan pipinya, nggak kuat pengen ngakak, tetapi nanti saja ngakaknya di rumah, kalau di sini kasihan Jasmin.
"Belanjanya ini aja, Dek?" tanya kasir.
"Iyaa," jawab keduanya kompak.
"Sekalian pulsanya?"
"Enggak," kata mereka kompak.
"Di sini juga ada promo tebus murah, lima ribu bisa dapat roti ini, harga normal rotinya dua belas ribu."
Haris dan Jasmin berhenti berbincang dan beralih pada kasir yang masih menjelaskan promosi di minimarket yang dijelaskan oleh mba mba kasir.
"Mbak, bisa tebus murah hati gebetan saya yang udah digondol orang nggak? Jangankan lima ribu, 1 miliyar saya jabanin," kata Haris melankolis, menutup mulut si mba kasir dengan curahan hatinya yang konyol. Jasmin meringis mendengar curcol Haris di depan kasir.
***
"Ris, lu beli rokok?" Jasmin mengobrak-abrik kamar Haris, dan menemukan sebungkus rokok menthol di atas meja belajar cowok itu. Gila, Haris ngerokok apa nggak kena TBC?
Dia nyium aroma obat nyamuk aja langsung asma. Ini rokok loh men, rokok!
Haris yang baru selesai mandi langsung rebahan di atas tempat tidurnya. Jasmin yang sekarang sudah menjadi istrinya memang senang lihat-lihat koleksi pribadi Haris, bahkan jauh sebelum mereka menikah kelakuan Jasmin sudah seperti itu. Dia udah nggak tahu di mana zona teritorial antara dirinya dan Haris. Bagi Jasmin, Haris itu sama seperti dirinya. Jasmin tidak pernah menganggap Haris sebagai sosok laki-laki normal. Karena Jasmin tahu kalau Haris hanya mencintai Airin dan nafsunya cuma sama Airin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
dek
penasaran kelanjutannya thorr ...
swmngat up yaa...
2022-04-09
1
dek
lanjut up ya thorr
2022-04-09
1