Jasmin langsung menjatuhkan jitakan di kening Haris, nggak keras sih, tetapi Hani langsung melotot pada Jasmin yang sudah bersikap tidak sopan pada Haris.
"Jasmin nggak boleh begitu sama Haris. Dia suami kamu loh sekarang!" bentak Hani pada anak semata wayangnya. Jasmin menunduk merasa bersalah, Haris bersikap biasa saja, karena memang kalau saling jitak, saling piting adalah hal yang biasa di antara mereka.
"Maaf ...."
"Minta maafnya jangan sama mami, minta maaf sama Haris," perintah Hani keras dan tajam.
Haris menjulurkan lidahnya pada Jasmin, membuat Jasmin dengan ogah-ogahan akhirnya meminta maaf. "Sorry Ris," bisik Jasmin tak ikhlas.
"Iye iyee," ujar Haris cuek.
"Ini yang mami takutin kalo kalian menikah!" Hani bersidekap, siap-siap mengomel dan menceramahi dua manusia di hadapannya.
Jasmin kini menunduk, sama dengan Haris.
"Kalian ini partner in crime banget ya," tambah Hani masih dengan rasa jengkel.
"Tujuan kalian menikah itu apa sih. Enggak cuma main-main kan? Kalian saling cinta kan?"
Haris dan Jasmin saling pandang. Jasmin menggigit bibir bawahnya sementara Haris menarik napas dalam-dalam dengan berat.
"Mami sama papi kaget waktu kalian minta direstui buat nikah, mami nggak kasih restu tapi papi yang kasih. Keluarga kamu juga Ris, mama kamu nggak kasih restu, tapi papa kamu yang kasih kalian restu buat nikah."
"Belum seminggu kalian menikah, mami udah liat watak asli kalian balik lagi ke sikap masing-masing. Persis kayak dulu. Nggak ada dewasa-dewasanya."
Hani hampir menangis saat mengungkapkan isi hatinya di hadapan Jasmin dan Haris.
Jasmin merangkul lengan Haris, dan Haris membalas rangkulan Jasmin dengan tatapan yang melembut.
"Kita saling sayang kok," jawab keduanya kompak, bersamaan. Hani tersenyum kecut, air mata tidak jadi mengalir, jujur saja Hani bukan tipikal ibu-ibu dramatis dan senang bercucuran air mata di hadapan orang lain.
"Mami maunya kita kayak gimana? Maafin Jasmin ya Mi, udah bikin Mami kesel."
"Maafin Haris juga Tante, udah jadi menantu yang bikin kesel."
Hani menghela napas kasar, benar-benar bingung saat melihat kedua anak di hadapannya ini malah sibuk minta maaf.
Haris tidak bisa berbuat banyak, yang bisa Haris lakukan adalah bersikap sok mesra dengan Jasmin. Begitulah Jasmin yang kini makin erat merangkul lengan kanan Haris. Dua sahabat itu sudah berjanji untuk menutupi rencana cita-cita gila mereka dari siapapun, cukup mereka yang tahu dan berharap suatu hari keinginannya terkabul.
"Mami maafin, tapi kalian janji ya sama mami, jaga sikap dan harus saling menjaga satu sama lain. Terutama kamu Jasmin."
Jasmin mendongak, menatap pada Hani dengan mata berkaca-kaca campur takut. "Iya Mih."
"Mami nggak mau kalo kalian berpikiran pernikahan itu sebagai main-main atau challenge. Pikiran kalian itu udah aneh sejak kecil."
Haris terhenyak mendengar ucapan Hani. Memang benar bahwa pernikahan yang terjalin antara Jasmin dan dirinya hanya karena tantangan, tantangan untuk memperjuangkan cinta masing-masing yang tidak terwujud. Tantangan yang tidak mungkin dikalahkan.
Jawaban tentang keberadaan Surya dan Airin tidak mereka dapatkan. Akhirnya Jasmin memilih untuk menenangkan diri di kamarnya, tentu Jasmin tidak sendirian sebab ada Haris di sampingnya.
"Eh, kolor gue kenapa ada di rumah lu. ****** gue juga." Haris histeris ketika membuka lemari Jasmin dan menemukan banyak pakaian dalamnya di sana.
Jasmin mendecih di tengah diamnya. "Ya lu mikir dong, lu suami gue sekarang."
Haris cengengesan. "Oh iya gue lupa. Hehe ... Gue kira lu koleksi kolor-kolor gue, tapi pas dilihat-lihat kok kolornya sampai lusinan."
Jasmin mendelik jengkel. "Mereka udah ngapain aja ya, Ris?"
Haris langsung berhenti memilah kolornya dan menghampiri Jasmin yang rebahan di atas tempat tidur.
Jasmin menoleh pada Haris dengan tampang kuyu dan putus asa.
"Gue udah nggak berharap banyak Min. Lu tahu kan, they are married couple, they can do whatever they want to do."
"Jadi lu nyerah?"
"Nggak gitu juga. Maksud gue, gue nggak peduli mereka udah ngapain aja, tapi ... gue masih tetap bakalan cinta sama Airin walau apa pun yang terjadi."
"Lu nggak perlu insecure kayak gini," tambah Haris menenangkan. Jasmin bangun dari tidurnya dan tersenyum kecut pada Haris.
"Ahhriss ... thotwhitt," canda Jasmin dengan menirukan cara bicara Haris.
"Thialand lu," umpat Haris kesal. (Awas aja kalo ada yang bacanya Thailand (wkwkwk).
Bersambung ....
Part nya pendek-pendek karena di bulan ini aku sibuk banget, nggak ada waktu buat nulis banyak. Dan juga cerita ini di up karena aku ingin ikutan event bulan ramadhan, walaupun cerita ini nggak ada bau-bau bulan ramadhan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
vhyra
up
2022-04-06
0
Haryanti Har
pertama aku bacanya juga Thailand 😂
2022-04-05
1