Fero melampiaskan amarahnya pada semua barang yang berada di dalam kamarnya,membanting dan mengancurkannya secara brutal,setelah Sang ayah dan kedua wanita itu meninggalkannya,sedangkan Narend masih berada di sana membiarkan dan menyaksikan gadis itu meluapkan seluruh emosinya dari jarak yang tidak terlalu dekat,jangan sampai ia terkena semprotannya.
" AKU BENCI HIDUPKU,AKU BENCI MEREKA!!" racaunya,tubuhnya melemas dan akhirnya ambruk,hingga mata sendunya melirik pada serpihan kaca yang berserakan di lantai,gadis itu dengan segera meraihnya hendak menggoreskan benda tajam itu untuk melukai nadinya,Namun Narend dengan cekatan langsung menahan tangannya.
" Nona! apa yang anda lakukan?" pria itu merebut serpihan kaca di tangan Fero dengan hati hati.
" Biarkan aku mati,untuk apa aku hidup,aku tidak punya lagi tujuan untuk hidup,ayah ku sudah tak lagi peduli pada ku,mereka sudah mengambilnya dari ku,aku sudah tak berarti lagi untuknya,aku ingin menemui ibu ku saja." lirihnya.
Narend segera mendekapnya,Pemuda itu menutup mata kuat kuat,menahan rasa sesak yang menghimpit rongga dadanya.
" Jangan bicara seperti ini,Nona! kau masih punya tujuan hidup,masa depan mu masih panjang,jangan menyerah,pelangi datang setelah turunya hujan,kau harus tetap hidup,tunjukan keberanian mu dalam menghadapi mereka,ambil kembali apa yang sudah menjadi milik mu." ujar Narend,gadis itu mendongakan kepalanya,menatap pria yang masih mendekapnya.
" Percayalah,aku akan selalu ada untuk anda,jangan pernah berfikir untuk melakukan hal konyol seperti itu lagi,jangan merasa putus asa,masih ada aku,aku akan selalu berada di barisan pertama untuk melindungi anda."ucapnya dengan tulus,berhasil meluluh lantahkan ke angkuhan dan kemarahannya,kata sederhana namun terasa begitu berarti bagi Fero,kata yang tak pernah ia dapatkan dari siapa pun.
" Aku pegang janji mu." ucap Fero,pemuda itu mengangguk mantap.
" Jika aku mengingkarinya,anda boleh membunuh ku dengan tangan anda sendiri." balasnya.
Fero mulai menarik sudut bibirnya,lalu kembali mendekap Narend dengan sangat erat.Setelah di rasa tenang,Narend membawanya berdiri lalu membaringkannya di atas tempat tidur.
Gadis itu menahan tangan pengawalnya saat hendak pergi,mau tidak mau Narend mendaratkan bokongnya lagi dan duduk di pinggiran ranjang.
" Kau tau?aku sudah tidak punya siapa siapa lagi,walaupun banyak orang di sini,mereka hanya bekerja dan mengharapkan uang dari ayah ku,mereka tidak tulus menyayangiku,sejak kedatangan mu,aku mulai marasakan arti ketulusan,kau selalu menyakinkan ku,hingga akhirnya aku percaya,jangan pernah tinggalkan aku,aku sudah terbiasa dengan keberadaan mu."lirih Fero sambil menyendar di bahu Narend.
" Aku mengerti apa yang anda rasakan,entah kenapa hatiku juga ikut sakit melihat anda seperti ini,oleh sebab itu aku ingin anda kembali bangkit,kita hadapi masalah yang akan datang bersama sama,bukannya kita sudah menjadi teman,teman berbagi suka dan duka,teman berbagi canda dan tawa,teman berkeluh kesah,itulah arti teman yang sesungguhnya." Narend mengenggam tangan Fero,seolah mengalirkan kekutaan dalam dirinya.Gadis itu semakin mengembangkan senyumnya,hatinya semakin porak poranda di buatnya,lalu menganggukan kepala dengan cepat,sebagai rasa terimasihnya ia memberikan kecupan singkat di pipi Narend,membuat pria itu mematung sambil meraba pipinya yang terasa hangat,seketika muncul sesuatu yang bergejolak dalam dadanya,entah kenapa ada rasa malu dan juga bahagia yang menyusup ke dalam ulu hatinya.
Sementara Fero terkekeh,melihat raut wajah Narend yang nampak menggemaskan dengan tingkah polosnya,membuatnya semakin senang untuk kembali menggodanya,dengan memberikan kecupan bertubi tubi.
Dan akhirnya pria itu tersadar,ia pun langsung menggelengkan kepala dengan menampilkan wajahnya yang memerah.
" Hentikan,Nona!" Narend beranjak.
"Kau tau aku memang menyukainya,tapi jangan sampai kau membuatku semakin menginginkannya." ujar Narend,lagi lagi Fero hanya menanggapinya dengan tertawa.
" Istirahatlah,Nona! aku akan panggilkan pelayan untuk membersihkan kekacauan ini,hubungi aku jika anda membutuhkan sesuatu." ucapnya,sambil membantu membaringkan tubuh Fero.
Gadis itu pun mengangguk patuh,setelah itu Narend mulai melangkahkan kakinya hendak kaluar,namun saat ia memegang gagang pintu,ponsel yang berada dalam saku jasnya bergetar,pria itu pun mengurungkan niatnya,lalu maraih ponsel tersebut,pria itu tersenyum sambil melirik pada pelaku yang telah iseng mengirimkannya pesan.
" Aku sudah tidak membutuhkan apa apa lagi,aku hanya membutuhkan mu saja." isi pesan tersebut,berhasil membuat pria itu salah tingkah,dengan segera ia keluar menyembunyikan wajahnya yang sudah nampak seperti tomat matang.
Ia berjalan menuju kamarnya sambil memegang dadanya yang bergetar tak beraturan,seolah hendak keluar dari tempatnya.
Sementara Fero tergelak sambil memegang perutnya,pria itu memang selalu berhasil membuatnya bahagia,seketika melupakan sakit dan kecewa yang di rasakannya.
" Gadis itu selalu membuatku gila." gumam Narend,setelah sampai di kamarnya,ia menarik nafas dalam dalam,mengontrol detak jantung yang masih berpacu kuat.
" Terkadang dia membuatku sedih,namun dia juga mampu membuatku bahagia,walau hanya dengan godaannya saja,Aakkhhh!!! aku memang sudah gila." desahnya.
Ia pun berlalu masuk ke dalam kamar mandi,membersihkan diri,memenangkan fikiran dan perasaannya dengan cara menyiramkan air dingin pada kepala dan seluruh tubuhnya hingga terasa rileks.
Keesokan harinya,Fero masih mengurung diri di dalam kamarnya,mungkin sebagai bentuk protes terhadap sang ayah,atau mungkin cara untuk menenangkan perasaannya,entahlah namun saat ini ia tak ingin menunjukan diri di hadapan manusia manusia itu,meskipun seperti itu,nampaknya Sang ayah memang sudah tak perduli,terbukti dari sikapnya yang cuek dan membiarkannya tanpa rasa khawatir,mungkin benar, dua wanita itu sudah berhasil mengambil seluruh perhatian sang ayah terhadapnya.
Hingga sebuah ketukan berhasil menghentikan lamunannya.Dan muncul lah seorang pria yang selalu ia rindukan belakangan ini sambil membawa sebuah nampan,gadis itu tersenyum menyambutnya.
" Nona! anda suka bubur?"
" Iya." jawab Fero cepat sambil menghampirinya.
pria itu pun meletakan nampan tersebut di atas nakas,tanpa di duga tiba tiba saja Fero melingkarkan tangannya di perut sang mengawal,menenggelamkan wajahnya di punggung kokoh milik Narend,hingga pria itu terhentak kaget,dengan segera ia mencoba menenangkan hatinya, meredam gejolak yang tiba tiba muncul begitu saja saat mendapat sentuhan dari gadis itu.
" Nona!" panggil Narend,sambil diam di tempat tanpa berani bergerak sedikit pun.
" Hmmmm,,biarkan seperti ini dulu." ucapnya,sambil menarik nafas dalam dalam,menghirup wangi yang khas dari jas pria itu,dan entah kenapa.itu selalu membuatnya merasa lebih tenang saat mencium aroma tersebut.
" Aku membelikan anda bubur,makan lah! mumpung masih hangat."titahnya,Fero pun melonggarkan pelukannya,memberi kesempatan untuk sang pengawal berbalik badan.
" Kau membelikannya?" tanyanya,pemuda itu pun mengangguk,senyum sinis tersungging di bibirnya.
" Bahkan mereka sudah tak memberiku makan." lirihnya,namun dengan segera ia kembali tersenyum hangat saat melirik pria di hadapannya.
"Aku akan memakannya,asal kau mau menyuapi ku." ucap Fero.
" Tentu saja,apapun kan ku lakukan demi anda." sahutnya dengan semangat,yang mampu memudarkan rasa kekecawaan Fero terhadap orang tuanya,gadis itu tersenyum lalu mendaratkan bokongnya di atas sofa,menunggu suapan yang akan memberikannya asupan bernutrisi yang tak bisa ia dapat dari makanan sehat lainnya.
" Kau beli bubur di restoran mana?" tanya Fero setelah mendapat satu suapan,pemuda itu bergeming,memikirkan apa yang akan Fero kalukan jika ia memberitahu yang sebenarnya.
" Hei,aku bicara pada mu." ucapnya lagi sambil sedikit memukul kecil lengan Narend.
" Maaf,Nona! aku...aku membelinya di gerobak pinggir jalan." ujarnya ragu,membuat gadis itu membulatkan mata tak percaya.
" Kau serius?" tanyanya sambil memicingkan matanya.
" Iya,Maaf, tapi aku sudah memastikan kebersihannya juga." jawabnya.
" Aku tak perduli itu,yang jelas bubur ini sangat enak,kapan kapan ajak aku ke sana,aku ingin makan di tempatnya." Fero mangambil alih mangkuk bubur di tangan Narend,lalu memakannya sendiri dengan sangat lahap,bahkan ini kali pertamanya Narend melihat nona mudanya makan selahap itu,padahal biasanya makanan yang di hidangkan sang pelayan di rumah itu hanya di jadikan sebagai mainan.
Dan yang lebih mengejutkannya lagi,entah apa yang harus ia rasakan,Antara senang dan tak menyangka,hingga pemuda itu menelan silavinya dengan susah payah,saat melihat Fero berhasil menghabiskan semangkuk bubur tersebut dalam kurun waktu kurang dari 5 menit,refleks pria itu bertepuk tangan dengan bangga seolah menyaksikan jika gadis itu telah meraih suatu kemenangannya.
" Dasae bodoh!kenapa kau bersikap seolah aku ini anak kecil yang berhasil menghabiskan makanannya." sungut Fero.
" Baru kali ini aku melihat anda makan selahap itu,dan tentu saja itu menjadi suatu kebanggaan dan kehagiaan untuk ku."
" Dasar konyol." Fero menggelengkan kepala sambil menahan tawanya,ia pun tak menyangka bisa makan selahap itu walau hanya makan semangkuk bubur dari pinggir jalan yang tak pernah ia makan sebelumnya.
" Jika itu memang membuat mu senang,maka kau harus lebih sering memberiku makanan jalanan seperti ini lagi." ucap Fero,yang langsung di setujui Narend,mereka pun tertawa bersama tanpa memperdulika status antara pengawal dan majikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Neneng Handayani
Aaahhh aq ikutan laper eh baper maksudnya 😂😂😂
2022-04-21
0