Niatnya untuk bermain ayunan mendadak di batalkan,ia sudah merasa tak bersemangat,gadis itu kembali ke dalam rumah,Narend menghetikan langkah saat melihat Fero masuk ke dalam kamar,ingatan pagi tadi kembali terbayang.
" Kau tidak ikut masuk?" tanya Fero.
" Maaf Nona,saya tunggu di sini saja." balas Narend yang berdiri di depan pintu kamar.
Fero mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah senyum sinis,ia langsung mengerti apa yang di rasakan pria di hadapannya saat itu.
" Lalu bagaimana kalau terjadi susuatu pada ku di dalam kamar?" tanya nya.
Narend bergeming nampak berfikir keras.
" Sudah lah,masuk saja! aku janji tidak akan macam macam." ujar Fero seraya menarik tangan Narend masuk ke dalam kamarnya.
Tak ada yang dapat mereka lakukan di sana,berulang kali Fero memutar film namun tak ada satu pun yang membuatnya tertarik,gadis itu semakin frustasi,menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.
" Membosan kan,aku tidak suka ini!!!" teriaknya sambil mengacak rambut,sementara Narend memperhatikannya sambil duduk di atas sofa.
" Apa Nona selalu seperti ini di saat datang bulan?" tanya Narend ragu,membuat gadis itu melirik padanya dan kembali mengangkat tubuhnya duduk bersandar di sandaran tempat tidur.
" Ya." sahutnya
" Sejak kapan?" tanya Narend
" Sejak kecil setelah ibu ku meninggal aku menjadi takut dengan darah." entah kenapa gadis itu tertarik dengan obrolan yang di mulai Narend.
" Pasti nona merasa sangat tersiksa dengan ini." ucapnya lagi,Fero mengangguk kecil menyutujui.
Mereka memulai obrolan,entah kenapa Fero merasa dikit nyaman saat berbicara dengan pengawalnya itu,padahal sebelumnya ia tak pernah sedekat itu dengan seorang pengawal sekalipun pengawal tersebut seorang perempuan.
Fero beranjak dari tempat tidur,lalu duduk di sofa sebelah Narend, pemuda itu sedikit menggeser posisinya.
" Kenapa,kau takut?" tanya Fero.
" Tidak." sahut Narend cepat.
" Apa sebelumnya kau tidak pernah sedekat ini dengan wanita?"tebak Fero saat melihat Narend yang gugup karena ia dekati.
" Begitu lah."
" Lalu dengan ciuman itu?"
Seketika wajah Narend memerah.
" Jangan bilang jika itu ciuman pertama mu." Fero memicingkan mata,sementara Narend mengangguk kecil,membuat Fero terbahak sambil memegang perutnya,hingga air mata keluar dari sudut matanya,Narend yang melihat majikannya tertawa lepas seperti itu merasa ikut senang,ia pun ikut tertawa.
" Aku tidak menyangka,hidup mu malah lebih menyedihkan dari ku,ciuman saja belum pernah,benar benar membosankan,pantas saja gerakan lidah mu masih kaku." seloroh Fero tanpa menghentikan tawanya.
Narend menggelengkan kepala,apa yang di bicarakan Fero sebenarnya tidak benar,hidupnya tidak semenyedihkan apa fikirkan gadis itu,tidak pernah berciuman menurutnya tidak masalah.
"Sayang sekali padahal bibir mu sangat seksi,aku juga menyukainya,jika kamu mau aku bisa mengajarimu cara berciuman yang benar." tawar Fero tanpa tau malu.
" Itu tidak perlu." sahut Narend.
Gadis itu menatapnya heran,pria itu satu satunya yang dengan terang terangan menolaknya,padahal banyak pria mengatri demi mendapatkan,oleh sebab itu Fero memilih menjalin hubungan dengan Max agar tak ada yang berani mendekatinya lagi.
" Apa kau tidak suka dengan wanita?"tebaknya,Narend terkekeh sambil menggelengkan kepala.
" Aku masih normal,aku menyukai wanita,tapi aku hanya menginginkan wanita baik baik." balas Narend.
" Jadi kamu fikir aku bukan wanita baik baik?" Fero tak terima,dengan segera Narend menggelengkan kepala.
" Aku tidak bilang seperti itu." sahut nya,Fero mengendus kesal.
" Lagian jaman sekarang sangat sulit mencari wanita baik baik,yang sesuci embun di pagi hari,bisa menjaga mahkotanya saja itu sudah menjadi nilai tertinggi di kalangan seorang wanita,kau tau, aku pernah melakukan penelitian,ternyata 8 dari 10 gadis sudah mekukan hubungan intim sampai kehilangan keperawanannya." jelas Fero,Narend mengangguk,kehidupan di kota memang meresahkan termasuk dengan gadis yang berada di hadapannya,terbukti juga karena sampai sekarang ia belum menemukan wanita idamannya yang benar benar baik luar dan dalam.
" Apa kau akan percaya jika aku salah satu dari dua orang tersebut?" tanya Fero dengan bangga,sementara Narend nampak ragu.
"Dasar bodoh! Jadi Kau tidak percaya,kalau begitu buktikan saja." ucapnya dengan lantang.
" Hentikan,Nona! ya,aku percaya." balas Narend dengan gugup saat melihat Fero hendak membuka pakaiannya,gadis itu kembali terbahak setelah berhasil menggoda Narend yang kini wajahnya memerah.
Gadis benar benar merasa terhibur dengan keberadaan Narend di dekatnya,ia bahkan sempat melupakan dua sahabat serta kekasihnya itu.
Entah kenapa ia merasa Narend lebih tulus di banding mereka.
Sikap arogannya sedikit memudar saat berhadapan dengan pria itu,walaupun belum sepenuhnya berubah,dan umpatan umpatan masih saja terlontar dari bibir seksinya.
Hingga tak terasa waktunya makan siang tiba,seorang pelayan mengetuk pintu hendak memanggilnya untuk segera makan,namun gadis itu menolak,lalu melirik Narend.
" Makanan apa yang saat ini mau kamu makan?" tanyanya,membuat Narend tak mengerti.
" Kau bukan patung kan? kau perlu makan kan? jadi makanan apa yang sekarang mau kamu makan?" Fero mengulang pertanyaannya.
" Apa Nona akan menberikan apa yang aku mau sekarang?"tanya Narend,gadis itu segera mengangguk.
" Ya,aku akan dengan mudah memberi apa yang kamu inginkan."
Narend tersenyum sinis sambil menggelengkan kepala,seolah tak yakin dengan ucapan majikannya itu.
" Ayo bicara saja,apa yang ingin kamu makan sekarang,aku yakin selera mu rendah,tidak sulit untuk ku mendapatkan makanan pinggir jalan,kebetulan aku juga sudah bosan dengan makanan di rumah,aku ingin merasakan makanan rakyat jelata seperti mu." Fero mulai menyombongkan dirinya.
" Saat ini aku ingin memakan masakan ibu ku." Narend mencoba membalas kesombongan gadis itu,iya yakin keinginannya akan sulit di penuhi,dan benar saja Fero langsung bergeming,kesombongannya hilang seketika,raut wajahnya berubah muram.
" Itu juga yang aku inginkan,tapi aku tidak bisa mendapatkannya." lirih Fero.
Narend tersenyum,dengan refleks ia mengangkat tangannya,mengusap pucuk kepala Fero dengan lembut.
" Makanya jangan terlalu sombong,tidak semuanya bisa di beli dengan uang,maafkan aku Nona! karena aku sudah membuat mu sedih." ucapnya
" Tidak apa apa,kau memang benar." sahut Fero langsung menepis tangan Narend yang masih mengusap kepalanya,entah sejak kapan juga ia bisa menerima ucapan orang lain,namun ketika Narend berkata seperti itu ia langsung menyetujuinya.
Berikan komen terbaik agar thor lebih semangat mengetik.jngan lupa juga like dan votenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
fero udah mulai nyaman walaupun masih sengak !lanjut kak jihan
2022-08-11
0
NandhiniAnak Babeh
cieeee cieeee 🤭🤭
2022-05-22
0