"Kak Airin, harusnya jangan banyak bergerak, kan kandungannya masih lemah banget," ujar Haris perhatian pada Airin.
"Ah, tenang aja, kan aku pegangan sama Surya."
"Auk ah, laki lu butah tuh makanya harus dipegangin!" umpat Haris dalam hati.
"Oh iya, mau minum apa? Biar Jasmin yang buatin." Jasmin yang dari tadi diam pada akhirnya menawarkan diri untuk menawarkan sesuatu.
Surya tampak berpikir. "Duduk aja Min, kamu sebaiknya istirahat, katanya baru selesai jadi MUA di acara fashion show."
Pipi Jasmin bersemburat merah, tanpa ragu gadis itu duduk di kursi kayu yang ada di dekatnya. Kalau sama Surya mah nurut banget, kayak ular dikasih suling. Kalau sama Haris mah kayak ular dikasih garam, nggak bisa diam.
Suasana jadi canggung ketika Jasmin duduk. Haris, Surya, dan Airin masih berdiri berhadapan tanpa bergerak. Yang buat canggung sih dari tadi Airin dan Surya malah gandengan tangan sambil rangkul-rangkulan nggak bisa dipisahin.
"Begini, kita kan sebentar lagi mau punya bayi. Kira-kira kita bisa nggak request box bayi dari kayu Jepara Ris, yang ada ukirannya. Pengennya konsep semacam keraton gitu." Surya mulai mengatakan maksud dan tujuannya datang ke Ris'n furniture, kini mereka berempat sudah duduk di ruangan Haris yang jauh lebih nyaman. Oh iya, toko sudah tutup karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Haris diam seperti kebiasaannya kalau sudah berhadapan dengan Surya. Hal ini membuat Jasmin dengan terpaksa harus mencubit lengan Haris agak suaminya itu mau bereaksi.
"Iya Ris, kalau bisa yang cantik banget ukirannya. Kita mau konsep keraton yang modern tapi masih kental sama budaya jawa." Airin ikut menimpali.
"Hmm, bisa Kak Airin ... mau ukuran berapa?"
Karena Airin yang ngomong maka Haris membalasnya dengan cepat. Jasmin menyebikkan bibirnya.
"Hmm, yang bisa muat dua bayi, kira-kira itu kegedean nggak ya kalau disimpan di kamar?"
"Ah, bisa kok kak Airin, secepatnya," jawab Haris dengan semangat.
"Oke, kalau gitu fix ya, Ris, kamu yang buatin box bayi buat keponakan kamu," ujar Surya dengan girang dan bahagia, Surya pun mencari ciuman pada pipi Airin membuat Airin tersipu dan Haris siap baku hantam.
Jasmin semakin ngenes, karena dari tadi dia nggak kebagian dialog.
"Wah, di sini juga ada ayunan? Keren ya," ujar Surya saat hendak pamit pulang, tatapannya teralihkan pada sebuah ayunan kayu yang cukup besar, muat untuk bobot sampai dua ratus kilogram.
"Iya Kak, ini yang paling best seller," timpal Jasmin.
"Sayang, gimana kalau kita beli buat di teras?" Airin merangkul Surya dengan mesra, tepat di sisi Jasmin. Membuat Jasmin jengkel tanpa alasan.
"Boleh, kalau kamu mau ... apa sih yang enggak buat kamu."
"Hihi ... Makasih," ucap Airin senang.
"Ris, kita mau yang ini ya. Besok bisa kan langsung kirimin ke rumah?"
"Bisa," timpal Haris malas.
"Sayang, dingin nggak?" tanya Surya saat dirinya dan Airin berjalan menuju parkiran. Airin mengangguk.
"Ya ampun, nih pakai jas aku." Surya dengan sigap memakaikan Airin jas yang dikenakannya, padahal sudah jelas-jelas Airin itu berpakaian tertutup dan juga suhunya tidak sedingin itu untuk berpakaian serba tebal.
"Kamu nggak boleh kedinginan, nggak boleh kepanasan. Orang hamil itu harus serba istimewa agar sehat."
"Kamu nggak usah lebay deh, hehe," timpal Airin malu-malu.
"Aku lebay kan buat kamu juga, dan calon bayi kita." Surya berjongkok, mengecup permukaan perut Airin yang masih begitu rata.
Jasmin yang melihatnya tampak cemberut. Sedangkan Haris sedang menyiapkan motor untuk membawa mereka kembali menuju rumah.
"Heh, helm nih helm," kata Haris sambil menyenggol lengan Jasmin pakai helm.
Jasmin merebutnya dengan tergesa lalu memakainya.
"Nggak usah lu liatin," beritahu Surya.
"Ya kelihatan, gimana bisa nggak dilihat coba," balas Jasmin jengkel.
"Makanya kayak gue ...."
"Kayak lu gimana?"
Jasmin menoleh ke arah Haris, suaminya itu pakai kacamata hitam di malam hari begini.
"Kemesraan mereka sangat silau, makanya gue pakai sunglasses."
"Bodoamat, ini gue nikah sama Haris atau sama Sule sih!" umpat Jasmin sambil naik ke atas motor Haris yang mesinnya sudah menyala.
***
"Sayang ... apa mungkin, Haris itu nggak suka ya sama aku?" Surya mulai bertanya pada Airin perihal sikap Haris yang agak aneh padanya. Di atas tempat tidur itu Airin justru tertawa kecil mendengar pertanyaan suaminya.
"Haha ... nggak suka gimana? Haris anaknya emang gitu, irit ngomong."
Surya bernapas lega, tetapi masih ada yang mengganjal rasanya dengan sikap Haris meskipun kini ia telah menjadi kakak iparnya.
"Ya, beda aja rasanya loh. Haris itu emang irit ngomong, tapi ... dia kadang jarang jawab pertanyaanku, kalau ngobrol juga seperlunya. Aku jadi ingat waktu kita mau jalan pas pacaran, aku main ke rumah kamu, di sana ada Haris, aku ketuk pintu sama pencet bel tapi nggak dia bukain atau sahutin," curhat Surya panjang lebar pada Airin.
"Ck, Haris emang begitu. Kamu tenang aja, kamu belum tahu aja gimana rame dan bawelnya Haris kalau lagi sama adik kamu."
"Surya manggut-manggut. "Iya sih, pasangan memang begitu kali, ya? Saling melengkapi."
"Jasmin nya bawel, Haris nya pendiam. Kalau disatuin dua-duanya ribut terus," tambah Airin sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Oh iya, aku belum ngobrol sama bayi kita, hampir aja lupa."
***
"Min, lu pernah ***** nggak sama gue?"
Pletak!
Satu jitakan berhasil Haris terima saat cowok itu mengajukan satu pertanyaan non manusiawi di dalam kamar.
"Eh ...," kata Haris pelan sambil mengusap kepalanya.
"Ya kan gue nanya. Siapa tahu gitu pernah, gue bakalan lebih hati-hati kalau berduaan sama lu. Takutnya gue diterkam pas lagi lucu-lucunya."
"Ya mana ada gue ***** sama lu. Lu mikir dong, pas lu disunat, siapa yang jagain amplop. At least, gue udah tahu bentukan burung lu kayak gimana, wkwkwk."
"Itu mah beda Min, pas gue disunat burung gue masih pitik. Sekarang mah udah gede, coba deh elu siulin. Dia react apa kagak."
"Bacodd! Haris!"
"Wkwkwk ...." Haris tertawa terpingkal-pingkal di atas tempat tidur. Jasmin sedang memoleskan krim wajah dengan telaten, bersiap untuk tidur di sofa, karena sekarang jadwalnya Jasmin untuk tidur di sofa.
"Eh, Min ...."
"Hmmm ...," sahut Jasmin dengan mata terpejam.
Hening ....
Haris mendekat ke arah sofa, kemudian duduk di lantai menghadap Jasmin.
"Apa kita... nggak bisa nyoba jadi pasangan... normal?"
Jasmin membuka matanya perlahan, menoleh ke arah Haris yang amat dekat dengannya.
Bersambung ....
Apakah ini tanda-tanda?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yus Neni
dicoba dong....enak lho mine
2022-04-19
0
Zia Fahira
nah gitu dong ada perubahan😂
2022-04-19
0
Inaitsa Ayu
ayooo cobaa
2022-04-18
0