"Eh, gue lihat-lihat lu bareng cewek itu terus, cewek lu?" tanya seorang teman pada Haris yang kebetulan baru saja sampai di tempat tongkrongan sepulang sekolah.
Haris melirik ke arah Jasmin yang sudah pergi agak menjauh setelah anak itu menumpang di motor Haris. Jasmin terpaksa harus jalan kaki sekitar 300 meter untuk ke toko buku. Haris mengendikan bahunya tak acuh ke arah Kai, teman sekelasnya sekaligus teman barunya di sekolah.
"Bukan, tetangga gue itu," jawab Haris cuek.
Kai tampak tersenyum tipis. "Boleh juga, kenalin ke gue dong," pinta Kai pada Haris sambil menyodorkan HP nya.
Haris agak risih sih kalau ada cowok mintain nomor HP atau minta dikenalin ke Jasmin, soalnya Jasmin suka sok kecakepan kalau ada cowok yang naksir dia. Haris malas dong kalau Jasmin sok kecakepan, Jasmin kan nggak cakep di mata Haris.
"Serius lu mau dikenalin sama tetangga gue itu?"
Kai dengan enteng mengangguk. "Iya dong. Kenapa emang? Lu naksir?"
Haris bergidik. "Kagak... gue cuma kasih lu kesempatan sih buat mikir-mikir lagi. Jangan ketipu sama rupanya, aslinya ... dia gesrek."
Kai tertawa kecil melihat ekspresi ngeri Haris. "Haha ... nggak masalah, kasih gue nomornya deh, ke sananya biar gue cari tahu sendiri."
Haris tanpa pikir panjang langsung memberikan nomor telepon Jasmin pada Kai tanpa izin terlebih dahulu pada kawan sejak bayinya itu.
***
Sore itu Jasmin main ke rumah Haris. Sudah seminggu mereka tidak sempat main bareng karena Haris sudah pindah sekolah sejak naik ke kelas kedua. Sementara Jasmin baru saja selesai masa orientasi siswa sudah resmi duduk di bangku kelas 1 SMA. Jumat sore adalah hari istimewa bagi semua pelajar di Bandung, karena esok adalah Sabtu maka Jumat sore merupakan hari pelampiasan terakhir dari semua beragam kegiatan yang menyita waktu.
Ada yang aneh dengan Jasmin, gadis itu sudah mengenakan pakaian rapi, dandan cantik, rambutnya digerai dengan manis menuruni bahunya yang kecil. Jasmin juga menyapa semua orang yang ia lewati ketika berjalan ke rumah Haris.
Berbeda dengan Jasmin, Haris justru diam di rumah, duduk manis sambil menunggu mamanya memasak mi instan dengan telur dan irisan cabe rawit.
"Rissss ...," panggil Jasmin sambil masuk, mencari Haris tanpa permisi ke dalam rumah.
"Ihh wangi Indomie ...," seru Jasmin saat hidung kecilnya mencium aroma MSG dari bumbu Indomie yang dimasak tante Fanny. Jasmin melangkah semakin dekat ke dapur, Haris tak menggubris panggilan kawannya itu.
"Ih, dipanggil-panggil kok nggak nyaut." Jasmin muncul, pakai baju serba warna pink macam mau pawai bareng Cherrybelle.
Haris menatap Jasmin dari atas ke bawah, sobatnya itu langsung duduk di kursi tepat di samping Haris. Bersamaan dengan tante Fanny yang selesai masak mie.
"Lu mau ke mana?" tanya Haris.
"Tante, aku cantik nggak?" Bukannya jawab pertanyaan Haris, Jasmin justru bertanya soal penampilannya pada Fanny yang menyiapkan dua mangkuk mie di atas meja.
Fanny tersenyum. "Cantik... mau ke mana? Nyamperin Haris sekalian?"
Jasmin tersenyum dibuat imut, kalau menoleh ke arah Haris sesaat dengan malas. "Mau pergi, Tan. Ada acara sama temen, hehe."
"Kamu ikut Ris?"
Haris mengaduk kuah mi dengan santai, tidak peduli dengan Jasmin yang semar mesem di sampingnya.
"Enggak Mah, Jasmin doang."
"Kirain, acaranya di mana, Min?" tanya Fanny penasaran.
"Hihi, ke mall Tante. Biasa, anak muda 'kan sukanya nge-mall."
Jasmin mengambil garpu milik Haris, mengambil mi dari mangkok Haris tanpa izin, seolah mangkuk Haris adalah miliknya dan Fanny adalah ibu mereka bersama.
"Awas jangan makan telornya!" bentak Haris pada Jasmin yang dengan cuek memotong sedikit kuning telur milik Haris dan menyuapkannya tanpa dosa.
"Kamu mau mie? Tentu buatin."
"Yaela Mah, suruh aja beli ke warung, ngapain mama bikinin?" omel Haris pada mamanya.
Jasmin menyebikkan bibirnya ke arah Haris dan bersikap cuek.
"Ih, nggak perlu, Jasmin mau pergi kok bentar lagi. Lagian kalo Jasmin makan mi kebanyakan, nanti liptint nya luntur, hehe."
"Tan, aku pergi sekarang deh, sebel... Haris nya galak." Jasmin panik pada Fanny dan mendelik pada Haris yang masih ngomel-ngomel karena telurnya tinggal sedikit lagi.
"Tunggu, jangan pergi dulu. Sebentar ya." Fanny pamit dan meminta Jasmin untuk tidak pergi ke mana-mana. Sepertinya Fanny akan memberinya sesuai atau titipan untuk Hani. Dengan patuh Jasmin menunggu Fanny sambil mengganggu Haris.
"Kai itu... teman lu?" tanya Jasmin sambil memainkan rambutnya.
Haris menoleh sedikit lalu fokus kembali ke mi nya.
"Iya ... kenapa?"
Jasmin tersenyum dan menutup mulutnya. "Ganteng banget gilaaakk," kata Jasmin riang dan matanya tampak berbinar bahagia.
Haris bergidik melihat Jasmin yang bertingkah bak bekicot kegirangan. Bekicot kegirangan emang kek gimana sih, Ris?
"Dia ngajak gue jalan Riiisss. Lu bayangin, ah, gue langsung aja dong mau. Makasih banyak loh, lu udah ngasih nomor gue ke dia."
"Iye iye gue udah tahu, oleh-oleh jangan lupa," kata Haris dengan malas.
"Ris, kalo gue sampe jodoh sama dia, gue nggak bakal deh lupain lu. Pokoknya lu orang pertama yang bakal gue tulis di undangan nikah gue sebagai sebagai salah satu kerabat paling berpengaruh. Iya nggak?"
"Bawel banget lu, kayak lagi baca tripitaka."
"Hehe, kan lu wukong nya."
(Tripitaka : mantra untuk kera sakti).
"Thialand," umpat Haris, lalu cowok itu meminum air putihnya karena mi nya sudah habis, Haris belum kenyang sih karena dia harus berbagi mi dengan Jasmin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
nata de coco
ketawa banget 😭
2023-01-31
0
Zia Fahira
up dong thooorrr
2022-04-16
0
dek
ditunggu upnya thorrr semngat yaaa..
ceritnya bagus beda dari ygvlain thorr...
sukses selalu ya thorrr
2022-04-16
1