Part 17

"Kak Airin, harusnya jangan banyak bergerak, kan kandungannya masih lemah banget," ujar Haris perhatian pada Airin.

"Ah, tenang aja, kan aku pegangan sama Surya."

"Auk ah, laki lu butah tuh makanya harus dipegangin!" umpat Haris dalam hati.

"Oh iya, mau minum apa? Biar Jasmin yang buatin." Jasmin yang dari tadi diam pada akhirnya menawarkan diri untuk menawarkan sesuatu.

Surya tampak berpikir. "Duduk aja Min, kamu sebaiknya istirahat, katanya baru selesai jadi MUA di acara fashion show."

Pipi Jasmin bersemburat merah, tanpa ragu gadis itu duduk di kursi kayu yang ada di dekatnya. Kalau sama Surya mah nurut banget, kayak ular dikasih suling. Kalau sama Haris mah kayak ular dikasih garam, nggak bisa diam.

Suasana jadi canggung ketika Jasmin duduk. Haris, Surya, dan Airin masih berdiri berhadapan tanpa bergerak. Yang buat canggung sih dari tadi Airin dan Surya malah gandengan tangan sambil rangkul-rangkulan nggak bisa dipisahin.

"Begini, kita kan sebentar lagi mau punya bayi. Kira-kira kita bisa nggak request box bayi dari kayu Jepara Ris, yang ada ukirannya. Pengennya konsep semacam keraton gitu." Surya mulai mengatakan maksud dan tujuannya datang ke Ris'n furniture, kini mereka berempat sudah duduk di ruangan Haris yang jauh lebih nyaman. Oh iya, toko sudah tutup karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Haris diam seperti kebiasaannya kalau sudah berhadapan dengan Surya. Hal ini membuat Jasmin dengan terpaksa harus mencubit lengan Haris agak suaminya itu mau bereaksi.

"Iya Ris, kalau bisa yang cantik banget ukirannya. Kita mau konsep keraton yang modern tapi masih kental sama budaya jawa." Airin ikut menimpali.

"Hmm, bisa Kak Airin ... mau ukuran berapa?"

Karena Airin yang ngomong maka Haris membalasnya dengan cepat. Jasmin menyebikkan bibirnya.

"Hmm, yang bisa muat dua bayi, kira-kira itu kegedean nggak ya kalau disimpan di kamar?"

"Ah, bisa kok kak Airin, secepatnya," jawab Haris dengan semangat.

"Oke, kalau gitu fix ya, Ris, kamu yang buatin box bayi buat keponakan kamu," ujar Surya dengan girang dan bahagia, Surya pun mencari ciuman pada pipi Airin membuat Airin tersipu dan Haris siap baku hantam.

Jasmin semakin ngenes, karena dari tadi dia nggak kebagian dialog.

"Wah, di sini juga ada ayunan? Keren ya," ujar Surya saat hendak pamit pulang, tatapannya teralihkan pada sebuah ayunan kayu yang cukup besar, muat untuk bobot sampai dua ratus kilogram.

"Iya Kak, ini yang paling best seller," timpal Jasmin.

"Sayang, gimana kalau kita beli buat di teras?" Airin merangkul Surya dengan mesra, tepat di sisi Jasmin. Membuat Jasmin jengkel tanpa alasan.

"Boleh, kalau kamu mau ... apa sih yang enggak buat kamu."

"Hihi ... Makasih," ucap Airin senang.

"Ris, kita mau yang ini ya. Besok bisa kan langsung kirimin ke rumah?"

"Bisa," timpal Haris malas.

"Sayang, dingin nggak?" tanya Surya saat dirinya dan Airin berjalan menuju parkiran. Airin mengangguk.

"Ya ampun, nih pakai jas aku." Surya dengan sigap memakaikan Airin jas yang dikenakannya, padahal sudah jelas-jelas Airin itu berpakaian tertutup dan juga suhunya tidak sedingin itu untuk berpakaian serba tebal.

"Kamu nggak boleh kedinginan, nggak boleh kepanasan. Orang hamil itu harus serba istimewa agar sehat."

"Kamu nggak usah lebay deh, hehe," timpal Airin malu-malu.

"Aku lebay kan buat kamu juga, dan calon bayi kita." Surya berjongkok, mengecup permukaan perut Airin yang masih begitu rata.

Jasmin yang melihatnya tampak cemberut. Sedangkan Haris sedang menyiapkan motor untuk membawa mereka kembali menuju rumah.

"Heh, helm nih helm," kata Haris sambil menyenggol lengan Jasmin pakai helm.

Jasmin merebutnya dengan tergesa lalu memakainya.

"Nggak usah lu liatin," beritahu Surya.

"Ya kelihatan, gimana bisa nggak dilihat coba," balas Jasmin jengkel.

"Makanya kayak gue ...."

"Kayak lu gimana?"

Jasmin menoleh ke arah Haris, suaminya itu pakai kacamata hitam di malam hari begini.

"Kemesraan mereka sangat silau, makanya gue pakai sunglasses."

"Bodoamat, ini gue nikah sama Haris atau sama Sule sih!" umpat Jasmin sambil naik ke atas motor Haris yang mesinnya sudah menyala.

***

"Sayang ... apa mungkin, Haris itu nggak suka ya sama aku?" Surya mulai bertanya pada Airin perihal sikap Haris yang agak aneh padanya. Di atas tempat tidur itu Airin justru tertawa kecil mendengar pertanyaan suaminya.

"Haha ... nggak suka gimana? Haris anaknya emang gitu, irit ngomong."

Surya bernapas lega, tetapi masih ada yang mengganjal rasanya dengan sikap Haris meskipun kini ia telah menjadi kakak iparnya.

"Ya, beda aja rasanya loh. Haris itu emang irit ngomong, tapi ... dia kadang jarang jawab pertanyaanku, kalau ngobrol juga seperlunya. Aku jadi ingat waktu kita mau jalan pas pacaran, aku main ke rumah kamu, di sana ada Haris, aku ketuk pintu sama pencet bel tapi nggak dia bukain atau sahutin," curhat Surya panjang lebar pada Airin.

"Ck, Haris emang begitu. Kamu tenang aja, kamu belum tahu aja gimana rame dan bawelnya Haris kalau lagi sama adik kamu."

"Surya manggut-manggut. "Iya sih, pasangan memang begitu kali, ya? Saling melengkapi."

"Jasmin nya bawel, Haris nya pendiam. Kalau disatuin dua-duanya ribut terus," tambah Airin sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Oh iya, aku belum ngobrol sama bayi kita, hampir aja lupa."

***

"Min, lu pernah ***** nggak sama gue?"

Pletak!

Satu jitakan berhasil Haris terima saat cowok itu mengajukan satu pertanyaan non manusiawi di dalam kamar.

"Eh ...," kata Haris pelan sambil mengusap kepalanya.

"Ya kan gue nanya. Siapa tahu gitu pernah, gue bakalan lebih hati-hati kalau berduaan sama lu. Takutnya gue diterkam pas lagi lucu-lucunya."

"Ya mana ada gue ***** sama lu. Lu mikir dong, pas lu disunat, siapa yang jagain amplop. At least, gue udah tahu bentukan burung lu kayak gimana, wkwkwk."

"Itu mah beda Min, pas gue disunat burung gue masih pitik. Sekarang mah udah gede, coba deh elu siulin. Dia react apa kagak."

"Bacodd! Haris!"

"Wkwkwk ...." Haris tertawa terpingkal-pingkal di atas tempat tidur. Jasmin sedang memoleskan krim wajah dengan telaten, bersiap untuk tidur di sofa, karena sekarang jadwalnya Jasmin untuk tidur di sofa.

"Eh, Min ...."

"Hmmm ...," sahut Jasmin dengan mata terpejam.

Hening ....

Haris mendekat ke arah sofa, kemudian duduk di lantai menghadap Jasmin.

"Apa kita... nggak bisa nyoba jadi pasangan... normal?"

Jasmin membuka matanya perlahan, menoleh ke arah Haris yang amat dekat dengannya.

Bersambung ....

Apakah ini tanda-tanda?

Terpopuler

Comments

Yus Neni

Yus Neni

dicoba dong....enak lho mine

2022-04-19

0

Zia Fahira

Zia Fahira

nah gitu dong ada perubahan😂

2022-04-19

0

Inaitsa Ayu

Inaitsa Ayu

ayooo cobaa

2022-04-18

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15 : Flashback
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18 : Flashback
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35 : Anak Mantan
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Episode 42 : Masa lalu tak selalu Indah
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57 : Pesona Haris
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61 : Pernikahan pura-pura
62 Part 62 : Hey Arnold
63 Part 63 : Ungkapan
64 Part 64 : Ke Belanda
65 Part 65 : Papi mertua
66 Part 66: Nafkah batin
67 Part 67 : Di pagi hari
68 Part 68 : LDR
69 Part 69 : Anak cowok atau cewek
70 Part 70 : Rumah baru
71 PART 71 : Mantan
72 PART 72 : Reuni
73 PART 73 : Dua garis
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80 : Reuni 2
81 Part 81 : Reuni 3
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89 : Flashback
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15 : Flashback
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18 : Flashback
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35 : Anak Mantan
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Episode 42 : Masa lalu tak selalu Indah
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57 : Pesona Haris
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61 : Pernikahan pura-pura
62
Part 62 : Hey Arnold
63
Part 63 : Ungkapan
64
Part 64 : Ke Belanda
65
Part 65 : Papi mertua
66
Part 66: Nafkah batin
67
Part 67 : Di pagi hari
68
Part 68 : LDR
69
Part 69 : Anak cowok atau cewek
70
Part 70 : Rumah baru
71
PART 71 : Mantan
72
PART 72 : Reuni
73
PART 73 : Dua garis
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80 : Reuni 2
81
Part 81 : Reuni 3
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89 : Flashback
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!