Harapan terakhir adalah om Dimas, satu-satunya orang yang saat ini menjadi sumber informasi untuk Haris dan Jasmin mengetahui di mana keberadaan Airin dan Surya berbulan madu. Namun, sayangnya om Dimas masih berada di kantor dan belum pulang meski sudah larut malam begini.
Jasmin yang masih berada di dalam kamarnya mencoba menghubungi Surya dan Airin, tetapi HP pasangan suami istri itu sama sekali tidak aktif sehingga membuat Jasmin agaknya menjadi frustrasi. Mana si Haris lagi main sama teman-temannya, jadi deh Jasmin bete akut sendirian di rumah.
"Mi ... Papa belum pulang?" tanya Jasmin pada maminya yang sedang duduk di depan TV. Seharian ini mama Hani nggak bisa diganggu karena lagi maraton drama Turki. Aslinya deh, ini ibu-ibu satu lagi keranjinan banget sama drama Turki, gabut banget maminya Jasmin sejak nikah sama papa Dimas.
"Ah, papa nggak akan pulang, dia lembur di kantor. Paling pulangnya besok subuh."
"Apa?" jerit Jasmin kaget, Hani sampai harus melototi anaknya biar nggak teriak-teriak.
"Emang kamu mau ngapain nanyain papa kamu? Nggak biasanya ...." Hani mematikan layar televisi dan menghadap Jasmin yang tampaknya kecewa karena tak dapat bertemu Dimas.
"Aku mau pulang ke rumah, kalau papa nggak pulang berarti mami sendirian dong di sini."
"Yaudah, kamu nginep aja di sini, temenin mami. Btw, Haris mana?"
Duh males banget, kalau nginep di sini sang mami pasti nyuruh Jasmin sama Haris tidur sekasur, bisa ketahuan kalau Jasmin sama Haris sering berantem tiap pagi gara-gara insiden kasur.
"Haris lagi main sama Ardi."
"Suruh pulang, gimana sih, udah nikah kok masih aja main sama Ardi," perintah Hani pada Jasmin.
"Ya masa Haris main sama Jasmin, mau main apaan? Haris sukanya mabar loh Mi," keluh Jasmin pada sang mami.
"Iya, kalau sama kamu main kuda-kudaan kek. Ngapain kek."
Yakali kuda-kudaan, dih bayanginya aja Jasmin udah geli sendiri. Masa main kuda-kudaan sama Haris, entar yang dipecut siapa? Mulai deh ngelantur.
Jasmin menyebikkan bibirnya. "Mi, pengen punya adek," kata Jasmin sambil memeluk maminya dengan erat.
Hani melotot lalu mencubit pipi tembam Jasmin gemas. "Lah, udah gede minta adek. Seharusnya mami yang minta cucu sama kamu."
"Idih, emang Mami siap dipanggil nenek?"
"Enggak juga sih, hehehe. Tapi kayaknya kalau masalah cucu, Surya sama Airin bakalan ngasih duluan deh," ujar Hani, sembari membayangkan betapa indahnya pernikahan Surya dan Airin.
Jasmin murung, dia langsung melepaskan pelukannya dari maminya dan mendelik sebal.
"Mami tuh apaan sih, anaknya Mami kan aku, kok Mami kayaknya lebih sayang sama kak Surya sama kak Airin ketimbang aku!" kata Jasmin pura-pura marah.
"Yeh ini anak, kok sensi begini... Mami kan cuma bilang kalo Airin sama Surya bakalan kasih cucu duluan."
"Tapi aku nggak mau jadi Tante! Aku maunya jadi teteh!" balas Jasmin ketus. Jasmin kemudian lari ke atas menuju kamarnya.
Haris pulang setelah Jasmin minta untuk segera enyah dari kosan Ardi. Jasmin bilang kalau maminya jahat dan tidak sayang padanya, hal ini membuat Haris harus menanggapi ocehan Jasmin yang tak henti-henti dengan kuping panas. Jasmin ini kalau sudah ngomel macam idol kpop lagi ngerapp, nggak beres-beres.
Sambil rebahan di atas tempat tidur dan sambil terkantuk-kantuk. Haris masih mendengarkan curahan hati Jasmin. Hampir setengah jam Jasmin mengomel yang isinya masih perihal Surya dan Airin. Mungkin kalau Haris cewek dia juga bakal ngomel seperti Jasmin, tetapi Haris lebih melampiaskan kekesalannya dengan bertemu teman-temannya dan menghabiskan waktu dengan main game.
"Ris, minggir lu, gue mau tidur," ujar Jasmin setelah lelah bercerita, gadis itu mendorong tubuh Haris untuk menyingkir dari kasurnya.
Haris menaikkan sebelah alisnya. "He to the llow,,, hellow... lu itu udah janji bakalan bikin gue tidur nyenyak malam ini. Lu aja yang minggir, wlee ...." Haris menjulurkan lidahnya dan bersikap tak acuh pada Jasmin yang kini cemberut.
"Ya ampun, tapi kan malam ini kita nggak bakal patroli! Lagian kita ditinggal mas Surya dan kak Airin juga gara-gara lu yang nggak becus jaga!" bentak Jasmin marah dan kesal.
Haris menegakkan tubuhnya. "Apa?! Enak banget lu nyalahin gue. Lu tahu nggak gimana si mas Surya lu itu buat rumah macam studio musik republik cinta management. Ruma si Surya itu kedap suara. Mana bisa gue dengar kalau mereka bakalan pergi diam-diam."
Jasmin menunduk. "Harusnya lu cari cara dong, diam di dekat dinding kek, nguping lewat lubang pintu kek. Itu kan tugas lu. Kita kecolongan semuanya karena lu."
"Jadi lu nyalahin gue?!"
"Pokoknya, gue mau tidur di kasur. Sana ah." Sekali lagi Jasmin meminta Haris untuk pergi dari atas tempat tidurnya. Karena kasihan dan sudah malas diomelin, akhirnya Haris mengalah dan menuju karpet beludru yang ada di sisi tempat tidur. Cowok itu mengambil bantal dan guling punya Jasmin, berjanji tidak akan menggangu si kucing garong yang sedang sensi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments