Dimas baru saja pulang dari kantor tepat pukul 11.20 malam. Hani yang setia menunggu suaminya itu pun menyambut suaminya dengan teh hangat dengan camilan berupa cookies almond di ruang tengah rumah milik Haris dan Jasmin.
"Anak-anak ke mana?" tanya Dimas setiba di rumah.
"Udah tidur," jawab Hani ketus, mungkin karena Hani sudah mengantuk dan kesal juga pada Haris dan Jasmin.
Dimas tersenyum tipis. "Kok jutek?"
"Kesel sama mereka, sudah menikah tapi kok ngeselin terus. Masa aku tadi kemari rumah nggak dikunci, makanan di kulkas juga kosong, gas habis, perlengkapan dapur juga nggak ada sama sekali. Untung aku bawain mereka makanan, kalau enggak Haris sama Jasmin bakal delivery order junk food.
Dimas memperhatikan istrinya sambil duduk rebahan di sofa. "Udah dong, namanya juga anak-anak, mau gimana lagi? Nanti juga kalau mereka sudah punya anak bisa sadar. Dulu juga kita sempat labil."
Hani terkekeh pelan. Dimas adalah mantan pacarnya sebelum Hani menikah dengan Aloey Robert yang merupakan sosok ayah kandung Jasmin sekaligus mantan suaminya. Beruntungnya, Hani bisa dipertemukan kembali dengan Dimas setelah bercerai dengan Aloey. Meskipun dengan keadaan Dimas yang seorang duda beranak satu, Surya.
"Mas, kamu kenapa restuin Jasmin sama Haris menikah?"
Dimas agak berpikir, kemudian merangkul Hani ke dalam dekapannya. "Karena mereka kelihatan nggak bisa dipisahin. Lagian, kalau bukan karena restu Jasmin sama Haris empat tahun lalu ... aku mungkin nggak bisa nikah dengan kamu."
Oh, jadi gitu? Sebentar ... Om Aloey ke mana dong sekarang?
"Oh iya, Airin sama Surya masih di perjalanan dari bandara. Kita tunggu sebentar ya sebelum tidur. Aku minta mereka nginep di sini, soalnya rumah mereka berantakan." Hani mengganti topik obrolan, dan Dimas sepertinya tidak keberatan untuk menunggu kedatangan putra sulung dan menantunya itu.
"Okay, mereka tidur di kamar sebelah mana? Jasmin sama Haris sudah tahu?"
"Udah, mereka udah setuju juga kok."
Setelah selesai menguping obrolan kedua orang tua, Jasmin dan Haris memutuskan untuk kembali ke kamar sebelum Hani atau Dimas melihat mereka belum kunjung tidur. Dengan langkah seribu tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk tiba di kamar Haris.
Sebenarnya, Jasmin dan Haris meskipun satu rumah tidak tidur di kamar yang sama, karena kalah taruhan akhirnya Jasmin dapat kamar tamu yang ada di ujung lantai dua, sementara Haris yang menang taruhan dapat kamar utama yang letaknya sangat strategis yaitu di tengah-tengah lantai dua memiliki balkon dan jendela yang besar. Orang tua mereka tidak tahu perihal ini, maka dari itu ketika Hani datang tiba-tiba ke kamar, sungguh beruntung karena Jasmin sedang berada di kamar utama bersama Haris.
"Ris, gue tidur di kasur ya?" Jasmin merengek lagi, Haris yang sudah berada di atas kasur dengan selimut melingkupi tubuhnya hanya menjulurkan lidahnya.
"Ogah, wlee."
Jasmin cemberut. "Gue teriak nih, gue bilangin mami."
"Bilang aja sono. Lu juga paling yang kena, haha ...."
Jasmin langsung merebahkan tubuhnya di atas karpet ditemani satu guling. "Masa lu tega biarin istrinya tidur di lantai beralaskan karpet."
"Ntar gue bakalan bilang ke nyokap lu, kalau lu udah berani ngerokok."
"Bawel banget sih Min, tidur ah tidur. Besok gue mau menyambut Airin dengan ketampanan gue. Gue mau bangun subuh terus pencitraan di dapur. Lu harus terbiasa bobo di atas karpet, siapa tahu lu terbang sama Surya ke Arab biar jauh."
"Haris sialan!"
Tok
Tok
"Min, mami masuk ya?"
Tok
"Udah tidur?"
"Eh... sini cepetan!" Haris menarik Jasmin ke atas tempat tidur, dan Jasmin refleks naik ke atas kasur lalu berbaring di sana dengan posisi yang lumayan natural.
Hani membuka pintu kamar, ditemani Dimas yang mengekorinya dari belakang.
"Tuhkan, apa aku bilang, mereka udah tidur. Kamu ganggu aja."
Hani cekikikan melihat posisi tidur anak dan menantunya.
"Aku tuh tahu banget mereka sejak kecil. Nggak nyangka kalau mereka jadi suami istri."
"Eh, tapi dilihat-lihat, Jasmin tidurnya lucu juga. Kenapa mukanya nempel di ketek Haris begitu, persis kayak kamu," komentar Dimas.
Plak ... Hani memukul manja lengan kekar suaminya sambil tersipu malu.
Meanwhile, Haris harus nahan ketawa karena berhasil ngetekin Jasmin. Jasmin sudah pasti bakalan balas dendam kalau orang tuanya sudah menghilang dari sini.
"Udah ah, kalau mereka bangun pasti malu. Tutup lagi pintunya, kita tunggu Surya."
"Hmm."
Pintu kembali tertutup, Haris membuka mata kemudian bernapas lega.
*Min, Min ... udah pergi tuh mami lu, sana balik ke karpet!" beritahu Haris sembari menepuk-nepuk pelan bahu Jasmin.
Namun, Jasmin sama sekali tidak bergerak, gadis itu memejamkan mata dengan nyaman di samping Haris, sedikit mendengkur halus juga seolah-olah tubuhnya mencari-cari kelembutan di atas tempat tidur. Jasmin juga menggunakan lengan Haris karena dia benar-benar kelelahan lalu tidur.
Haris ingat saat tadi ia menjemput Jasmin dari hotel tempat Jasmin melakukan tugasnya sebagai MUA, Jasmin kelihatan kelelahan ditambah lagi Jasmin juga masih mau membantu Haris di toko furniture untuk melayani beberapa pembeli. Haris tersenyum kecil, dia juga mulai mengantuk dan memutuskan untuk tidur tanpa mempedulikan lengan kirinya yang digunakan sebagai bantal oleh Jasmin.
"Dasar tukang tidur," ucap Haris lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yus Neni
akhirnya seranjang...kemajuan tu Miris(Yasmin Haris)😁
2022-04-12
0
dek
mantap
2022-04-12
0