Fero dan juga Narend menghambiskan malamnya di klub tersebut hingga pukul 23.00,pengawal itu pun membawa Nona mudanya pulang dalam keadaan mabuk berat,seperti biasa Narend membopongnya dengan cara meletekan tubuh ramping itu di bahunya.
" Apa kau tidak bisa romantis sedikit saja." gumam Fero lemas,sambil memukul punggung Narend.Sementara pria itu masih nampak bergeming,melanjutkan langkah kakinya menuju kamar.
" Kau seperti menggendong sekarung beras." ucapnya lagi,kemudian terkekeh sendiri,matanya nampak berat,tanpa bisa berbuat apa apa.
sikap gadis itu membuat calon ibu dan adik tirinya menggelengkan kepala tak percaya,mereka terus memperhatikan kedua orang tersebut dari balik pintu kamar tamu yang berada di lantai bawah.
Hingga Narend menapaki anak tangga menuju lantai dua di mana kamar nona mudanya berada,sorot matanya masih tetap fokus pada mereka.
" Gadis itu benar benar merepotkan." ucapnya kesal,kemudian kembali masuk ke kamar.
"Sepertinya Aku suka dengan pria itu Bu,dia sangat tampan." cicit Jesicca dengan mimik wajah gemas.
" Kau ini,dia hanya seorang pengawal,apa yang kau incar darinya,wajah saja tidak akan membuat mu kenyang,setidaknya kau harus mendapat seorang pengusaha kaya raya lebih dari ayah tiri mu,masa kau kalah dengan ibu." sahut sang ibu yang di ketahui bernama Rika.
Jesicca tak lagi membantah,ia memilih merebahkan tubuhnya di tempat tidur berukuran besar,yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
" Aahhh,,aku merasa beruntung menjadi anak ibu." gumannya sambil meraba raba tempat tidur dengan riang.
" Tentu saja,kau sudah seperti upik abu yang berubah menjadi seorang putri kerajaan." tambah Rika.
" Aku harap ini bukan mimpi." tambah Jesicca.
Sementara di dalam kamar lantai dua,Narend berhasil merebahkan tubuh Fero di atas tempat tidur,pria itu menghembuskan nafas kasar sambil memijat otot bahunya dan sedikit memutar lengannya merasa lelah.
Setelah memantikan Fero terlelap,ia menutuskan untuk keluar,membiarkannya tidur sendiri di dalam kamar,sementara ia pergi ke kamarnya sendiri hendak membersihkan tubuh lalu istirahat.
Kata yang terucap dari bibir kecil milik Fero kembali terngiang di telinganya,saat ia hendak memejamkan mata,pria itu menggelengkan kepala sambil menarik sudut bibirnya.
" Bisa gila aku." gumamnya,setelah itu ia pun kembali mencoba menutup mata, akhirnya ia bisa terlelap,hingga pagi menjelang.
Saat ini kursi di meja makan tak lagi kosong,tak lagi hanya sebagai pajangan,namun hal itu masih tak membuat Fero senang,gadis itu seolah lupa caranya bersyukur padalah dulu ia selalu berharap jika kursi kursi tersebut berpenguni,namun sekarang ketika harapannya terkabul gadis itu malah nampak tak suka.
Ia hanya menunduk,sambil memainkan makannya,tanpa mau melihat ayah atau pun calon anggota barunya,hanya sesekali melirik pintu dapur,seperti tengah menunggu seseorang.
" Fero! ayah mau bicara pada mu." ucap sang ayah.
" Bicara saja." sahutnya.
"dua hari lagi Kami akan melangsungkan pernikahan di rumah ini,ayah harap mulai sekarang kau bisa menerima ibu dan adik mu dengan baik,dan mulai sekarang Jessica akan......" ucapanya tergantung saat melihat Fero mulai beranjak dari duduknya tanpa mau mendengar penbicaraannya sampai tuntas,sama seperti yang selalu ia lakukan ketika Fero tengah bercerita.
" Kita berangkat sekarang." ucap Fero semangat setelah melihat Narend muncul dari balik pintu dapur.
" Fero,ayah belum selesai bicara!!" tariak Bayu,namun gadis itu sama sekali tak menghiraukannya,ia berlalu tanpa pamit,berjalan menuju ke luar di ikuti Narend dari belakang.
" Nona! tuan masih ingin bicara dengan anda." ucap Narend.
" Ck,aku sudah mendengarnya." sahutnya,tanpa mau menghentikan langkahnya.
Hingga sampai di teras rumah,mobil mewah berwarna merah sudah terparkir cantik di halamannya,Narend segera membuka kan pintu untuk Nona mudanya,lalu berlari kecil dan masuk ke kursi kemudi.
Sepanjang jalan,Fero hanya mengotak atikan ponselnya,sesekali nampak menyeringai saat membuka pesan yang baru ia terima dari seseorang.
" Setelah ini kau akan merangkak dan memohon di kaki ku,Salsa!" gumamnya dengan penuh penekanan dari setiap kata katanya.
Narend hanya memperhatikannya dari balik kaca spion depan dengan penuh rasa penasaran,namun semua rasa itu harus selalu ia pendam sebelum Fero sendiri yang memberitahunya.
Setelah selesai dengan ponselnya,gadis itu menyenderkan kepalanya di senderan kursi mobil seraya membuang nafas kasar,lalu menutup mata yang nampak lelah dengan wajah yang terlihat sedih penuh beban,Hal itu membuat Narend tak bisa lagi menahan mulutnya untuk bertanya.
" Apa yang terjadi,Nona? apa kau sedang tidak baik baik saja." tanya Narend,gadis itu kembali membuka mata,menatap Narend dari balik kaca spion.
" Apa aku terlihat sedang tidak baik baik saja?" tanya balik Fero.
"Sepertinya begitu." sahut Narend ragu.
" Tidak perlu ikut campur,ini bukan urusan mu, bodoh." balas Fero,dengan menunjukan wajah kesalnya,Narend menghela nafas kasar,ia fikir singa betinanya sudah jinak,namun ternyata singa tetaplah singa,tidak akan berubah menjadi anak kucing yang menggemaskan.
Sampai di kampus,gadis itu keluar dari dalam mobil,tak ada lagi yang berhambur menyambutnya,sepertinya Jen pun tidak ada,gadis itu tersenyum ketir,lalu mulai melangkahkan kaki menuju kelasnya dengan semangat,menyelesaikan pendidikannya dengan cepat adalah hal terpenting dalam hidupnya,maka dari itu ia tak bernah main main dalam belajar,dan kini ia tengah melaksanakan tahap akhir sebelum meraih gelar D3 jurusan menejemen bisnis,setelah itu ia bisa langsung bekerja di perusahaan sang ayah.
Setelah selesai mengikuti mata kuliah,akhirnya ia pun mumutuskan untuk segera pulang,namun saat dalam perjalanan menuju tempat parkiran,seorang pria menghadangnya.
Gadis itu menatap sinis pada pria di hadapannya,lalu memilih untuk pergi menghindar,ia tak ingin menimbulkan keributan di kampusnya,yang hanya akan mencoreng nama baik ayahnya sebagai donatur.
" Fero dengarkan penjelasan ku dulu!" Max terus menggejar Fero.
" Tak ada yang perlu di jelaskan,aku sudah melihat dengan kepala ku sendiri,jadi sudahlah." tolak Fero seraya melebarkan langkahnya,perdebatan mereka menjadi pusat perhatian bagi seluruh orang yang berada di kampus,mereka saling berbisik satu sama lain,tak menyangka jika dua sejoli yang selalu menunjukan keromantisannya kini bisa saja bertengkar,namun tak ayal itu semua menjadi angin segar pagi para pria yang lama mengincar Fero.
Max terus mengejar Fero hingga akhirnya sebuah tangan kekar manarik gadis itu dan membawanya ke dalam dekapannya.
" Maaf,jangan pernah membuat Nona Fero tak nyaman." ucapnya tegas,setelah itu ia maju menghadang Max,menyuruh Fero untuk segera masuk ke dalam mobil,namun gadis itu malah tetap berdiri di belakangnya.
" Tidak usah mencampuri urusan ku!" bentak Max.
" Urusan nona Fero,urusan ku juga,jadi selesaikan masalah kalian dengan ku saja,biarkan nona Fero beristirahat."
" Baiklah,kau memang benar,kita selesaikan masalah ini secara jantan." Max menyeringai seraya melayangkan tinjuannya,Narend tak bisa menghindari serangan tiba tiba dari Max,dan akhirnya tinjuan Max berhasil mendarat di pipinya.
" Narend!!" teriak Fero histeris,saat tubuh Narend sedikit terdorong ke belakang,namun dengan segera ia kembali ke posisinya lalu membalas serangannya.
Hingga akhirnya perkelahian pun tak bisa di hendari,mereka saling menyerang,pukulan sarta tendangan mereka lakukan,Narend pun merasa mendapat kesempatan untuk memanfaatkan kemampuanya,mempraktekan bela diri yang pernah di ajari paman Satria dulu.
" Narend, Max ,hentikan!" teriak Fero berusaha melerai,gadis itu berhasil menarik tangan Narend yang hendak melayangkan tinjuannya untuk yang kesekian kalinya, saat pria itu berhasil menindih tubuh lawannya.
" Apa yang kamu lakukan,kalian benar benar membuat ku malu." ucapnya sambil merilik pada semua orang yang telah berkerumun menyaksikan adu jotos yang di kalukan dua pria itu.
" Ayo pulang!" ajaknya tanpa melepaskan pautan tangannya.
Mereka pun pergi,menghiraukan semua mata yang tertuju pada mereka,meninggalkan Max yang sudah nampak tak berdaya.
" Kau benar benar gila,seharusnya kau tidak perlu meladeninya." gerutu Fero sambil membawa Narend masuk ke dalam mobil,menyuruhnya untuk duduk di kursi penumpang,sementara ia yang mengambil alih tugasnya.
" Nona! biarkan aku yang mengemudi." ucap Narend,seraya mengusap pipinya yang terasa kebas akibat tinjuan Max.
" Diam kau!" bentak Fero sambil menampakan wajah garangnya,menapat tajam pada pria di sampingnya.
Narend pun akhirnya diam tanpa bisa membantah.
Fero melajukan kendaraanya dengan kecepetan tinggi,sesekali melirik pria di sebelahnya dengan perasaan khawatir,melihat wajah mulus Narend kini nampak lebam serta darah yang keluar dari sudut bibirnya.
Tak lama,mobil pun sampai di depan rumah,kini giliran Fero yang membantu mentatih pengawalnya,melingkarkan satu tangannya di pinggang Narend,sementara satu tangan Narend ia simpan di lehernya.
" Nona! tidak perlu berlebihan,aku tidak apa apa,aku masih bisa jalan sendiri." protes Narend,lagi lagi membuat Fero membulatkan mata.
" Bisa diam tidak!" bentak Fero.
Pemuda itu memilih diam,dan pasrah,namun terbesit dalam benaknya untuk sedikit mengerjai nona mudanya yang galak itu,ia memanfaatkan tangan yang tersampir di leher Fero untuk menarik tengkuk gadis itu,lalu sedikit memiringkan badannya mensejajarkan tinggi badanya lalu mendekatkan wajahnya,Fero di buat mematung hingga langkahnya terhenti,setelah wajah mereka semakin mendekat,Narend kembali menegakan tubuhnya.
" Beraninya kau mengerjaiku." pekik Fero dengan suara tertahan.
Narend menggulum bibirnya saat berhasil mengerjainya Fero,begitu juga dengan Fero yang sedikit merasa malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Neneng Handayani
Lanjut lagi dong hehehe
2022-04-11
0